bc

Pendekar Pedang Tumpul

book_age18+
384
FOLLOW
2.2K
READ
like
intro-logo
Blurb

Kenapa perang terus terjadi? Kenapa p********n makin merajalela? Kenapa perang harus dibarengi dengan kematian yang tak berarti? Kenapa lambang kemakmuran sebuah kerajaan sering dinilai dari banyaknya b***k? Kenapa Ayah menjual Ibu, Kakak, dan aku?

Deretan pertanyaan seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun yang tengah dibawa menuju tempat tinggal para b***k.

Ia pun berhasil kabur dan kini menjadi seorang Pendekar dengan julukan Pendekar Pedang Tumpul. Pendekar yang sangat membenci pertarungan jika diakhiri kematian.

Pedang tumpul yang sanggup memotong sebilah pedang hanya sekali hantaman keras memanfaatkan retakan.

Pendekar Pedang Tumpul yang akan menjadi simbol kedamaian serta kesetaraan manusia.

Apakah Pendekar tersebut akan mampu menanggung beban sebagai simbol kebebasan?

chap-preview
Free preview
Bab 01: Kelinci
"Splashh ..." suara cipratan air membasahi kedua bersaudara saat sedang bermain air di sungai.   "Ihh ... Feng Ying berhentilah menciprati aku dengan air, " ucap sang kakak perempuannya jengkel.   Fengying tidak menggubris ucapan kakaknya, "He-he ... masa hanya aku saja yang basah sih?!" Demikian ucapnya masih menciprati air ke arah Kakaknya.   "Ibuu ... Feng Ying nakal nih!" Seru sang Kakak kepada sang Ibu yang tengah sibuk mencuci pakaian di sungai.   Ibu Feng Ying hanya menanggapinya dengan senyum manis tersirat pada wajahnya. Sesekali raut muka ibunya menunjukkan rasa sakit yang terdapat di sekujur tubuh.   Fengying menyadari hal itu pada Ibunya. Tapi, ia pura-pura tidak tahu dengan menjahili Kakak perempuan yang hanya menggunakan kain dililit pada tubuhnya seperti sang Ibu setiap kali ke sungai.   "Terima ini!" Seru Feng Ying masih menciprati air ke Kakaknya, "Splassh ..." sambil tertawa lepas meninggalkan masalah yang terjadi sejenak.   sang kakak akhirnya memberi serangan balik kepada Fengying, "Terima ini! Ha-ha," seru sang Kakak.   Fengying kaget ketika Kakaknya membalas, "Aww ... kak Xuemei curang masa pake batok kelapa! Itu mah namanya nyiram!"   "Lagi pula, itu dapat dimana?"   Xuemei akhirnya bisa tertawa lepas seperti biasa, "Haha, ini pembalasan kakak kepadamu yang nakal ini" demikian ucapnya menegakkan badan bersikap sombong kepada adik laki-laki kecilnya itu.   Tiba-tiba kain yang ia pakai terlepas di depan adiknya yang masih berusia 12 tahun, "Kyaa!! ..." teriak sang kakak histeris menutupi tubuh segera membelakangi adiknya itu.   Fengying menahan rasa tertawanya ketika sang kakak begitu ceroboh hingga kain yang ia pakai terlepas, "Ppfft ... haha!" Tertawanya geli memegang perut hingga ia terpleset dan tenggelam ke sungai yang tidak begitu dalam. Kemudian bangkit kembali dalam posisi bersongkok.   Melihat kedua buah hatinya bertingkah. Sang Ibu hanya menggelengkan kepala, "Feng Ying tolong bantu ibu mencari kayu bakar," perintah sang ibu.   "Iya bu!" seru Fengying bergegas naik untuk mencari kayu bakar dengan badannya masih basah kuyup.   Sementara Feng Ying mencari kayu bakar, sang ibu membantu mengambil kain yang hanyut menuju ke arahnya dan memberikan kepada anak gadisnya itu yang tengah masa pertumbuhan menjadi wanita dewasa.   "Ibu lihat dari tubuhmu. Kamu sudah pantas menikah, " ledek sang Ibu membantu melilitkan kain ke tubuh anak gadisnya itu.   "Ih ibu mah ... Xuemei belum mau nikah!" serunya tegas.   "Kenapa? Seorang gadis yang belum menikah tidak sepatutnya berkata seperti itu. Kamu belum merasakan indahnya menjadi wanita secara utuh" tutur sang Ibu   "Terus, seperti apa rasanya menjadi wanita seutuhnya?" tanya Xuemei   Sang ibu berbicara dengan sangat lembut sembari mengencangkan kainnya, "Kamu bisa merasakan indahnya melahirkan seorang anak di dalam perutmu. Serta, merawatnya sampai anakmu sanggup hidup mandiri dan mempunyai keluarga." demikian ucapnya memandangi punggung anaknya, "Nah, udah selesai terpasang."   Xiuemei membenarkan tubuh bagian atasnya yang di rasa kurang nyaman, "Ah, leganya." Xuemei mememutar badannya menghadap sang Ibu, "Apa sekarang ibu merasa bahagia karena sudah melahirkan Aku dan Feng Ying?"   sang Ibu hanya tersenyum haru. Ketika anak gadisnya menanyakan hal itu, "Kenapa kamu menanyakan hal itu nak? Sudah jelas ibu sangat amat bahagia telah melahirkanmu beserta adikmu yang lincah itu" demikian ucapnya terisak menangis meneteskan air mata.   Xuemei langsung mendekap ibunya yang menangis, "Tenang saja ibu, aku akan membahagiakanmu beserta adikku itu." tak lama ia pun ikut menangis.   Sang Ibu melirik mata anak gadisnya itu, "Tolong jangan lupakan ayahmu itu, tanpa dirinya kamu takkan lahir ke dunia ini serta adikmu," sambil menyeka air matanya dengan jari telunjuknya.   ***   Feng Ying masuk ke dalam hutan mencari lebih banyak kayu bakar kering. Selagi mencari kayu bakar, ia juga mencari beberapa buah-buahan dan jamur yang sekiranya bisa di makan untuk lauk makan siangnya.   Suara alam begitu indah hingga Feng Ying merasa suara-suara tersebut mengajaknya untuk ikut bernyanyi dengan bersiul. Tiba-tiba angin di sekitarnya menjadi begitu dingin tidak seperti biasanya, "Ahh ... sepertinya sebentar lagi musim dingin akan tiba." tubuh Feng Ying menjadi menggigil kedinginan, "harusnya aku tadi berganti baju saja tadi"   "Ya sudahlah, paling tidak hari ini aku sangat bersyukur mendapat makanan dan kayu bakar ini." ungkap Feng Ying kembali menuju sungai tempat Ibu dan Kakaknya berada.   Sebelum pulang, ia mengikat kayu bakar dengan akar merambat dan digabung dengan buah yang rantingnya masih menempel. Sedangkan jamurnya ia menaruhnya ke dalam daun yang lebar.   Feng Ying kembali dengan wajah riang menunjukkan kepada Ibu serta Kakaknya, "Kenapa kamu tersenyum dari tadi?" tanya kak Xuemei dengan penuh rasa penasaran.   "Lihat ini!" seru Feng Ying bangga menunjukkan kepada kakaknya.   "Wah! ... sudah lama aku tidak makan buah. Apa yang kamu bungkus ini?" tanya kak Xuemei penasaran.   Feng Ying memberikan bungkusan daun ini kepada kakaknya, "Wah, jamur hitam sudah lama aku tidak memakannya." Xuemei menatap kembali wajah adiknya, "Apa ada lagi kejutan lainnya?"   "Entahlah ... he-he," ucap Fengying tertawa kecil.   "Ibu, sudah selesai mencuci pakaian?" tanya Feng Ying masih menunjukkan wajah riangnya.   Sang Ibu hanya mengangguk sambil mengelus rambut putranya yang tebal, "Yuk, pulang sebelum petang" ajak sang Ibu.   Sang Ibu berusaha keras mengangkat pakaiannya. Melihat hal itu, Xuemei merasa tak tega. Ia memutuskan membantunya, "Sini bu, aku bantu. Tangan ibu sedang sakit jangan terlalu di paksa,"   Mereka bertiga bergegas pulang menelusuri jalan setapak. Sebelumnya Feng Ying memasang jebakan hewan saat ia tengah berangkat menuju sungai, berharap ada hewan yang terperangkap dalam jerat buatannya.  Feng Ying melihat setiap detil hutan ketika hampir sampai menuju jerat yang ia pasang.   Feng Ying melihat pergerakan kecil yang bersembunyi di dekat jerat. Ia menghampirinya pelan-pelan berharap hasilnya sesuai perkiraan "desik-desik" semak dedaunan saling bergesekkan.   "Haa! ..." teriaknya terkejut. Ketika, melihat seekor elang tengah memakan seekor kelinci yang terjerat ke dalam jebakan Feng Ying.   Feng Ying pun berusaha mengambilnya dengan menarik-narik bagian kaki belakang seekor kelinci yang terlihat mudah direbut. Al-hasil, Feng Ying kewalahan merebutnya karena elang itu menggenggam erat dengan kuku panjangnya. "Huik  ..." suara elang memekik begitu tajam. Sesekali elang itu berusaha mematuk tangan Fengying.   Kak Xuemei akhirnya ikut membantu Feng Ying menggunakan beberapa ranting tebal dengan banyak daun, "Hayah-hayah!" sambil perlahan mendekat, Xuemei menggoyang-goyangkan ranting tersebut ke arah elang.   Akhirnya, dengan terpaksa elang itu melepas kelinci buruan Feng Ying. Keadaan tubuh kelinci terlihat terkoyak pada bagian perutnya, "Syukurlah, masih ada beberapa bagian yang masih utuh." Demikian ucap Xuemei lega melihat kelinci itu.   Feng Ying bergegas mencari dedaunan lebar dan memotong daging itu di tempat. Ia setidaknya membutuhkan 3 daun lebar penuh tapi kali ini hanya 2 saja.   "Maafkan aku, kak Xuemei daging kelinci ini sudah terkoyak," ucap Feng Ying sedih.   Xuemei mengelus rambut adiknya lembut berkata, "tak apa, lagi pula masih ada beberapa bagian yang masih utuh untuk kita maka."   Sang Ibu hanya tersenyum bahagia melihat anak-anaknya begitu baik, "Feng Ying, Xuemei. Ayo kita pulang dan memasak hasil buruan adikmu," ajak sang Ibu.   Feng Ying dan Xuemei menuruti perkataan ibunya. Mereka meneruskan perjalanan sambil menenteng daging yang sudah terbungkus oleh daun di bawa Xuemei.   Feng Ying masih saja menjahili kakaknya selama perjalanan hingga sampai ke rumah.   Selama di rumah Xuemei dan Ibunya bergegas menuju dapur untuk memasak. Kepulan asap dapur menyembul keluar, bau harum dari bumbu-bumbu tercampur asap kayu bakar.   masakan telah matang sempurna semua lauk termasuk pencuci mulut sudah berada di meja makan. Sebelum menyantap makan siang, ada aturan keluarga yang mengharuskan menunggu kepala keluarga makan terlebih dahulu.   "Bu ..." ucap Xuemei lirih sambil memegang perutnya yang keroncongan.   "Sebentar lagi ya ... tunggu ayah kamu pulang," ucapnya.   Xuemei hanya mengerutkan dahinya. Menunggu di kursi sambil memandangi masakan yang ada di depan matanya. Tak lama kemudian, Feng Ying datang menghampiri kakaknya yang terlihat lapar. Ia pun memberikan Feng Ying sepotong buah yang di bagi dua, "Kak ini untukmu. He-he," demikian ucap Fengying menyeringai.   Xuemei langsung menerima pemberian adiknya.   Ketika, Xuemei melahap buah. Ia mendengar keributan dari depan pintu yang membuatnya penasaran hingga menghampirinya dengan adiknya.   Xuemei dan FengYing, melihat dua orang berwajah sangar serta ayahnya yang babak-belur hingga wajahnya sulit dikenali dari kejauhan. "Ada apa ini? Kenapa kamu terluka?" tanya sang Ibu.   Sang Ayah hanya menjawab, "Ma-maafkan aku ... maafkan aku." Secara berulang-ulang sambil bersujud di hadapan sang Ibu.   Sang Ibu hanya kebingungan melihat suaminya babak-belur. "Kenapa dia seperti ini?" Sang Ibu menyamakan tinggi sang Ayah yang sedang merangkak.   Kedua orang itu hanya tersenyum licik, "Kamu tau? Pria b*****h ini sangat bodoh hingga ia kalah berjudi. Setelah kekalahan telaknya, Pria ini nekat menjualmu dan kedua anakmu dengan beraninya" ucap Pria itu sambil menjambak rambutnya.   Salah satu pria langsung menarik Xuemei serta Feng Ying secara paksa. Di kala itu, Fengying hanya melihat kedua orang tuanya yang terlihat pasrah tanpa perlawanan.   Sang Ibu hanya tersedu menangisi kedua anaknya yang sudah di masukkan ke dalam jeruji. Tak lupa pula, sang Ibu ikut juga. Tapi di pisahkan di tempat berbeda. Kemudian dibawa menggunakan kereta kuda.   ***   Suara kuda tengah menarik kereta roda kayu dengan jalanan berbatu membuat ramai menarik perhatian orang-orang yang melihat jeruji besi berisikan beberapa orang dewasa dan anak-anak nampak murung menutupi wajah memeluk lutut.   Tangis Feng Ying lirih, "K-Kak Mei kita mau dibawa kemana?" Tanya Fengying sembari memeluk lengan Xuemei kuat-kuat.   "Jangan khawatir ya, kita mau dibawa kerumah baru kita," walau Xuemei tengah gelisah, ia tetap berusaha tetap tegar di hadapan adik kecilnya.   Sepanjang perjalanan di setiap tikungan pelan-pelan banyak bermunculan kereta dengan jeruji besi sedang membawa orang-orang, kini satu arah dengan kereta yang mereka bertiga naiki.   Mereka hampir sampai rumah yang sangat besar serta dinding tembok putih yang menjulang tinggi membatasi pandangan rumah tersebut, hingga akhirnya mereka telah masuk kedalam rumah yang mempunyai halaman sangat luas dan juga banyak orang-orang dipaksa masuk kedalam rumah besar dengan tangan terikat kuat.   Mereka dibariskan ditandai dengan besi panas berlogo lalu ditempelkan pada bahu pada masing-masing calon b***k. Kemudian, setelah diberi tanda mereka langsung dipaksa terjun langsung untuk mengangkut barang untuk laki-laki dan melayani para tamu pedagang yang berasal dari luar pulau untuk wanita.   Para saudagar saat ini sedang menikmati jamuan makan malam yang telah disiapkan, "Haha ... tempat ini seperti surga, banyak wanita cantik di sekelilingku haha!" tawanya keras diikuti para saudagar lain.   "Apa aku boleh meminta lebih? Seperti menikmati tubuh mereka?" cetus saudagar tua yang tengah mabuk minuman pada seorang penjaga b***k.   Penjaga tersebut memindahkan cambuknya ke tangan kiri lalu tangan kanan ditempelkan pada d**a, "Apapun yang anda minta akan kami sediakan tuan, namun ada harga lebih," balasnya sambil membungkukkan badan.   "Cih! Aku kira gratis!" ungkapnya singkat sambil melanjutkan minum.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

My Devil Billionaire

read
94.7K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K
bc

Scandal Para Ipar

read
693.5K
bc

Life of Mi (Completed)

read
1.0M
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.7K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook