bc

Pandora Aurora

book_age12+
486
FOLLOW
1.9K
READ
fated
friends to lovers
badgirl
sweet
humorous
mystery
enimies to lovers
first love
friendship
illness
like
intro-logo
Blurb

"Hati-hati, kamu tidak lihat siapa yang berada satu kelas dengan kita?" terdengar suara seorang laki-laki di dalam kerumunan. Mereka semua tengah melihat pengumuman di majalah dinding yang penuh sesak oleh para siswa dan siswi yang ingin mengetahui kelas barunya pada ajaran tahun ini.

"Oh tidak, dia lagi ... sudah muak aku satu kelas dengan dia saat kelas sepuluh kemarin," pekik wanita berambut panjang sebahu itu sambil menunjuk nama teman satu kelasnya.

Tiba-tiba dari belakang terlihat sosok Gadis Aurora. Ya, dia adalah topik utama dari percakapan di depan Mading kali ini.

Gadis mendongakkan kepalanya, ia mendorong beberapa siswi yang menghalangi jalannya untuk melihat pengumuman Mading. Kini matanya tertuju pada kertas putih bertuliskan kelas 11 IPS 4, tepat tertulis namanya di sana.

"Sebaiknya kalian bicara dalam hati jika ingin membicarakanku!" Gadis menatap sinis Rio dan Bianca yang ketahuan tengah membicarakannya. Setelah mengetahui namanya berada di kelas 11 IPS 4, ia segera melenggang bebas meninggalkan kerumunan.

"Astaga, dia masih saja belum berubah," cibir Bianca menggeleng-geleng kan kepala, "Wanita seperti itu yang dipastikan tidak akan pernah mempunyai pacar" tambahnya lagi, kini ditambah gelak tawa teman-temannya.

"Jaga bicaramu!!" Suara milik Langit bersamaan dengan ketukan keras di kepala Bianca ..

chap-preview
Free preview
Gadis Pemarah
"Hai berhati-hati lah, kamu tidak lihat siapa yang berada satu kelas dengan kita?" terdengar suara seorang laki-laki di dalam kerumunan. Mereka semua tengah melihat pengumuman di majalah dinding yang penuh sesak oleh para siswa dan siswi yang ingin mengetahui kelas barunya pada ajaran tahun ini. "Oh tidak, dia lagi ... sudah muak aku satu kelas dengan dia saat kelas sepuluh kemarin" pekik wanita berambut panjang sebahu itu sambil menunjuk nama teman satu kelasnya. Tiba-tiba dari belakang terlihat sosok Gadis, ya. Dia adalah topik utama dari percakapan di depan Mading kali ini. Gadis mendongakkan kepalanya, ia mendorong beberapa siswi yang menghalangi jalannya untuk melihat pengumuman Mading. Kini matanya tertuju pada kertas putih bertuliskan kelas 11 IPS 4, tepat tertulis namanya di sana. "Sebaiknya kalian bicara dalam hati jika ingin membicarakan ku!" ucap Gadis menatap sinis Rio dan Bianca yang ketahuan tengah membicarakannya. Setelah mengetahui namanya berada di kelas 11 IPS 4, ia segera melenggang bebas meninggalkan kerumunan. "Astaga, dia masih saja belum berubah" cibir Bianca menggeleng-geleng kan kepala, "Wanita seperti itu yang dipastikan tidak akan pernah mempunyai pacar" tambahnya lagi, kini ditambah gelak tawa teman-temannya. "Jaga bicaramu!!" Suara milik Langit bersamaan dengan ketukan keras di kepala Bianca saat ini. "Hai!! Langit bodoh!!" teriak Bianca mengusap kepalanya pelan. Tanpa memperdulikan teriakan Bianca, Langit berusaha mengejar Gadis yang sudah jauh berjalan di depannya. "Wanita pemarah!! Tunggu aku!!" panggilnya. Langit mencoba mengikuti langkah kaki Gadis. Meskipun seolah-olah perempuan ini tak melihatnya sama sekali. "Jangan terlalu cepat, kakiku sakit sekali" ucap Langit manja. Gadis melipat kedua tangannya di d**a, ia menghentikan langkah kaki. "Diam atau ku pukul hingga kau meminta ampun!" ancam Gadis sinis. Bukannya takut, Langit malah terkekeh geli. "Sudahlah, tidak ada yang melihatmu ... santai Gadis" Langit mengacak-acak rambut Gadis lalu sedetik kemudian ia berlari, "Aku di kelas 11 IPA 2 ... jika kau merindukanku, datanglah tak usah malu" teriak Langit di koridor sekolah. Gadis hanya mengepalkan tangan kanannya yang di arahkan pada Langit sambil menatap ke sekeliling. "Dasar bodoh!" umpatnya, kembali berjalan menuju kelas. *** Seperti biasa, sesampai di dalam kelas barunya Gadis memilih untuk duduk di bangku paling pojok, meskipun posisinya bukan paling belakang tapi setidaknya ia dekat dengan jendela yang dapat membuat pikirannya sedikit tenang. Beberapa murid sudah memenuhi isi kelas, namun tetap tidak ada yang ingin duduk dengan Gadis. Lagipula, Gadis sama sekali tidak menginginkan teman satu bangku, sendiri lebih baik menurutnya. Bel masuk berdering, semua murid sudah duduk dengan rapi menunggu kedatangan wali kelasnya yang baru. "Gadis ... kamu sendirian lagi?" bisik Susi yang duduk di belakangnya. Gadis memutar tubuhnya, ia sedikit tersenyum. Susi salah satu teman sekelasnya di kelas satu, maka ia lebih mengenal sikap Gadis yang seperti ini. "Aku di belakang mu ya" ucap Susi lagi. "Kenapa kamu ngajak ngobrol dia" bisik Hani menyenggol lengan Susi. "Dia bisa menjambak rambut kita" tambahnya lagi. "Dia sebenarnya baik" jawab Susi, menaruh jari telunjuk nya di bibir, mengisyaratkan agar Hani berhenti bicara. Tak selang berapa lama, datang Ibu Dewi guru Bahasa Indonesia. Dengan mengenakan seragam dinasnya ia tersenyum menyapa seluruh murid 11 IPS 4. "Baiklah anak-anak, untuk kelas 11 ini Ibu akan menjadi wali kelas kalian. Ibu harap kelas ini akan menjadi kelas unggulan" pesan Ibu Dewi, di balas sorakan murid laki-laki yang begitu percaya dirinya berteriak 'Pasti Bu ...' Bu Dewi tersenyum, "Satu lagi, kita kedatangan murid pindahan dari luar Kota. Ibu harap kalian dapat berteman baik dengannya, silahkan masuk" ujar Ibu Dewi menatap ke arah pintu kelas. Semua mata kini menuju pada sosok wanita berambut sebahu, ia mengenakan kacamata yang lumayan tebal. "Perkenalkan teman-teman, saya Bela Kharisma" kenal Bela tersenyum. "Baiklah Bela, kamu bisa duduk menemani Gadis" perintah Ibu Dewi menunjuk tempat duduk Gadis saat ini. "Wah ... cocok sekali mereka" teriak Rio bertepuk tangan. "Habislah dia di hari pertama ini" kekeh Bianca. Gadis mendelik sebal, ia sudah begitu kebal dengan ocehan teman-temannya ini. Bela berjalan menuju bangkunya, namun ia terhenti ketika melihat tas milik Gadis masih berada pada kursi yang akan ia tempati. "Maaf, tas mu" ujar Bela sembari membenarkan kacamata nya. Tanpa banyak bicara Gadis mengambil tasnya, Belapun duduk disamping Gadis. Jam pelajaran pagi ini adalah Bahasa Indonesia, tentu saja sang wali kelas yang mengajari mereka. *** Langit terlihat mengintip dari jendela kelas 11 IPS 4, sudah pasti ia mencari Gadis. Ia tersenyum saat melihat sosok wanita yang masih sibuk mencatat. Tanpa basa-basi Langit segera masuk ke dalam kelas Gadis, "Ini jam istirahat dan kamu masih mencatat? Jika begini seharusnya kamu masuk jurusan IPA saja" goda Langit duduk dihadapan Gadis. Tanpa memperdulikan ejekan Langit, Gadis masih sibuk mencatat. "Gadis ... ayolah aku lapar" rengeknya menggoyang-goyangkan lengan Gadis. "Diamlah!! kalo kamu lapar itu makan, bukan curhat" jawab Gadis ketus. "Uangku tertinggal ... hehehe" Gadis menatap Langit, ia mendelik sebal lalu menutup bukunya. "Argh" gumamnya bangkit dan berjalan mendahului Langit. Langit tersenyum, segera ia mengekori Gadis yang tentu saja akan membawanya ke kantin. "Bagaimana teman sekelasmu?" tanya Langit. "Seperti biasa, tidak ada yang spesial" jawab Gadis sambil merapikan poninya. "Tentu saja tidak ada yang spesial karena yang spesial itu hanya aku" ceplos Langit begitu percaya diri. "Cih, menyebalkan" kekeh Gadis. "Kita beli makanan di kantin tapi dimakan di taman belakang sekolah saja ya?" tawar Gadis, segera diangguk Langit. "Jangan lupa, ini bukan traktiran harus kamu ganti!" "Astaga, pelit sekali kamu ini" Langit mengacak-acak poni Gadis. "Langit!!" teriak Gadis membelalakkan matanya kesal. Setelah membeli satu porsi Kentang Goreng Sosis dan satu porsi Nasi Goreng, Gadis dan Langit segera berjalan menuju taman belakang sekolah. "Duduk di sana!" ajak Langit menunjuk bangku di bawah pohon. Mereka mulai menikmati makan siangnya, sambil berbincang-bincang. Sifat Gadis sungguh berbeda jika tengah bersama Langit. "Di kelas ada murid baru" cerita Gadis. "Dia duduk denganku" Langit yang masih mengunyah Nasi Goreng mengangguk. "Baguslah, setidaknya kamu punya teman satu bangku" "Aku lebih suka sendiri" "Tapi buktinya kita berdua?" ceplos Langit. "Kamu itu setan, jadi tidak aku anggap" sela Gadis tertawa puas melihat ekspresi Langit yang begitu kesal. "Menyebalkan" ucap Langit sinis. "Gadis, sampai kapan kamu akan seperti ini?" tanya Langit tiba-tiba. Gadis melihat ke arah Langit, keningnya mengkerut. "Maksud kamu?" "Menjadi orang lain" jelas Langit. Gadis segera membuang mukanya, "Ini aku jika diluar rumah, aku merasa aman jika bertingkah seperti ini" jawab Gadis, ia segera bangkit dari bangkunya. "Aku duluan, jangan lupa kamu kembalikan piringnya!" pesan Gadis, meninggalkan Langit yang masih sibuk mengunyah makanan. "Gadis!! Pulang bersamaku ya" teriak Langit. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HOT NIGHT

read
605.7K
bc

Sweet Sinner 21+

read
885.3K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

HYPER!

read
556.9K
bc

Everything

read
278.0K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook