bc

Suamiku Mantan Gay

book_age18+
9.7K
FOLLOW
100.4K
READ
family
love after marriage
pregnant
drama
twisted
sweet
bxg
bxb
like
intro-logo
Blurb

Sequel dari Ready for Marriage tentang kehidupan Derrel dan Andriana pasca menikah. (sudah tamat)

warning : konten dewasa 21+

Bagaimana rasanya menjadi straight seutuhnya? Ketika kau menegang saat melihat perempuan berbusana minim tanpa pernah merasa gagal menjadi laki-laki di depan istrimu.

Bagaimana rasanya menjadi straight seutuhnya? Ketika jejak otot perut sixpack di balik t-shirt tak membuatmu bereaksi dan berdesir..

Bagaimana rasanya menjadi straight seutuhnya? Tatkala jatuh cinta pada perempuan menjadi sesuatu yang membahagiakan tanpa takut akan label dan cap pendosa karena cinta sesama jenis yang tak bisa diterima..

Bagaimana rasanya menjadi straight seutuhnya? Tanpa bersusah kembali ke fase Denial bahwa kau sama sekali tak tertarik dengan laki-laki, padahal masih ada sedikit rasa itu.

Aku Derrel Aditya Hazel, seorang suami yang sangat mencintai istriku dan aku tengah berjuang untuk menjadi straight seutuhnya.

Aku Ezka Alfarel Farizky yang masih terbelenggu akan kenangan cinta sesama jenis di masa lalu dan saat ini aku berjuang untuk kembali ke kodrat, bukan sebagai biseksual tapi straight seutuhnya.

Ini tentang Andriana dan Zafa, dua wanita hebat yang mencintai prianya dengan segala jejak masa lalu yang kelam.

chap-preview
Free preview
Wedding
Derrel's POV Aku merasa gugup, deg-degan luar biasa. Kuhembuskan napas berulangkali. Kuatur napasku dan aku harap anxiety disorderku nggak kambuh di saat moment penting ini. Kulihat bayanganku di cermin. Kurasa semua sudah terlihat sempurna. Hanya pengendalian emosiku yang harus diatur lagi, karena perasaan gugup dan berdebar-debar itu terus menghantui. Kurasakan sebuah tepukan menimpa bahuku. Kulirik seseorang yang berdiri di sebelahku. “Jangan gugup Rel. Rileks saja. Semua pasti berjalan lancar.” Aldefan tersenyum. Kubalas senyumnya. Aku tak pernah menyangka kami menjadi sahabat baik sekarang. Bahkan dia seperti seorang sahabat sejati yang selalu siap membantuku tanpa pamrih. Dia dan Rayya sudah banyak membantuku dan Andriana hingga kami melangkah di detik ini. “Terimakasih banyak Al. Kalian sudah banyak membantuku dan Andriana. Oya gimana ponakan kecilku? Sedang apa dia sekarang?” Aldefan tersenyum, “Dia sedang tidur. Rayya nitip salam untuk kalian. Dia sebenarnya ingin banget hadir menyaksikan pernikahan kalian. Tapi dia baru seminggu melahirkan, belum pulih benar. Bintang juga masih terlalu kecil, jadi dia nggak bisa datang.” “Nggak apa-apa Al. Kami bisa memaklumi.” Kuulas senyum dan kuhela napas. Mencoba mengontrol kembali kegugupan yang menguasaiku. Tenang Derrel.. Jangan gugup.. Aku duduk tertegun di depan paman Andriana yang menjadi wali nikah kami. Dia adalah wali terdekat Andriana karena ayah kandung dan kakek Andriana sudah meninggal, Andriana juga tak memiliki saudara laki-laki. Ada penghulu, saksi-saksi nikah, keluarga dari kedua pihak. Ayah tiri dan ibu Andriana, tante Grace, om Richard dan saudara sepupuku. Bahkan kakakku juga datang, dia dan keluarga kecilnya datang ke Indonesia kemarin. Aldefan, orangtua Aldefan, teman-temanku, teman-teman Andriana termasuk karyawan-karyawan di butik dan salonnya juga datang. Andriana masih di kamarnya. Dia baru akan keluar setelah selesai ijab qobul. Acara belum dimulai, keringatku sudah bercucuran. Tante Grace bolak-balik mendekatiku hanya untuk sekedar mengusap keringat yang membasahi dahiku dengan tissue. Acara dimulai juga. Paman Andriana menjabat tanganku, "saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan keponakan saya Andriana Putri binti Agus Prasetya dengan mas kawinnya berupa seperangkat alat sholat dan uang sebesar 1.707.017 rupiah, tunai." Aku pun melafalkan bacaan qobul yang sudah aku hafal jauh hari sebelum hari-H, “Saya terima nikah dan kawinnya Andriana Putri binti Agus Prasetya dengan mas kawin tersebut tunai.” “Bagaimana saksi, saudara-saudara, sah?” “Sah.” Alhamdulillah, kuusap wajahku. Segala rasa gugup yang berkecamuk seakan sirna, tanpa kusadari setitik air mataku jatuh. Kami sengaja menggunakan uang sebesar 1.707.017 karena itu adalah simbol tanggal, bulan dan tahun pernikahan kami, 17 Juli 2017. Ini moment yang tak kalah mendebarkan. Saat aku melihat Andriana dalam balutan kebaya warna putih dipadukan dengan rok model line-A. Aku tak tahu apa namanya, tapi di sepanjang tepian rok ada banyak ornamen batik bunga yang timbul, seperti sulaman atau brokat. Dia merancang sendiri gaunnya yang menakjubkan ini. Dia mengenakan hijab, sungguh dia terlihat seperti bidadari. Hijab menambah kecantikan naturalnya. Dia berjalan mendekat ke arahku diapit oleh ibunya dan tantenya. Rencananya dia ingin Rayya yang ada di posisi tantenya, tapi Rayya berhalangan hadir karena baru melahirkan. Aku terkesima. Mataku awas memandanginya. Dulu Andriana selalu mengingatkanku untuk jangan menatapnya berlama-lama, itu namanya zina mata, harus belajar gadhul bashar atau menjaga pandangan. Sekarang aku sudah resmi menjadi suaminya, jadi memandangnya lekat-lekat seperti ini sudah halal hukumnya. Aku semakin deg-degan kala Andriana bersanding denganku. Dia mencium tanganku. Aku mengecup keningnya dengan perasaan bahagia, lega, terharu semua bercampur menjadi satu. Wanita ini yang selalu meyakinkanku bahwa aku bisa menjadi straight, wanita ini yang selalu menjaga dirinya, yang aku tahu betapapun dia sangat mencintaiku, dia tak pernah mengizinkanku untuk menciumnya, wanita ini yang dengan sabarnya menjawab-jawab pertanyaanku seputar Islam, wanita ini yang mengenalkanku akan keindahan Islam, wanita ini yang mencintaiku dengan segala kekuranganku, dia bahkan mampu menerima kelamnya masa laluku. Wanita ini yang Allah hadirkan untuk melengkapi hidupku, untuk menyempurnakan setengah agama. Kukecup lagi keningnya dengan begitu dalam. Bisa kudengar isak tangis lirihnya yang membuatku semakin larut dalam keharuan. *** Aku sudah begitu deg-degan di pernikahanku siang tadi. Dan malam ini, aku masih saja deg-degan. Apa begini rasanya malam pertama? Ya, mungkin seks bukan pengalaman pertama buatku. Di masa lalu, aku aktif melakukannya dengan Alde. Tapi tetap saja, malam ini akan menjadi moment bersejarah untukku, karena aku akan melakukannya dengan perempuan untuk pertama kalinya. Memang aku begitu penasaran dengan hal ini. Aku harus menunggu sampai detik ini untuk menuntaskan rasa penasaranku. Tapi aku juga takut. Andriana sudah berpengalaman sebelumnya. Regan yang notabene laki-laki straight dari dulu mungkin lebih bisa memuaskannya. Ya Allah, aku benar-benar takut. Kuhembuskan napasku, kuucap istighfar dan kucoba berpikir setenang mungkin agar aku tak panik. Akan sangat payah jika serangan panik itu muncul di saat seperti ini. Andriana keluar dari kamar ganti. Aku dibuat terkesima sekali lagi. Masya Allah dia cantik sekali. Dia mengenakan lingerie yang membuatnya terlihat sangat seksi. Andriana tersenyum dan aku cuma bisa diam mematung. Andriana berjalan mendekat. “Kenapa kamu diam saja Rel? Kamu sudah lama menunggu moment ini kan?” Dia mengulas senyum. “Aku deg-degan An.” Andriana tertawa kecil. Dia menyentuh wajahku dengan jari-jarinya, “Udah lama aku ingin menyentuh wajahmu Rel. Kamu cute, ganteng, emang benar kata orang-orang, cigah artis Korea.” Kami tertawa. “Kamu inget Anggun nggak? karyawanku yang nama aslinya Angga?” Aku mengangguk, “Kenapa dengannya?” “Waktu dulu kamu datang ke salon, dia bilang, ih teteh bos pinteran nyari cowok. Meni kaseepppp pisaannn, ih gemes, dia punya kembaran ga teh? Cigah Kris Wu, mantan personilnya Exo. Ih gemesin banget deh, unyu-unyu, gantengnya maksimal, super duper cute.” Aku tertawa mendengar gaya bicara Andriana yang menirukan gayanya Anggun. “Masih deg-degan nggak?” tanya Andriana dengan senyum lembutnya. Aku menggeleng. Kuhela napasku dan kudekatkan wajahku. Andriana terdiam, dia tidak mengelak. Jika aku melakukan ini sebelum menikah, dia pasti akan menolaknya. Wajahku semakin dekat, kulihat bibirnya yang begitu merekah. "I love you," ucapku lirih. Andriana tersenyum, "I love you more.." Kurasa ciuman hangat yang cukup menggairahkan ini mampu menjadi awal yang manis untuk malam pertama kami. Tak kusangka, Andriana gesit sekali, perlahan dia melepas kancing piyamaku satu per satu. Malam ini seharusnya kami menyatu, tapi aku harus berusaha lebih keras untuk membangun ketertarikan pada tubuh perempuan. Wajahku rasanya sudah pucat, peluh membanjir dan aku terkesiap saat dengan lincahnya Andriana membuka celanaku. Andriana yang sebelumnya terlihat b*******h mendadak mengganti ekspresi wajahnya dengan tampang cemberut. “Dari tadi ngapain aja sih? Kita udah foreplay lama kan? Kok belum bangun-bangun?” Skakmat lo Derrel..! ******

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Turun Ranjang

read
578.7K
bc

Will You Marry Me 21+ (Indonesia)

read
612.6K
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
579.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook