bc

Musuh

book_age16+
15
FOLLOW
1K
READ
badboy
goodgirl
dare to love and hate
student
drama
comedy
sweet
highschool
basketball
school
like
intro-logo
Blurb

Pernah suka pada seseorang hanya karena dia sering mengganggu? Aneh memang, namun jujur merasa kesepian jika satu hari saja ia tak ada walau hanya untuk membuat kesal.

Ini kisah mereka berdua yang tidak pernah akur setiap harinya. Ryan yang iseng, dan Rana yang judes. Bisakah keduanya bersatu? Bisakah keduanya melewati perbedaan yang ada? Bisakah keduanya saling menjaga dan memahami?

chap-preview
Free preview
Beda
"Ryaaaaaaaaaaaaaaaaan!" teriak siswi berambut panjang di depan kelas. Laki-laki yang merasa terpanggil itu pun segera menghampiri orang yang meneriakinya dan membekap mulutnya. "Lo apaan sih, masih pagi udah teriak- teriak, lo makan berapa toa pas sarapan?" tanya Ryan. Gadis yang dibekap mulutnya pun langsung menghempaskan lengan Ryan dari mulutnya. "Tangan lo bau terasi," ucapnya datar. "Masa?" Ryan segera mencium tangannya. "Gua abis bantuin mamih gue masak nasi goreng ekstra terasi, haha." katanya. Gadis cantik dengan pipi sedikit tembam di depannya malah menatap datar laki-laki yang dianggapnya sok asik. "Ya elah Rana, lo ga usah natap gue kayak gitu deh, lo nanti suka sama gue." kata Ryan sembari mengacak-acak rambut gadis cantik di depan nya. "Najis!" bentak Rana lalu bergegas ke tempat duduknya. Ryan mengusap wajahnya yang terkena cipratan dari mulut Rana. "Ihh jijik banget sih tuh cewe, bau banget lagi liurnya." gerutu Ryan. "Masih pagi lo udah songong aja," Ryan kembali menghampiri Rana yang sedang sibuk mengeluarkan bukunya. Rana tak menggubris pria yang duduk di atas mejanya. "Ran, lo tuh ya cewe paling nyebelin, paling cuek, paling rese, paling, hmmmp," Rana segera menyumpal mulut Ryan dengan gulungan kertas dan memilih pergi meninggalkan manusia terkutuk itu. "Sialan" umpat Ryan dan segera menyusul Rana. "Ran, Rana, norak, Meigita Rana Dwiantono!" panggil Ryan. Rana langsung memberhentikan langkahnya ketika nama lengkap nya dipanggil. "Apa?" tanya Rana datar. "Lo mau kemana?" Ryan malah balik bertanya. "Ke kantin? napa? lo mau ngikutin gue juga? lo kayak fans gue ya, kemana mana gue pergi lo selalu aja ngikutin." tukas Rana. Ryan tertawa geli. "Heh, lo kalo mimpi jangan ketinggian, lagian orang kayak lo ga cocok jadi artis," "Serah, gue laper mau ke kantin, dan lo ga boleh ngikutin!" tunjuk Rana pada wajah Ryan. Rana kembali melanjutkan langkahnya, sementara Ryan hanya diam di tempatnya menatap tubuh Rana yang semakin menjauh. ... Kringg Bel masuk pun berbunyi, Rana mempercepat langkahnya menuju ke kelas. Tapi, langkahnya kalah cepat dengan guru Fisika, yaitu bu Eva. Sesampainya di kelas, Bu Eva menatap tajam ke arah Rana di ambang pintu. "Kamu dari mana Rana?" tanyanya. "Emm dari kantin bu," jawab Rana sambil menunduk. "Kamu, belum istirahat aja udah ke kantin. Kamu saya hukum berdiri di depan sampe pelajaran saya selesai!" kata Bu Eva. Rana menganga. "Kok di hukum bu?" tanyanya. "Saya kan cuman telat sedikit." "Kamu ini, udah salah protes pula, semakin kamu protes, semakin saya tambahin hukuman nya." tegas Bu Eva. Akhirnya Rana hanya pasrah ketika dirinya berdiri di pinggir papan tulis. Ia melihat Ryan tengah menatapnya, segera Rana mendelik laki-laki yang menyebalkan di hidupnya. "Bu," Seluruh murid langsung menoleh ke sumber suara termasuk Bu Eva. "Ya Ryan?" tanya Bu Eva. Ryan menurunkan lengannya. "Sebenernya, saya yang suruh Rana ke kantin buat beliin saya makanan, iya kan Ran?" kata Ryan sambil memberi kode supaya Rana mengiyakan. "Tapi bu," Rana mulai angkat bicara. "Ya sudah kamu maju juga ke depan, sini." suruh Bu Eva. Ryan pun maju dan berdiri di samping Rana. Ia mendekatkan kepalanya ke telinga Rana. "Heh, harusnya lo terimakasih sama gue," bisik Ryan. Rana menoleh. "Buat apa?" tanyanya. "Gue kan udah mau nemenin lo dihukum," jawab Ryan. "Gue kan ga minta, lo nya aja yang so pahlawan," "Rana, denger ya, gue ngelakuin ini tulus buat lo, lo kok ga ada terimakasihnya sih," Rana menghembuskan napasnya pelan. "Denger ya pake telinga, gue....gak minta....lo nemenin...GUE." Rana yang terbawa emosi menekan kata "GUE" dengan teriak, hingga Bu Eva menoleh pada mereka berdua. "Heh, kalian itu ya udah saya hukum di depan malah enak ngerumpi, mau saya tambahin hukuman nya?" tegur Bu Eva. Rana dan Ryan menggeleng. "Jangan ribut dong!" bentak Bu Eva. "Iya bu." jawab Rana dan Ryan. Dua jam telah berlalu, akhirnya Rana merasa lega karena bisa duduk. Sembari duduk, ia memijat kakinya yang pegal akibat berdiri selama dua jam. "Nih," Ryan menyodorkan es teh di meja Rana. Rana mendongak. "Buat siapa?" tanya Rana. Ryan menepuk jidatnya. "Buat siapa lagi Rana, dasar cewek aneh." cecar Ryan. "Gue gak aneh, lo tuh yang aneh," protes Rana. "Iya dah iya gue yang aneh, nih lo minum dulu," suruh Ryan. Rana meraih es teh nya kemudian memegang sedotannya tepat di depan mulutnya. "Eh bentar, lo gak kasih gue obat tidur atau pelet kan?" tanya Rana. "Lagian gak gue kasih pelet juga lo bakalan terpikat sama gue," kata Ryan percaya diri. Rana mendelik. "Mana mungkin," Rana meminum es teh pemberian Ryan "Sama sama Rana," kata Ryan. "Makasih." ucap Rana datar. "Lo emang temen gue yang paling aneh, kenapa ya lo tuh cantik tapi judes, heran gue, lo pas bayi ga minum asi ya? lo pasti minum lem, makanya mulut lo itu gabisa ngebentuk senyum, bisanya diem, datar," "Lo juga temen gue yang paling aneh, lo cowo tapi mulutnya kayak ibu ibu arisan, heran," balas Rana. "Liat aja nanti, lo bakalan ngerubah kalimat itu menjadi kalimat "Lo adalah suami gue yang paling ganteng, lo banyak omong, tapi lo romantis, gue sayang elo," bakalan ngomong gitu lo nanti," kata Ryan. Rana menyengir. "Lo kalo ngehayal jangan ketinggian, selera gue itu oppa oppa korea, bukan cowo norak kayak lo," bantah Rana. "Rana, lo tuh terlalu gengsi buat nyatain. Denger ya, sebelum lo nyesel, lo mesti ungkapin ke gue!" "Apa yang mesti gue ungkapin?" Ryan tertawa kecil. "Perasaan lo ke gue," jawab Ryan. "Apa? gak salah denger?" tanya Rana sembari mengorek telinganya kemudian mengelapkan tangannya ke baju seragam Ryan. "a***y jijik banget sih lo, congean yak?" pekik Ryan "Denger ya Andryan Alex Eka Buntoro! Pertama, lo bukan tipe gue. Kedua, lo gak lebih dari sekedar musuh gue, dan ketiga, kita itu..." "Karena itu?" potong Ryan. Rana terdiam sesaat. Kali ini suasana mendadak berubah menjadi serius. Ryan mengubah posisi duduknya mendekat kepada Rana. "Ran, gue rela kalo harus...," Rana segera menghentikan ucapan Ryan. "Engga Ryan, gue gamau lo korbanin apapun cuman demi gue," Rana berdiri kemudian bergegas pergi. "Thanks es teh nya." ucapnya sebelum keluar dari kelas. Ryan terdiam sesaat. "Emangnya gue salah ngomong?" gumamnya. Ia bergegas mengejar Rana yang sudah lebih dulu pergi keluar kelas. "Ran tunggu!" panggil Ryan. Sang pemilik nama pun segera menghentikan langkahnya kemudian membalikkan badannya. Ryan segera menghampiri Rana, berdiri di hadapannya. Ia sudah menyusun kata-kata. "Apa lagi sih?" tanya Rana. Ryan meraih tangan Rana. "Ran, gue serius dengan kata-kata gue tadi." Rana menggeleng. Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Ryan saat ini. "Lo ngomong apa sih Ryan? Nyebut oyy, nyebut. Gue gak suka ya lo ngomong kayak gitu." "Ini bukti kalau gue gak bercanda." kata Ryan. Sebelum Ryan mengeluarkan kata-kata yang semakin aneh lagi, Rana memilih untuk pergi. "Pikir-pikir dulu kalau mau ngomong," ucapnya lalu pergi. Kalimat terakhir Rana seketika membuat Ryan langsung terdiam sembari menatap langkah Rana yang semakin menjauh dari pandangannya. ... Kriiiiiiing Bel yang paling ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi. Semua siswa maupun siswi berhamburan keluar kelas dengan perasaan gembira. Rana masih setia duduk di bangkunya sambil membereskan alat tulisnya yang berserakan di meja. Ryan menghampiri Rana yang sedang sibuk. "Ran, lo beneran marah sama gue?" tanya Ryan setelah melihat wajah Rana yang jutek. Rana melihat Ryan sekilas lalu menyibukkan diri kembali. "Lo jangan giniin gue dong Ran," ucap Ryan lagi. "Gue lagi badmood, jangan ganggu!" kata Rana sambil menutup resleting tasnya kemudian berdiri. Ketika Rana hendak pergi, tangan Ryan segera menahannya. "Ran, gue minta maaf, maafin gue yak," Dengan cepat Rana melepaskan cekalan tangan Ryan. "Gue bad mood Ryan, plis jangan ganggu gue dulu," Ryan akhirnya pasrah membiarkan Rana pergi tanpa mengucapkan kata "iya gue maafin" . "Emang gue salah ya ngomong kayak gitu?" gumamnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.5K
bc

Head Over Heels

read
15.6K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.1K
bc

DENTA

read
16.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook