bc

DAFARA

book_age16+
281
FOLLOW
1.5K
READ
friends to lovers
powerful
brave
prince
student
sweet
icy
highschool
school
friends with benefits
like
intro-logo
Blurb

Daffa Aldrelico, lelaki dingin berusia 18 tahun yang menganggap semua wanita itu perusak kebahagian. Namara Annora Sawira, perempuan 18 tahun, sahabat perempuan Daffa Aldrelico satu satunya.

Ara yang menyukai Revan mantan ketua osis di sekolahnya berusaha keras membuat dirinya terlihat sempurna dihadapan Revan.

Disaat Ara tengah menarik perhatian Revan, Daffa tiba tiba menjauhinya dan bersikap dingin terhadap dirinya. Menjadikan dirinya sama seperti perempuan lainnya menjadi tak tersentuh, Ara merasa kehilangan sosok Daffa. Setelah kehilangan sosok Daffa barulah Ara menyadari bahwa dirinya menyukai Daffa.

Namun, saat Ara tengah berjuang mendapatkan hati Daffa, satu fakta yang membuat Ara dilanda kebingungan antara meluluhkan hati Daffa kembali atau berhenti dan melupakan sosok Daffa dalam hidupnya?. Lalu bagaimana dengan Daffa, apa yang membuat Daffa menjadi dingin dan cuek terhadap Ara?

*****

Aku berhenti bukan karna aku lelah Daf, aku berhenti karna aku tau bahagia kamu tanpa adanya aku di dekat kamu – Namara Annora S

Menjauhlah Ra, jangan buat diri lo tersakiti karna gua – Daffa Aldrelico

Cover by Adobe illustrator

chap-preview
Free preview
Episode 1
Fajar telah memunculkan dirinya memaksa manusia harus bangun dari tidur ternyamannya untuk kembali memulai beraktivitas. Namara Annora Sawira gadis remaja yang tengah menjalani pendidikan di SMA Binar Mulya salah satu sekolah swasta terbesar di Jakarta ini sudah bersiap untuk memulai aktivitasnya. Terbiasa bangun pagi membuat Namara atau yang biasa di panggil Ara tidak kesulitan untuk bangun. Ara yang sudah siap berangkat kesekolah melihat kembali penampilannya di depan kaca sebelum turun kebawah. Memiliki wajah yang imut membuat Ara terlihat menggemaskan. Dengan jepit kecil dirambutnya menambah kesan imut dan manis didirinya. Sempurna. Pakaian yang dikenakan terlihat sangat pas ditubuhnya, seragam yang ia kenakan selalu terlihat rapi. Ara memang bukan siswa yang teladan disekolah, tetapi ia selalu berusaha untuk tidak membuat masalah yang mengakibatkan orang tuanya akan di panggil. Turun kebawah untuk sarapan dan tidak menemukan kedua orang tuanya disana. Ara sudah terbiasa sarapan sendirian sedari sekolah menengah Pertama, orang tuanya memiliki beberapa hotel yang harus mereka awasi setiap waktunya. Ara tidak pernah kehilangan sosok kedua orang tuanya, justru Ara bangga karena mereka berjuang untuk membahagiakan dirinya dan tidak pernah melupakan kodrat mereka sebagai orang tua, karena orang tua Ara setelah melakukan perjalanan bisnis akan selalu memberikan waktu untuk bersama Ara walaupun terkadang hanya satu minggu. Melirik jam tanganya waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 wib, Ara bergegas keluar menunggu seseorang menjemput dirinya. Tetapi sosok itu belum juga datang menjemputnya membuat Ara berdiri didepan pagar menunggu. Bolak balik Ara melirik jam ditangannya sosok itu belum juga datang membuat Ara dilanda kepanikan. Saat Ara akan menelpon, sosok itu muncul dari ujung jalan membuat Ara menghela nafas lega dan sekarang menjadi kesal kepadanya. “Lo, kenapa lama banget sih jemputnya? Begadang lagi?” Sembari cemberut dan tangan dilipat didepan d**a Namara bertanya dengan marahnya. Cowok itu dengan santainya hanya duduk diatas motor merah kesayangannya tanpa sedikitpun membuka helmnya. Ara yang kesal tetap bertahan dengan posisi berdirinya dan membuang muka masih kesal terhadap cowok itu. Daffa, cowok yang sedang duduk diatas motor itu akhirnya melepaskan helmnya dan menatap lama Ara, yang ditatap masih membuang muka menandakan ia masih kesal. Daffa menghembuskan nafasnya tanda dia harus mengalah untuk perempuan ini. “Mau berangkat sekarang atau kita bakalan terlambat?” Tanya Daffa sambil memakai kembali helmnya. Ara seketika melihat jam tangan dan panik saat mengetahui tinggal 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. "Ngeselin!" Ara buru -buru menerima helm yang diberikan oleh Daffa dan segera naik keatas motor, Daffa hanya tersenyum dibalik helm melihat kelakuan sahabatnya. *** Ara dan Daffa sudah berteman saat mereka kelas 8, pertemuan pertama mereka saat Ara hendak pulang dengan berjalan kaki melewati belakang sekolah, saat itu Ara melihat ada seorang lelaki memakai seragam yang sama dengan Ara sedang duduk sambil menyandarkan tubuh ke pohon dengan memengang wajah. Dimana keadaanya sangat menyedihkan, darah yang terus keluar dari hidungnya. Lelaki ini seperti habis berkelahi pikir Ara. “Nih ambil buat bersihin darah yang keluar dari hidung lo.” Spontan Ara memberikan tissue yang ada di saku seragamnya lalu pergi begitu saja. Esoknya, ditempat yang sama Ara kembali melihat lelaki itu kembali. Ditangannya ada sebatang rokok dan korek api yang masih utuh, terlihat diwajahnya ada kebimbangan. Ara yang saat itu tidak mengenal siapa lelaki ini hanya melewatinya saja. “Tunggu..” Langkah kaki Ara seketika langsung berhenti dan menoleh kearah lelaki tersebut sambil mengernyitkan dahinya. “Makasih.” Ucapnya Ara yang mengerti apa maksud ucapan lelaki tersebut hanya menganggukkan kepalanya. Saat akan melangkahkan kakinya kembali, Ara melihat lelaki tersebut sudah menempelkan rokok ke bibirnya tanpa pikir panjang Ara bergegas menghampirinya. Ara menggelengkan kepalanya “Kemarin berantem, sekarang lo mau ngerokok juga?” Heran Ara sambil mengambil rokok yang berada di tangan lelaki tersebut kemudian menginjak injak rokok tersebut. ”Heloo kalau lo ada masalah itu cerita. Punya temankan? Atau lo enggak punya teman?” Tanya Ara dengan kesalnya. Lelaki itu hanya diam sambil terus menatap Ara dengan sorot mata tajamnya. “Kalau emang lo enggak ada teman atau bahkan enggak percaya temen lo sendiri, lo masih ada Tuhan yang selalu dengerin masalah lo. Walaupun tuhan enggak bisa balas langsung omongan lo setidaknya tuhan masih mendengarkan cerita - cerita lo dan semua masalah -masalah lo.” Ucapan Ara membuat lelaki itu menundukkan kepalanya. Ara hanya menggelengkan kepalanya dan melangkahkan kakinya untuk kembali pulang. Baru dua langkah Ara berjalan ia menoleh kembali “Dan satu lagi, rokok dan berantem bukan hal yang bagus untuk anak yang masih SMP. Masa depan lo masih panjang untuk di lakukan. Jangan buat diri lo menyesal karena sudah sia siain masa remaja lo dengan hal yang bakal lo sesali nantinya.” Ujar Ara. “Daffa…”Ara yang mendengar lelaki itu berbicara langsung membalikkan badannya menghadap lelaki itu dengan wajah yang bingung. “Daffa itu nama gua, ayo kita berteman”Ara yang pada awalnya bingung, seketika tersenyum membalas ucapan lelaki itu. Walaupun Daffa mengajak berteman seperti bermonolog pada dirinya sendiri, tetapi Ara tahu bahwa dia hanya butuh teman yang mengerti dirinya. Ara akan menjadi teman yang mengerti akan lelaki itu dan berusaha untuk membuat Daffa menjadi lebih hangat dalam berteman. *** “ARA!" Teriak seorang cewek, Ara yang tengah berjalan dengan Daffa seketika membalikkan badannya. Stella, cewek yang memanggil Ara tadi yang juga sahabat dan teman sekelasnya tengah berjalan kearah mereka. Daffa langsung menatap Ara, Ara yang ditatap hanya mengedikkan bahunya tanda dia tidak tahu apa yang terjadi. “Kenapa La? masih pagi loh sudah teriak-teriak aja.” Tanya Ara sambil melihat Daffa pergi meninggalkannya. “Enggak papa cuman ingin manggil aja hehe.” Dengan santai Stella menjawab. “Eh Daffa kenapa jalan duluan Ra, cuek banget sih.” Ara yang melihat Daffa hilang dibalik dinding hanya mampu menggelengkan kepala “Lo tahu sendiri, sifat dia memang kaya gitu. Tapi dia baik kok.” Jawab Ara seadanya, sambil mereka berjalan menuju kelas. Baru juga Ara duduk dibangkunya Stella sudah menayakan pertanyaan yang selalu cewek itu tanyakan. “Ra, lo benaran enggak ada rasa gitu sama Daffa?” “Enggak ada La, gua sama dia sahabatan sama kaya gua sahabatan sama kalian.” “La, sudah berapa kali deh lo tanyain pertanyaan yang sama kaya gitu terus ke Ara.” Celetuk cewek yang ada dibelakang meja mereka. Ara dan Stella memutar badan untuk berbincang dengan temannya itu, Mita. Ara memiliki tiga sahabat selain Daffa yaitu ada Stella Amarta, gadis cerewat dan barbar yang selalu mengetahui tentang berita yang beredar di sekolah. Karena kekepoannya segala informasi akan sangat mudah ia dapat, Stella dan Ara sudah berteman sejak Kelas 9 SMP. Lalu yang kedua ada Mita Angela gadis tomboy dengan segala perhatiannya walau terkadang mulutnya suka ceplas ceplos bila berkata namun ia yang paling pengertian. Dan yang terakhir Vanessa Pradinasi gadis yang sangat mementingkan penampilan ini sama seperti Stella sangat suka bergosip namun ia cukup dewasa dibandingkan mereka semua. Mita dan Vanessa mulai berteman dan menjadi sahabat Ara saat kelas 10 karena mereka sekelas dan duduk tepat di depan Ara dan Stella. Ara sendiri gadis dengan pemikiran dewasa, perhatian tapi juga manja serta plinplan. Manjanya Ara hanya kepada Daffa dan sahabat-sahabatnya saja. “Dan jawaban Ara tetap sama Stella sayang, mereka cuman sahabatan, okey?” Kali ini Vanessa yang berbicara. Stella hanya nyengir sambil mengacungkan dua jari tanda damai. “Sudah-sudah mending kita ngomongin Revan aja.” Sambil menaik turunkan alisnya Mita berbicara menggoda Ara, yang di goda hanya tersipu malu-malu. Tidak ada yang tidak diketahui oleh mereka tentang perasaan Ara terhadap Revan sang mantan ketua Osis. Ara yang menyukai Revan saat kelas 11, dimana pada saat itu kelas Revan sedang direnovasi. Siswa-siswi di kelas Revan berpencar untuk menumpang belajar, dan kebetulan Revan menumpang belajar dikelas Ara. Dari sini Ara mengenal Revan, menurut Ara Revan berbeda dari cowok kebanyakan. Revan lelaki yang pintar, baik, ramah dan penuh semangat. Pokoknya yang positif itu ada semua di diri Revan. Hampir semua guru menyukai revan. Ara pernah beberapa kali berbicara dengan Revan itu juga saat Revan sekelas dengannya. Karena pada saat itu Ara menjadi sekertaris kelas. Kekaguman Ara bertambah pada saat Revan mencalonkan diri menjadi ketua osis, dimana semua kandidat harus memberikan visi dan misi selama menjabat dan Ara sangat menyukai ketampanan dan kewibawaan seorang Revan saat menjelaskan visi dan misinya. “NAMARA ANNORA….” “Ra, Ara? Sssttt..” Ara tersadar saat stella menendang kakinya sambil berbisik dan mengisyaratkan matanya untuk melihat kedepan. “Namara, maju kedepan dan kerjakan soal nomor 3. Saya liat kamu sudah cukup pintar sampai melamun dipelajaran saya.” Ibu Rina, guru fisika yang tegas dan tidak suka anak muridnya tidak berkonsentrasi dalam pelajaran. Ara berjalan sambil menundukkan kepalanya, ia sangat malu saat ini. Bayangkan seluruh perhatian dikelas ini mengarah kepadanya. Sambil mengambil spidol Ara mencoba menjawab soal itu tapi tak ada jawabannya, Ara bukan siswi yang pintar sehingga sebelum dipelajari bisa menjawab. Ara menoleh kebelakang berharap sahabatnya dapat membantu, tapi mereka bertiga kompak menggelengkan kepalanya. Pasrah, itu yang sekarang Ara rasakan. “Maaf bu, saya tidak bisa menjawabnya.” Sambil menundukan kepala Ara berbicara dengan bu Rina. “Tidak bisa menjawabnya? Hmm baiklah silahkan kamu belajar diluar dan temui saya setelah pelajaran selesai!” Dengan langkah lesu Ara berjalan keluar dan sahabat Ara memohon maaf karena tidak dapat membantu. Ara mencoba tersenyum kearah sahabatnya untuk meyakinkan bahwa dia baik baik saja. “Ara!! lo b**o banget sih sudah tahu pelajaran fisika itu susah malah melamun.” Sambil berjalan Ara memaki dirinya sendiri hingga tidak menyadari dia sudah ada dibelakang sekolah. “Hiks... hiks... hiks.” Seketika Ara merinding mendengar suara tangisan perempuan yang berasal dari gudang belakang itu. “Itu suara manusia atau suara.. Aishh Ara jangan mikir yang aneh-aneh deh.” Berperang dengan hatinya, kaki Ara melangkah mendekat kearah gudang mencoba mengintip kedalam gudang melalui jendela samping. “Aakkhhh!” Reflek Ara berteriak saat pundaknya tiba-tiba di tepuk oleh seseorang. Ara langsung membalikkan badan untuk mengetahui orang tersebut. “Lo…”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
91.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook