bc

Perfect Man Looking for Love

book_age18+
352
FOLLOW
1.2K
READ
revenge
family
scandal
tragedy
comedy
twisted
mystery
brilliant
male lead
first love
like
intro-logo
Blurb

Genre : Action, Drama, Comedy

Ray Rexanzi, pria 30 tahun yang berprestasi dan jenius, konsultan politik ternama, serta pemilik perusahaan properti terbesar dan pemegang saham terbanyak untuk perusahaan berita dunia.

Dia terlihat sebagai laki-laki yang sempurna, sayangnya sampai saat ini, Ray sama sekali belum menikah, bahkan memiliki pacar pun tidak. Sampai suatu hari, seorang perempuan masuk ke dalam kehidupannya, membuka pintu hati Ray, namun tak ada yang menduga, bahwa perempuan itu akan mengkhianati Ray, menghancurkan semua yang dipunya Ray.

Di samping masalah percintaan itu, ada masalah serius lainnya yang perlu dihadapi Ray, pertarungan demi pertarungan, tak pernah terlewatkan. Kasus demi kasus yang tak pernah dapat dihindarkan.

chap-preview
Free preview
Bab 1 : Konferensi Berakhir
Jika tidak suka dengan karya saya silahkan di-skip, jangan malah meninggalkan jejak (komentar) buruk, tolong hargai saya sebagai penulis, karena memikirkan cerita ini tidak semudah menutup mata saat kau sudah lelah. Terima kasih atas perhatiannya. Ps : Author Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian dan suasana dalam cerita, semua hanyalah kebetulan. Harap pembaca bijak menyikapi! Terima kasih dan selamat membaca. Ruangan besar nan megah itu kini ramai dengan sorotan kamera dan kumpulan wartawan yang berdesakan ingin menanyai seorang konsultan politik terkemuka, pria 30 tahun yang berprestasi dan jenius, pemilik perusahaan properti terbesar dan pemegang saham terbanyak untuk perusahaan berita dunia. Hanya ada satu meja dan satu kursi di ruangan itu, diduduki oleh pria 30 tahun yang sedang jadi samsak pertanyaan untuk berita terpanas nanti siang. Moderator acara menunjuk salah satu di antara puluhan atau mungkin ratusan wartawan yang datang untuk bertanya. "Menurut Anda bagaimana aturan berpolitik yang baik di negara kita Tuan?" Salah seorang laki-laki berkacamata yang telah ditunjuk oleh moderator itu bertanya, untuk isi berita agensi penerbitannya nanti. Laki-laki itu berasal dari perusahaan yang mengedarkan berita-berita politik dan skandal artis besar. Pria 30 tahun itu tersenyum mendengar pertanyaan si wartawan. "Semuanya baik. Tidak ada yang salah dalam aturan berpolitik, karena mereka yang memiliki jabatan yang tinggilah yang mengatur semuanya. Itu sudah ketetapannya." Wartawan itu nampak tak puas dengan jawaban dari pria 30 tahun itu. Tapi dia tidak bisa bertanya lagi, karena setiap wartawan hanya boleh bertanya satu kali atau tidak sama sekali. Satu orang dengan kemeja hitam, kacamata hitam dan postur tubuh yang tegap berjalan mendekat ke arah si moderator, berbisik-bisik. Moderator mengangkat tangannya, menyampaikan pesan dari orang dengan penampilan mafia tadi pada semua wartawan dan kru-kru televisi serta rekan-rekan dari media cetak dan yang ikut membuat sesak ruangan besar itu. Pria 30 tahun yang menjadi samsak pertanyaan itu harus segera pergi, tidak punya banyak waktu lagi untuk menjawab pertanyaan semua wartawan. Si moderator menyampaikan pada semua wartawan, hanya boleh satu pertanyaan lagi, yang akan menjadi pertanyaan penutup dari konferensi. Pria mafia tadi melepas kacamatanya, melotot marah pada si moderator, 'Tidak ada pertanyaan lagi, tutup acaranya, waktu habis! Atau kubunuh kau jika memberikan satu pertanyaan lagi!' Si moderator meneguk ludah, dia paham maksud lototan dari pria mafia itu, pria yang sangat ditakuti oleh banyak orang. Moderator meminta maaf pada semua wartawan, tidak ada lagi pertanyaan, narasumber mereka pria 30 tahun itu sibuk. Wartawan semakin panas, berdesak-desakan menyampaikan pertanyaan mereka, tidak ada respon. Pria 30 tahun itu melempar senyum pada semua wartawan, pada kamera, pada kru tv, pada rekan-rekan media cetak, pada penonton di rumah, dan pada seluruh orang dengan skala internasional, pada dunia. Wartawan diam, semua kamera kini menyorot fokus wajah tampan pria 30 tahun itu. Konferensi berakhir. Konferensi dengan satu narasumber itu adalah hal yang ditunggu-tunggu masyarakat di negaranya, bahkan oleh para pejabat dan orang-orang penting di negara lain. Setelah konferensi itu berakhir, artikel dan video-videonya dalam minggu itu menjadi topik trending. "Ray!" Perempuan dengan bingkai kacamata berwarna merah melotot pada pria 30 tahun yang minggu lalu baru saja mengadakan konferensi pers, yang selama seminggu ini menjadi topik hangat. Perempuan itu melempar tumpukan dokumen ke atas meja kerja Ray, pria 30 tahun. "Kenapa kau marah-marah padaku Ye? Apalagi salahku padamu?" Ray bertanya datar, acuh pada Yeye yang kini menaikkan satu kakinya ke atas meja Ray, menghantam meja dengan ujung heels-nya. Yeye, sekretaris merangkap suruhan pribadi Ray berseru tertahan. "Ray!" Ray menghela nafas, mematikan ponselnya-- dari tadi dia sibuk membaca komentar tentang dirinya di internet, senyum-senyum sendiri, menganggap dirinya sangat keren. "Ini baru pagi, 4 menit aku baru mulai duduk di kursi empukku, sudah 18 panggilan yang masuk!" seru Yeye kesal. Menurunkan kembali kakinya dari meja Ray. "Kalau begitu bagus, perusahaan kita jadi lebih banyak dapat tawaran, gajimu bisa jadi akan naik Ye." Ray masih acuh tak acuh, masih dengan wajah datarnya menjawab pertanyaan Yeye. "Bagus apanya!? Tidak ada satupun tawaran kerja, 20% yang menelepon adalah bos-bos besar perusahaan yang mau bangkrut untuk memintamu menikahi putrinya, agar kamu bisa membantu perusahaan mereka. 80% lagi adalah telepon menjijikkan dari perempuan-perempuan bodoh yang ingin bertemu denganmu!" "Jangan bilang mereka bodoh Ye, mereka adalah fans-fans berhargaku." Ray nyengir, memasang wajah tak berdosa. "Ah! Kau cari pacar sana! Kalau bisa langsung nikah saja! Pekerjaanku sudah banyak Ray! Kau bahkan menambah-nambah pekerjaan yang tidak ada di job listku, tapi gajiku tetap kau kasih rendah. Aku tak punya waktu mengurusi perempuan-perempuan bodoh itu! Apalagi orang-orang tua gak ada otak yang mau jadi mertuamu!" Yeye melepas kacamatanya, menimbuk meja. "Kau paham?!" "Ye, kau tau aku tak punya prospek untuk menikah, aku tak punya banyak waktu untuk berpacaran--" "Ya! Aku tau kau tak butuh wanita." Yeye langsung memotong kalimat Ray, kembali memasang kacamatanya. "Aku dan Tio akan mencarikanmu pacar. Kau tidak perlu menikah dengannya, bayar saja dia untuk jadi istri pura-puramu. Urusan kelar bukan?" Tio adalah suami Yeye, sekaligus sahabat baik Ray, mereka sudah menikah 3 tahun lalu-- kembali ke obrolan Ray dan Yeye. "Atau kau pilih saja salah satu dari perempuan bodoh yang meneleponku sejak pagi tadi." "Aaah Ye!" Ray memasang ekspresi depresi, meremas rambutnya. "Aku lebih tidak ingin dijodoh-jodohkan." Yeye melotot mendapatkan jawaban Ray. "Ah baiklah-baiklah, aku akan memikirkan saranmu." Ray mengalah. Jika dia bersikukuh untuk menolak permintaan Yeye, Ray berpotensi kehilangan sekretaris terbaiknya-- yang mau saja melakukan semua pekerjaan dan suruhannya tanpa digaji lebih. Yeye itu langka, hanya ada satu di dunia ini, Ray tak ingin menyia-nyiakannya. Berapa pun Yeye meminta gaji, pasti akan dikasih oleh Ray, tapi Yeye tidak melakukan itu, dia menerima gaji sesuai jabatan utamanya, sekretaris. Yeye melempar senyum. "Baiklah, sudah diputuskan. Dalam Minggu ini kau harus memiliki seorang perempuan, kalau tidak, biar aku yang akan mencarikannya untukmu." Yeye membalik badan, melangkah keluar dari ruangan Ray. "Oh iya, Ray, kau sudah seminggu ini tidak bekerja, semua itu harus kau tanda tangani." Yeye menunjuk tumpukan dokumen yang ada di atas meja Ray, yang tadi bawanya. "Ye?!" Ray berseru tertahan, tidak percaya pada banyaknya pekerjaan yang diberikan Yeye. Yeye benar-benar telah menganggu dunia damainya. "Tidak ada komentar Ray! Aku sudah mengurus semua pekerjaanmu dalam seminggu ini. Aku butuh istirahat, dan perlu aku tegaskan, aku bukan budakmu! Sampai nanti." Yeye melambaikan tangan, menutup pintu ruangan Ray. Tidak peduli dengan pekerjaan menumpuk yang dia berikan pada Ray, toh itu pekerjaan Ray, bukan pekerjaan dirinya. Ray menghela nafas, menatap malas tumpukan kertas yang ada di depannya. "Ah, aku harus menyelesaikan semua ini lagi." Ray mengeluh. Memperbaiki posisi duduknya, mulai mengambil satu persatu tumpukan kertasnya, membaca sekilas dan mulai menandatangani, lanjut ke dokumen berikutnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Revenge

read
14.7K
bc

After That Night

read
8.3K
bc

BELENGGU

read
64.3K
bc

The CEO's Little Wife

read
626.3K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.8K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook