bc

Terjebak dalam Ilusi

book_age16+
472
FOLLOW
1.7K
READ
family
time-travel
sensitive
others
fairy
ambitious
goblin
city
supernatural
husband
like
intro-logo
Blurb

Hidup ini terasa tidak adil bagi Ardian. Entah mengapa ia merasa terabaikan serta merasa hidupnya semakin sial karena sang istri yang lebih mementingkan kedua balitanya.

Suatu hari pertemuan dengan Yolanda. Wanita yang dulu dijodohkan Mamanya. Membuatnya iri pada suami Yolanda sekarang. Terbesit pikiran untuk merubah jalan hidupnya dan bertukar tempat dengan lelaki itu.

Akhirnya kejadian luar biasa pun terjadi saat ia bertemu dengan Gabriel. Dewa Penolong yang sedang diasingkan dari kerajaan langit keenam.

Dan peta kehidupan Ardian pun berubah. Ia bisa merasakan nikmatnya menjadi suami Yolanda yang kaya raya. Tapi, tak lama ia pun mengenal sosok Yolanda yang tak pernah ia ketahui. Di saat yang sama ia pun bertemu dengan Clarissa. Mantan kekasihnya waktu di SMA dulu. Ia pun kembali meminta Gabriel untuk merubah nasibnya lagi. Namun, kenapa ia juga menyesal dengan tindakannya itu? Apakah jodoh pilihan Tuhan memang yang terbaik untuknya? Tapi, bagaimana caranya bisa kembali?

chap-preview
Free preview
Bab. 1 Hari yang Melelahkan
Hiruk pikuk salah satu restoran Jepang di Jakarta memuncak tiap tengah hari buta seperti ini. Restoran Fuji Matcha namanya. Surga dari segala menu makanan yang bernama matcha. Dari cake sampai dessert bersentuhan langsung dengan teh hijau asli Negeri Sakura itu. Tak hanya untuk mencari makanan yang mampu melelehkan lidah dan perasaan. Namun, dari keindahan view yang disajikan membuat tak sedikit orang memilih tempat ini untuk menghibur diri dari penatnya aktivitas harian yang tiada hentinya ataupun dari hingar-bingar kota Jakarta yang semakin terasa menyesakkan d**a karena polusi yang semakin bertambah saja tiap harinya. Bahkan, ada beberapa orang yang datang bersama pasangannya, sedang lainnya, kebanyakan datang beramai-ramai dengan rekan kerja maupun kawan-kawan sepermainannya. Walaupun tak menutup kemungkinan ada yang datang sendirian lalu duduk nyempil di pojokan. Seorang pelayan tampak sibuk melayani pengunjung resto. Di tangannya membawa nampan berisi dua Matcha Towel Cake. Lalu di hadapan sepasang muda-mudi yang tengah dimabuk asmara, kedua santapan lezat itu mendarat dengan sempurna tepat di permukaan meja kayu yang memisahkan kedua insan itu. "Silahkan!" ucap sang pelayan sambil sedikit membungkukkan badannya. Kemudian, ia pun berlalu. Membiarkan mereka menikmati hidangan nikmat di depannya. Lima belas menit kemudian, pemuda tadi mendatangi pelayan tadi di dalam dapur. "Mana manajer di sini? Saya ingin komplain!" ucap cowok itu yang berhasil membuat panik para pelayan serta chef di sini. "Ad…. Ada yang bisa kami bantu?" tanya Chef Arnold terbata. Dialah ketua koki di resto ini. Makanya dia yang langsung menghadapi langsung pemuda itu. "Saya meminta pelayan anda agar memasukkan cincin ke dalam hidangan pacar saya. Tapi, kenapa cincin itu tidak ada sampai makanannya habis tertelan," Jelasnya. "Apakah benar begitu? Padahal kami sudah meletakkannya dengan benar," elak Chef Arnold. "Tapi kenapa cincin itu tidak ada? Apa mungkin hidangan kami tertukar?" "Tidak mungkin. Kami sudah menelitinya dengan tepat. Jadi, kecil kemungkinan pesanan anda tertukar." Lagi-lagi Chef Arnold hanya mampu mengelak. "Ada apa ini?" tanya seorang laki-laki yang baru saja masuk ke dapur tersebut. Semua orang yang di sana pun menengok seketika. "Ada apa ini? Apa ada masalah yang anda alami?" ulang sang manajer Resto itu sambil berjalan tegap ke arah sumber keributan yang langsung menarik perhatiannya. "Mereka telah menghilangkan cincin tunanganku," ucap si pemuda sambil menunjuk para Chef yang hanya mampu menundukkan kepala mereka. "Bagaimana itu bisa terjadi?" ujar sang manajer bingung. "Saya meminta mereka memasukkan cincin berlian ke dalam menu pesanan pacar saya. Tapi, setelah dia makan sampai habis. Cincin itu benar-benar tidak ada." "Maafkan atas kelalaian kami. Sungguh, kami hanyalah manusia biasa yang banyak melakukan kesalahan," sesal Ardian sang Manajer tadi. "Ahh. Saya tidak peduli. Pokoknya ganti kerugian saya atau tempat ini akan saya obrak-abrik." "Berapapun yang anda minta. Agar bisa menebus kesalahan kami," sahut Ardian dengan nada yang semakin merendah. "Lima puluh juta," ucap laki-laki tadi setelah beberapa menit terdiam. "Saya harap anda tidak memanfaatkan keadaan ini untuk memeras kami?" "Kamu pikir berlian itu saya beli di pasar loak? Hah?! Kalau tak mau juga tidak apa. Tapi, lihat saja bangunan ini besok sudah rata dengan tanah," ancam lelaki itu. Seketika rahang Ardian mengeras, tangannya mengepal sedang matanya menatap tajam pemuda di hadapannya. Ingin sekali dia marah dan memaki orang itu. Namun, jika Ardian benar-benar melakukannya. Mungkin tak hanya bangunan ini yang dia hancurkan. Tapi juga, nyawa yang jadi taruhannya. "Baiklah akan kami penuhi," balas Ardian. Langsung mengukir senyuman di bibir pemuda itu. Ardian mengeluarkan sebuah buku cek dari saku dalam jasnya. Ia pun menuliskan beberapa angka dan huruf sebelum menyerahkannya pada pemuda itu. "Baiklah. Saya anggap urusan kita selesai sampai di sini," ujar pemuda itu dengan penuh kemenangan. Ardian kembali ke ruangannya. Ia pun menjatuhkan badannya di kursi kantornya hingga sedikit memutar. Keningnya terasa cenat-cenut setelah kejadian tadi. Bisa jadi, laba Resto satu hari ini ludes oleh pemuda langganan Resto tadi. Entah apa yang akan dia ungkapkan pada sang Big Bossnya nanti. Bahkan, bukan tidak mungkin jika akhirnya gajinya yang menjadi taruhannya. Heeeh. Lelah. Itu yang dia rasakan saat ini. Berjuang demi membuat orang lain tambah kaya, sedang diri dan keluarganya pun hanya begitu-begitu saja. Tapi apalah daya, hanya ini yang dia bisa. Dan mencari kerja di Jakarta pun tak semudah membuang uang untuk berfoya-foya. Jadi, mau tak mau dia hanya bisa menerima. @@@@@@ Detik demi detik pun kian cepat berlalu. Siang pun berganti sore. Sang surya pula mulai meniti langkah menuju keperaduannya. Ardian segera mengemasi barang-barangnya yang biasa ia bawa pulang. Biasalah ia harus membuat laporan bulanan. Kadang ia memang membawanya ke rumah. Agar bisa dikerjakan di rumah. Tiga puluh menit berjibaku dengan suasana kemacetan jalan raya. Akhirnya Ardian bisa sampai rumah juga. Ia pun memarkirkan mobilnya di samping rumah berukuran 120 meter persegi itu. Setelah mengunci mobil Avanza keluaran terbaru itu, ia segera berjalan ke dalam rumah. "Assalamu'alaikum," ucap Ardian dari ambang pintu. "Wa'alaikumsalam. Hei lihat ayah pulang," sahut Saskia. Seorang wanita cantik yang menjadi ratu di kerajaan rumah tangga Ardian. Ia yang tengah menyuapin si dedek, seketika itu ia beranjak dari duduknya lalu mencium tangan laki-lakinya itu. "Mana kakak?" tanya Ardian mencari anak pertamanya yang baru berusia tiga tahun. "Lagi tidur. Kasian seharian ini dia nggak bisa tidur siang seperti biasanya." "Anak ayah lagi mamam ya. Duh enaknya," ucap Ardian pada anak keduanya yang baru berusia delapan bulan itu. Si dedek pun merespon dengan mengangkat-angkat kedua tangannya. Seakan minta digendong. "Oh, iya Mas. Kalau kamu mandi, kamu nyiapin air panas sendirinya. Aku nanggung nih lagi nyuapin Kayla," ujar Saskia tanpa mengalihkan pandangannya dari dedek bayi yang tengah duduk di atas kursi khusus bayi itu. Ardian tak menjawab. Jujur, ia merasa tak diperhatikan lagi sejak sang istri melahirkan anak kedua. Perhatian dan kasih sayang istrinya itu sudah tercurahkan pada anak-anak. 'Makanya dia sudah tidak pernah melayaniku seintens dulu. Aku tahu tenaga dan waktunya sudah terkuras pada kedua anak yang masih kecil itu. Tapi, entah kenapa aku tetap tak bisa menghilangkan rasa cemburu yang tak wajar ini,' batin Ardian nelangsa. Mereka memang tak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Hanya saja, dua hari sekali Mbok Tu datang untuk bersih-bersih rumah dan mencuci baju yang kotor. Lainnya, Saskia yang handel semuanya sendiri. Dia memang tak suka menggunakan jasa ART. Karena selain tak suka memerintah orang yang lebih tua, Saskia takut salah memilih orang yang benar. Melihat tayangan-tayangan perlakuan tak pantas dari seorang asisten rumah tangga pada anak-anak yang diasuhnya dalam berita di televisi membuat Saskia menjadi paranoid sendiri. Apalagi anak-anaknya masih kecil-kecil. Ardian menghembuskan napas beratnya lalu berjalan menaiki tangga. Ia tak punya pilihan lain, selain mengikuti perintah istrinya. Mana mungkin dia tega meminta Saskia yang menyiapkannya air panas untuk mandi. Itu hanya akan menambah beban pekerjaannya saja. Walaupun sebenarnya Ardian pun merasa sangat lelah dan ingin segera beristirahat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pengganti

read
301.6K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.2K
bc

YUNA

read
3.0M
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.0K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.2K
bc

Bastard My Ex Husband

read
382.9K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook