bc

Derita Seorang Pelakor

book_age18+
1.1K
FOLLOW
14.1K
READ
billionaire
possessive
pregnant
arrogant
scandal
badboy
goodgirl
powerful
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Percaya atau tidak, takdir selalu punya caranya sendiri untuk menunjukkan arah ke mana cinta harus pulang. Aku percaya, tidak ada yang lebih indah di dunia ini daripada takdir Tuhan.

Dulu aku pernah merebut cintanya seorang pria dari pelukan wanita lain, bahkan aku menikah dengannya hingga menggagalkan pernikahan mereka. Apa aku jahat?

Ya, aku tahu perbuatan itu tidak terpuji dan sangatlah jahat, mungkin julukan seorang pelakor yang melekat pada diriku sangatlah pantas karena aku telah merebut Pratama Wirayuda dari Nathalie Pricilia.

Akibat perbuatan itu, hidupku selalu dipenuhi penderitaan tiada akhir, rasanya walaupun aku sudah bersama Pratama, tapi tetap saja rasanya sulit untuk hidup tenang dan bahagia. Sampai akhirnya Tuhan berkehendak lain, Dia menitipkan penyakit mematikan di tubuhku sampai akhirnya aku pergi untuk selamanya-lamanya.

Tapi kalian harus tahu, aku senang Tuhan menegurku dengan cara seperti itu, aku jadi bisa pergi dengan tenang karena dapat kembali menyatukan cinta Nathalie dan Pratama seperti seharusnya.

Jangan menjadi seperti diriku, tetaplah menjadi wanita baik dan bahagialah dengan caramu sendiri, jangan dengan cara merampas kebahagiaan milik wanita lain.

-Amanda Olivia-

chap-preview
Free preview
Awal Pertemuan
Selamat membaca! Kehidupan di Kota Jakarta, Ibu kotanya Indonesia seakan tidak pernah tidur walau hanya sesaat, selalu saja ada huru-hara sampai larut malam, bahkan sampai matahari terbit. Ada banyak cara yang bisa dilakukan orang-orang untuk melepaskan penat dari pekerjaan dan aktivitasnya dalam sehari-hari. Namun, banyak sebagian orang yang memilih untuk datang ke klub malam, untuk sekedar melepas stres dan mencari hiburan. Ya, klub malam adalah salah satu tempat hiburan malam yang biasa dituju sebagian orang untuk mencari hiburan dan menjadikan klub sebagai salah satu pilihan untuk berkumpul bersama teman atau pacar, menjadi tempat nongkrong paling asik karena mempunyai cara untuk menikmati salah satu keseruan nge-bir sambil menikmati alunan musik yang dimainkan oleh Dj, membuat para pengunjung klub selalu merasa nyaman dan betah untuk berlama-lama. Saat waktu di jam yang melingkar di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul 22.30 malam, seorang wanita berparas cantik yang tengah merana mulai memasuki salah satu klub malam yang terletak di pusat kota. Sky klub yang hampir setiap malam sangat ramai pengunjung, dari berita yang beredar klub ini sangat menjaga kualitas kebersihannya, selain memiliki banyak merk bir, dari bir lokal sampai luar negeri, dan bisa dikatakan bir yang tersedia di sana hampir lengkap, tempat itu juga mempekerjakan para bartender handal, karena itulah Sky klub menjadi salah satu tempat hiburan malam yang sering dikunjungi oleh para selebritis ternama, pengusaha-pengusaha dan berbagai kalangan lainnya yang memiliki dompet tebal. Di Sky klub ini juga menyediakan ruangan VIP sehingga pengunjung bisa minum dengan privasi tanpa gangguan orang lain. Mempunyai luas hampir 13.000 kaki, klub malam itu hanya buka empat kali dalam seminggu. Menjadi salah satu tempat favorit para pengusaha sukses dan kaya raya berkumpul, membuat klub ini juga digemari oleh kaula muda, terutama para wanita cantik yang menjadikan klub tersebut sebagai tempat mencari jodoh, banyak di antara mereka berharap mendapatkan pasangan atau pun sugar Daddy dari kalangan pengusaha kaya atau seleb di klub itu untuk dapat menghidupinya, membayar sewa apartemen atau sekedar membelikannya barang-barang branded untuk menunjang penampilan. Kini sudah tidak aneh lagi bila banyak wanita rela menjadi simpanan seorang pengusaha yang sukses dan kaya raya, tempat itu saja menjadi salah satu lokasi pertemuan dua insan yang awalnya tidak saling mengenal hingga berakhir di atas ranjang hotel, atau di sebuah room VIP, bahkan lebih parahnya lagi ada juga yang berakhir di dalam mobil bergoyang karena tidak sanggup menahan hasrat yang memuncak sampai di hotel. Dentuman musik dengan aliran Electro House di Sky klub membuat siapa saja yang mendengarnya sangat menikmati ritme tersebut, tanpa paksaan dan secara naluri mereka akan menggerakkan kepala atau kedua tangannya untuk menari mengikuti alunan musik yang terdengar indah di telinga. Seketika masalah dan beban hidup terasa lepas dari mereka yang datang ke tempat tersebut. Sosok wanita yang baru saja tiba di klub itu langsung duduk di sebuah table seorang diri dan terlihat tidak memiliki gairah untuk menjalani hidup. Wanita itu bernama Amanda Olivia yang kini tengah bersedih karena hubungannya dengan seorang pria harus kandas akibat terhalang restu orang tua. Namun, berbeda dengan apa yang dirasakan oleh wanita itu ketika mendatangi tempat hiburan tersebut. Amanda datang dengan raut murung dan mata yang sembab, karena beberapa jam lalu ia bertemu dengan kekasihnya yang ternyata datang dari London ke Jakarta hanya untuk memutuskan hubungan mereka yang sudah berjalan hampir dua tahun. "Sampai detik ini aku masih tidak mengerti, kenapa sih orang tua Stefan selalu mengedepankan keinginannya yang kolot terhadap anak mereka dengan seenaknya tanpa mau tau apalagi sampai memikirkan perasaan Stefan, mereka selalu menjodohkan dia dengan anak dari sahabat mereka, menggunakan alibi untuk menjaga hubungan baik. Kenapa mereka tidak mau menerima keberadaanku selama ini sebagai kekasih dari anaknya dan selalu meminta Stefan agar cepat-cepat mengakhiri hubungannya bersama aku. Apa mereka pikir Stefan akan hidup bahagia setelah menikah melalui hasil perjodohan itu? Aku bisa melihat kesedihan Stefan saat mengatakan semuanya padaku. Kasihan dia. Orang tuanya selalu saja memandangku rendah, menganggapku seolah sosok yang tak terlihat dan tidak pantas untuk Stefan!" Terdengar beberapa kali Amanda mengesah kasar sambil mengusap wajahnya dengan kasar, menandakan bahwa suasana hatinya saat ini sangat buruk setelah putus dengan pria pujaannya selama ini. "Ah, lebih baik di Jakarta ini aku fokus untuk memulai kehidupan baru tanpa Stefan, aku harus terbiasa hidup tanpa bayang-bayangnya walau aku masih sangat mencintainya. Mungkin aku bisa mencari kesibukan di sini dengan mengembangkan bakat menariku. Pokoknya secepat mungkin aku harus move on dari Stefan yang sebentar lagi akan menikah bersama wanita pilihan ibunya." Terdengar lenguhan Amanda beberapa kali yang menandakan wanita itu tengah merasa kecewa teramat dalam atas kegagalan cintanya bersama Stefan dan berusaha untuk tegar. Pandangan mata Amanda tanpa sengaja tertuju ke arah stage yang masih tampak gelap, sebuah stage yang biasanya akan menjadi tempat untuk menampilkan para penari klub malam yang akan performance di atas panggung, untuk menghibur para pengunjung klub yang semakin malam semakin dipenuhi oleh sejuta umat manusia, tak kenal tua atau pun muda, mereka datang dengan niat untuk mencari hiburan atau menghibur diri yang penat karena terlalu sibuk menghabiskan waktu untuk bekerja. "Sepertinya kalau aku menari, itu dapat mengurangi beban hidupku walau hanya sesaat, setidaknya melupakan Stefan untuk malam ini saja. Apa langsung aku tanya aja kali ya pada salah satu bartender di sini, bagaimana syaratnya agar bisa ikutan menari di atas panggung itu?" batin Amanda yang bertanya dalam hati, sambil terus menatap ke arah stage dengan perasaan yang sangat berharap bisa menampilkan bakat menarinya dan langsung ditonton oleh banyak pasang mata manusia. Tak lama kemudian wanita berparas cantik itu memutuskan untuk bangkit dari posisinya dan mulai melangkah mendekati salah satu bariste (bartender wanita) yang baru selesai mengantarkan minuman ke table yang tidak jauh dari table yang Amanda tempati. "Hai, Kak. Selamat malam. Maaf nih aku mau tanya, di panggung itu pasti sudah ada pengisi acaranya buat tampil 'kan, tim dancer-nya dari sini atau gimana? Soalnya kalau boleh sih, aku ingin ikut berkontrubusi malam ini, hitung-hitung biar have fun aja. Walaupun aku harus membayar juga gak apa-apa kok, Kak." Bariste itu sempat terkejut karena dihampiri oleh pengunjung secara tiba-tiba dan ditanyai hal seperti itu. Namun, wanita itu mencoba menutupi keterkejutannya saat ini. "Betul kak, sudah ada tim dancer dari management yang bekerja sama dengan Sky klub yang akan perform di setiap malamnya ketika klub buka, dengan tim yang berbeda sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Maaf kalau boleh tau, kakaknya anak dancer juga ya?" tanya wanita yang bekerja sebagai bartender di klub itu pada Amanda yang datang menghampirinya. "Betul banget, kak. Aku dancer dari London sih, baru aja pindah ke Indonesia dan tinggal sama orang tua di Pondok Indah." "Kalau kakak sudah berpengalaman, saya akan berkordinasi dengan Organizing Committee (panitia pelaksana) ya, kak. Begitu sudah di approve kakak langsung boleh ikut latihan sama tim dancer lainnya di ruang glade resik, karena kebetulan mereka tampilnya masih satu jam lagi kok." "Wah, makasih banyak ya karena Kakak sudah mau bantuin aku untuk menyampaikan keinginanku ini pada Organizing Committee. Aku sih sangat berharap di approve, aku janji deh akan memberikan penampilan terbaik pada malam hari ini. Oh ya satu lagi, aku tidak perlu dibayar ya, Kak. Ini hanya untuk iseng-isengan aja, karena aku lagi butuh suasana baru buat menghibur diri." Wanita itu hanya mengangguk mendengarkan perkataan Amanda. Lalu ia segera berlalu pergi meninggalkan tempatnya setelah meminta izin pada Amanda terlebih dulu, ia akan menemui panitia pelaksana. Beberapa saat kemudian, wanita itu kembali menghampiri Amanda yang sudah duduk di table-nya semula. Wanita itu tidak datang sendiri, melainkan bersama seorang pria yang merupakan panita pelaksana. "Selamat malam. Perkenalkan saya Edwin, Organizing Committee di Sky klub. Kata Rina kamu mau nyoba tampil di sini ya?" tanya Edwin dengan ramah sambil mengulurkan tangannya di hadapan Amanda. Amanda segera berdiri dari posisinya dan menjabat tangan pria itu. Ia tersenyum ramah menanggapi pertanyaan Edwin. "Perkenalkan namaku Amanda Olivia. Benar, Kak Edwin. Kalau boleh sih aku pengen ikutan nari malam ini. Biasanya aku sering tampil juga waktu di London, tapi bukan di klub-klub seperti ini." "Oh iya, boleh kok. Kalau kamu bersedia, mari ikut gladi resik dulu dengan tim dancer yang akan menjadi tim kamu malam ini. Untuk kostum yang akan kamu pakai kami ada banyak persediaannya, kamu pakai baju ukuran S atau M?" tanya Edwin sambil meneliti penampilan Amanda yang sangat cantik dari atas sampai bawah. "Aku pakai baju ukuran M kak." "Oke, langsung ikut sama saya ke ruangan GR yuk!" ajak Edwin yang langsung disetujui oleh Amanda. "Kak Rina, makasih ya sudah mau bantuin aku untuk bisa nari malam ini," ucap Amanda sebelum berlalu pergi dari hadapan bariste yang bernama Rina itu. "Sama-sama, kak." Rina menjawabnya sambil tersenyum manis, lalu ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena kehadiran Amanda. Selama satu jam penuh Amanda latihan koreografi bersama tim dancer di ruangan GR, atas keinginannya sendiri ia ikut menari tanpa bayaran yang sebenarnya sangat lumayan untuk jajan, karena itu adalah hobi seorang Amanda yang tidak masalah melakukan tanpa mendapatkan imbalan, asalkan hasratnya terlampiaskan. Tepat pukul 23.30 tim dancer akan memulai show-nya di atas panggung, mereka semua berbaris sesuai urutannya ketika latihan. Amanda kebagian berdiri di paling tengah karena tinggi badannya lebih tinggi dibandingkan teman-temannya yang lain. Saat semuanya sudah siap, sinar leser yang berwarna-warni mulai menyorot ke arah panggung, para pengunjung dapat melihat lebih jelas wajah-wajah cantik para dancer itu satu persatu. Amanda bersama timnya mulai menari dengan lincahnya seperti hidup tanpa beban dan masalah, ia tersenyum dari menit pertama hingga menit terakhir. Setelah berada di stage selama sepuluh menit, kini Amanda bersama timnya telah selesai tampil. Setibanya di belakang stage, Amanda mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang telah menerima kehadirannya untuk ikut serta bersama tim mereka. Tidak lupa, Amanda mengabadikan beberapa potret bersama mereka semua sebelum melepas kostum yang dipinjamkan oleh Edwin kepadanya. Selesai menyalurkan hobinya, Amanda kembali mencari table yang kosong untuk dapat memesan minuman dan menikmati sambil duduk manis. Namun, di jam-jam seperti ini sangat sulit untuk menemukan table yang kosong, bahkan klub ini sudah padat oleh para pengunjung. "Oh my God, semua penuh! Lebih baik aku berdiri saja!" ucap Amanda yang menyerah. Saat seorang bartender melintasi Amanda, wanita itu segera memesan sebotol GREY GOOSE Vodka. Dan tak butuh waktu lama, bartender pun kembali menghampiri Amanda dan memberikan pesanan tersebut padanya. "Terima kasih ya. Kembaliannya ambil saja untuk kamu," ucap Amanda seraya menyerahkan lima belas lembar uang berwarna merah. Padahal sebotol minumannya hanya dibandrol dengan harga 1.000.000-an saja. Bartender itu pun merasa senang karena diberi tips yang lumayan, tak lupa ia mengucapkan banyak terima kasih sebelum berlalu pergi. Amanda langsung meneguk Vodka dari botolnya secara perlahan, suara musik yang keras membuatnya menari di tengah keramaian sambil menggenggam botol minumannya. Seiring dengan berjalannya waktu, sudah banyak Vodka yang Amanda teguk, hingga sebotol minuman beralkohol tandas tanpa sisa. Perlahan tapi pasti kesadaran Amanda mulai sedikit menurun. Musik yang terdengar keren di telinganya karena dimainkan oleh DJ profesional membuat wanita itu semakin menggila menari-menari hingga mendapat perhatian dari seseorang yang duduk di sebuah table yang tadinya sempat ditempati oleh Amanda saat pertama kali datang. Seseorang itu mulai memberikan isyarat pada Amanda dengan menggerakkan jari telunjuknya, saat pandangan wanita itu tanpa sengaja menatap ke arahnya. Seseorang itu adalah pria tampan yang merupakan pengusaha sukses di bidang properti, bahkan wajahnya sering muncul di majalah Forbes atas prestasinya dalam mengembangkan bisnis hingga masuk dalam daftar 100 orang terkaya di dunia. Pria itu bernama Pratama Wirayuda, seorang CEO di Wirayuda Land Group, perusahaan properti yang berkembang pesat dan hampir memiliki cabang perusahaan di negara-negara besar. Pratama Wirayuda atau yang biasa disapa Tama itu meminta Amanda untuk menghampirinya, karena ia merasa tertarik pada wanita yang sedari tadi terus mencuri perhatiannya sejak wanita itu perform di atas panggung dan menari dengan begitu lincahnya. Amanda yang merasa dirinya dipanggil oleh pria asing, segera menggelengkan kepalanya untuk menolak. Ternyata penolakan dari wanita itu membuat Tama semakin penasaran akan sosok Amanda yang baru saja dikaguminya. Pria itu pun melangkah untuk mendekat ke arah Amanda hanya sekedar untuk berkenalan. "Hei. Perkenalkan saya Tama, siapa namamu?" tanya Tama langsung kepada inti maksud dan tujuannya, kenapa angin membawanya datang ke hadapan Amanda. Ia segera mengulurkan tangan untuk menjabat tangan wanita berparas cantik di hadapannya. Amanda tak dapat menolak ketampanan pria yang datang menghampirinya, hingga ia menjabat tangan Tama dan mereka saling berkenalan. "Mau duduk di table bersamaku? Kebetulan saya duduk sendiri di sana?" tanya Tama sambil mengulas senyumannya, membuat Amanda tak mampu menolak. Mereka pun melangkah menuju table yang disewa oleh Tama, sambil menyingkirkan beberapa orang yang menghalangi jalan keduanya untuk melangkah. "Silakan duduk!" ucap Tama yang mempersilakan Amanda untuk duduk di sebelahnya. Wanita itu pun tak memberikan penolakan dan segera menghempaskan tubuhnya untuk duduk di atas sofa berwarna biru muda. "Amanda, apa kamu mau tambah minuman lagi, biar saya yang pesankan untukmu?" tanya Tama lagi yang tidak bosan untuk membuka obrolan bersama Amanda yang lebih banyak diam. "Oh ya boleh deh, satu botol red wine mungkin." "Oke, baiklah. Tunggu sebentar ya!" Tama pun memanggil seorang pelayan dan memesan tiga botol red wine untuknya dan Amanda. "Amanda, sambil nunggu minuman kita datang boleh 'kan saya tanya-tanya sedikit?" tanya Tama dengan ramah. "Oh tentu boleh. Kamu ingin bertanya apa, Tuan?" tanya Amanda dengan mata yang terasa sudah berat. "Sepertinya kamu bukan asli Indonesia ya? Apa kamu sering datang ke tempat ini?" Amanda tersenyum mendengar pertanyaan itu. Ia merasa Tama terlihat baik dan cocok untuk dijadikan teman curhatnya saat ini. Wanita itu pun mulai terbuka dan menceritakan tentang dirinya pada Tama, hingga berakhir pada cerita tentang kandasnya hubungan dirinya bersama Stefan, yang membuat Amanda datang ke bar tersebut. Tama merasa iba setelah mendengar kisah hidup Amanda yang ternyata cukup banyak menanggung beban. "Sabar ya, saya percaya kamu wanita yang kuat dan mampu melewati semua masalah yang sedang kamu hadapi. Saya cuma mau bilang, putus dengan kekasih bukan alasan untuk menghentikan langkahmu yang masih panjang, lagipula kamu itu 'kan masih sangat muda, nikmati saja masa-masa indah ini yang tidak akan dapat diulang dua kali." "Terima kasih ya, Tuan. Ternyata ada untungnya juga aku datang ke klub ini dan bertemu dengan kamu. Aku akan mendengarkan masukan darimu." "Sama-sama, tapi jangan panggil saya Tuan dong. Kita 'kan tidak sedang berada di luar negeri," pinta Tama sambil tertawa kecil. "Terus mau dipanggil apa dong?" "Mungkin panggil Tama saja kali ya, biar lebih akrab." "Tapi 'kan usia kamu sepertinya jauh di atas aku, enggak sopan deh kalau aku panggil nama langsung. Daddy bilang, kalau di sini panggil orang yang lebih tua itu seperti Kakak, Mas, Abang atau Bapak. Nah, kamu mau dipanggil apa?" Tama tersenyum miring mendengar tawaran dari Amanda. "Aduh, enggak ada yang keren. Panggil nama aja ya, biar lebih akrab." Amanda pun akhirnya mengangguk. "Kita cheers dong, sebagai pertemuan pertama kita di tempat ini!" ucap Tama yang sudah menuangkan red wine ke dalam gelas berukuran kecil untuk Amanda dan juga dirinya. Mereka pun bersulang dan mulai meneguk wine beberapa kali. Malam semakin larut, keadaan di bar semakin padat, bintang tamu malam ini sangat menghibur membuat para pengunjung betah dan tidak berniat pulang. Namun, tidak dengan Tama yang sudah sejak tadi ingin beranjak pulang tapi tidak sanggup menyetir karena kepalanya terasa begitu pening. Setelah menghabiskan tiga botol red wine berdua dengan Amanda, pria itu malah menambah memesan wishkey hingga membuat kini Amanda Hangover. Akhirnya Tama segera menghubungi asisten pribadinya agar menjemput dirinya bersama Amanda di Sky klub. Beberapa menit kemudian seorang pria bernama Michael yang merupakan asisten pribadi Tama mulai memasuki klub untuk bantu memapah tuannya keluar dari tempat tersebut. Namun, Tama menolak untuk dipapah karena ia merasa kuat berjalan sendiri. "Kamu bantu Amanda saja, dia sudah tidak sadar karena mabuk berat!" titahnya pada Michael yang hendak memapah tubuhnya. "Tapi dia siapa, Tuan?" tanya Michael memasang wajah bingung, karena seingatnya Tama datang seorang diri ke Sky klub, kenapa sekarang malah pulang berdua dengan wanita yang tidak dikenalnya, batin pria itu yang segera menampik segala macam rasa penasarannya. "Dia teman saya, cepat kamu papah dia sampai ke mobil!" titah Tama dan mulai melangkah lebih dulu, melewati kerumunan untuk dapat meninggalkan klub yang telah mempertemukannya dengan Amanda pada malam ini. Setibanya di dalam mobil, Tama memerintahkan Michael untuk mengantarkannya ke hotel bersama Amanda. Tama terpaksa melakukan itu, karena ia tidak tahu dimana alamat tempat tinggal wanita yang baru beberapa hari tinggal di Jakarta itu, bahkan identitasnya pun masih sebagai warga negara Inggris. Michael membawa Tama dan Amanda ke salah satu hotel milik keluarga Wirayuda, kebetulan hotel tersebut jaraknya tidak begitu jauh dari klub yang sempat mereka singgahi. Michael kembali diberikan perintah oleh Tama untuk memapah tubuh Amanda sampai masuk ke dalam kamar pribadinya. Mengingat kepalanya yang masih terasa pening, tak memungkinkan Tama bisa memapah Amanda terlalu lama. Setelah tiba di dalam kamar hotel, Michael merebahkan tubuh Amanda di atas ranjang dengan perlahan. Lalu ia menoleh ke arah Tama yang berada di belakang tubuhnya, terlihat tuannya itu mulai melepas jas yang dikenakannya dengan dahi yang sudah dipenuhi oleh keringat. "Tuan, Anda saya antarkan pulang ke rumah 'kan?" tanya Michael yang berpikir hanya Amanda sendiri yang menginap di hotel. "Kamu pulanglah ke apartemenmu. Pergi istirahat kembali. Malam ini saya akan tidur di sini, karena kasihan kalau saya tinggalkan Amanda sendirian, dia baru tinggal di Jakarta dan pasti dia tidak tau jalan pulang ke rumah orang tuanya." "Tapi, Tuan..." Perkataan Michael segera disergah oleh Tama dan langsung mengusirnya. "Tidak ada tapi-tapian! Keluarlah, saya ingin beristirahat!" Michael segera menganggukkan kepalanya dengan patuh, ia tak ingin membuat Tama mengulangi perintahnya lebih dari satu kali. "Baik, Tuan!" pria itu pun berlalu keluar dari kamar hotel, meninggalkan Tama dan dan Amanda di dalam kamar berduaan. "Padahal di rumah sudah ada Nona Nathalie yang menunggu kepulangan Tuan Tama. Ah, sudahlah, bukan tugasku juga untuk memaksa dia pulang!" batin Michael sambil melangkah pergi meninggalkan lantai kamar pribadi milik Tama seorang. Tama menutup pintu kamar dengan kasar, hingga membangunkan Amanda dari tidurnya. Terdengar wanita itu mengaduh kesakitan merasakan sakit di bagian kepala dan tenggorokannya yang terasa kering. Tubuh Amanda terasa panas walau pendingin kamar sudah diatur sedemikian tinggi untuk menyejukkan. "Argh, panas sekali di sini!" umpat Amanda sambil membuka blazer pink yang dikenakannya untuk menutupi dress tanpa lengan yang menempel di tubuhnya. Tama kesulitan menelan salivanya sendiri ketika sorot matanya menatap penuh decak kagum tubuh Amanda yang sangat indah saat tak mengenakan blazer, menyisakan mini dress seperti sekarang. Pria itu pun melangkah mendekat ke arah ranjang dan menyodorkan segelas air putih yang terletak di atas nakas kepada Amanda. "Ini, minumlah untuk menghilangkan sakit di tenggorokan kamu!" titah Tama sambil mengusap punggung Amanda yang terasa begitu lembut dan halus, terbukti kulit wanita itu nutrisinya terpenuhi. Amanda segera meraih gelas yang berisi air mineral itu dan langsung menghabiskannya. Saat ini kesadaran wanita itu sudah hilang karena mabuk berat setelah menghabiskan beberapa botol minuman beralkohol sewaktu di klub, bahkan ia tidak sadar dimana dirinya berada saat ini. Bersambung... . . . Jangan lupa tekan love sebelum baca ya kak, berikan komentar juga kalau berkenan. Thankiss.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook