bc

Cinta Pertama

book_age16+
457
FOLLOW
2.1K
READ
love-triangle
possessive
second chance
friends to lovers
goodgirl
drama
tragedy
office/work place
others
friends
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana kalian berfikir cara bekerja hati? Apakah kalian akan tahu pada siapa kalian jatuh cinta? Kalau dia tau, takkan mungkin dia mencintai seseorang yang bahkan bisa saja menyakitinya.

Menjadikan alasan dengan mengatakan 'jangan jatuh hati pada orang yang salah' itu hanya sebuah kata-kata yang orang lain juga tahu akan mustahil untuk tidak melakukannya. Bukan selalu orangnya tapi keadaannya. Atau bisa saja caranya yang salah.

Dan Menjadi alasan seseorang tersakitu bukanlah keinginan setiap orang apalagi sampai menyebabkan dia tiada. Itu semua adalah proses yang harus dijalani dengan dalih 'takdirnya memang sudah begitu' tapi apapun itu berjalan dalam bayang bayang kesalahan dan patah hati tidaklah enak.

Lalu bagaimana kita harus menjalaninya? Mencari Cinta yang baru? Pelarian? atau hanya obses semata? Ataua hanya karena rasa bersalah terus menunggu? Bahkan dia tau itu akan sedikit mustahil, kecuali sebuah keajabain yang datang padanya.

Lalu bagaimana? Kesempatan kedua? Akankah ada?

***

@Fatamorgana16

Minggu, 31 January 2021

Pelalawan. Riau

chap-preview
Free preview
Prolog
Perempuan itu membuka matanya setelah hampir 2,5 tahun dia berjuang antara hidup dan mati. Tidak bisa dikatakan bernyawa sebab hidupnya hanya dibantu oleh selang. Juga tidak bisa dikatakan tak bernyawa sebab dia masih bertahan walau sulit dalam bantuan selang-selang rumah sakit. Dokter bahkan keluarga yang menunggunya selama ini sudah pasrah akan keadaan. Mereka yakin apa pun keputusannya, semua bergantung pada keinginan wanita muda itu untuk tetap ingin hidup atau tidak. Maudy, wanita yang baru bangun dari tidur panjangnya setelah 2.5 tahun tanpa tahu apa yang telah terjadi pada dunia nyata. Dia hanya asyik tidur, seakan bila dia sadar semua hanya mimpi belaka yang akan bisa hilang kapan saja. Seorang pria muda yang menunggui si wanita yang baru sadar dari komanya itu menghela nafas berat, berharap semua baik-baik saja walau dia tahu ada yang salah dengan keadaan terutama hatinya. Hatinya dari dulu menginginkan wanita itu meskipun dia tahu itu sulit untuk diraih. Dia merasa tidak apa-apa meski tersakiti asal wanita itu selamat dan berharap bisa bersama lagi jika suatu saat dia kembali kepada cintanya. Casya berlari menyusuri lorong rumah sakit, di mana sahabatnya dirawat. Dia tidak pernah menyangka bahwa ternyata orang yang selama ini bagai tak bernyawa bisa kembali dengan banyaknya perjuangan. Bahkan dokter saja sudah angkat tangan. Dia tergesa-gesa sampai dia tidak sengaja menabrak seseorang. “Ah maaf, saya sedang terburu-buru,” katanya sembari berlalu. “Aneh, dia sangat terburu-buru seperti dikejar setan. Wah, ataukah memang dia? Emm, jangan-jangan ....” “Ada apa, Tirta?” tanya Arga. “Ah, tidak. Ayo, aku seperti mengenal seseorang yang menabrakku tadi. Sudahlah, ayo!” ajak Tirta menepuk punggung Arga. Mereka berlalu, tapi Arga menoleh kembali. Seperti yang dikatakan Tirta, dia juga seolah mengenal cara wanita itu berjalan walau tidak terlalu yakin. “Ah mungkin hanya kebetulan,” pikirnya. *** “Bagaimana, Sky? Maudya bagaimana?” tanyanya dengan terengah-engah. “Dia sudah sadar, tapi ada berita duka. Kuharap kita semua bisa menerimanya walau aku pun sebenarnya berat untuk mengetahuinya,” ucap Sky menjelaskan. “Berita apa? Duka bagaimana, Sky? Jangan membohongiku!” Saking geramnya, ia hampir saja dia berteriak. “Aku tidak tahu, Cas, tunggu dokter sebentar lagi. Aku sengaja tidak ingin mengetahuinya sendiri, agar kita tahu bersama,” jelas Sky. Casya mendengus namun tetap bersyukur sambil mengelus d**a bertanda bahwa dia tidak terlambat sebab tadi Sky menelponnya mengatakan bahwa Maudy sempat kejang-kejang dan setelahnya tangannya bergerak. Walau sedikit, dia tidak tahu itu pertanda apa, yang pasti dan jelas dia sangat bersyukur bila sahabatnya itu sadar. Dan dia akan berjanji bahwa ini untuk terakhir kalinya sahabatnya mengalami hal seperti ini, tidak lagi. Tangannya mengepal sangat erat, sambil memperhatikan Sky begitu khawatir dengan keadaan Maudy. Dia harus selalu bersyukur walau Sky tidak pernah melihat ke arahnya. Menjadi sahabat Sky saja baginya suatu keberuntungan. Dia tidak boleh serakah menginginkan semua yang ada pada Sky dan Maudy meskipun dia harus sakit hati nanti. Yang terpenting baginya sekarang adalah Maudy selamat. Itu merupakan sebuah keajaiban dan anugrah yang sangat besar dari tidaknya ada harapan menjadi sebuah keberuntungan. “Sky, duduklah! Dia akan baik-baik saja. Kamu tahu dia adalah wanita yang kuat dan tangguh, bukan? Biarpun orang mengacuhkannya, dia tetap bertahan bahkan setelah selama ini.” Casya mencoba menghibur agar suasana hati Sky membaik sembari memperhatikan kamar rawat Maudy. “Aku tahu. Ah iya, om dan tante belum sampai, ya?” tanya Sky mengalihkan pembicaraan. Dia melihat sorot mata Casya, tajam tapi berbeda dari yang biasa dia lihat selama ini. Dia mengenal Casya lebih dulu jauh sebelum Maudy. Namun, tidak sedekat beberapa tahun ini. Walau begitu, dia cukup mengenal siapa Casya. Seorang Casya tidak akan pernah merasa terancam walau dalam keadaan terpojok sekalipun. “Jika suatu saat semua berubah, apa yang ingin kamu lakukan atau apa yang kamu pikirkan, Cas?” Casya yang bingung, mengernyitkan kening tanda dia tidak mengerti. “Seandainya keadaan berbalik bagaimana?” tanyanya Sky lagi. “Maksudnya? Aku tidak mengerti, Sky. Tolong jangan berbelit-belit dan jika berbicara perjelas saja! Jangan pakai bahasa isisyaratAku tidak mengerti.” Casya menggerutu dan Sky hanya tersenyum melihatnya. “Lagian aneh banget, kaya semua bakalan berbalik seperti sedia kala layaknya pertama kali. Gak mungkinlah, Sky,” ucapnya. “Meskipun ya nanti mereka bertemu lagi, kuharap mereka sudah menemukan hidupnya masing-masing.” Casya menghela napas karena tidak yakin dengan keadaan. Jika nanti mereka sudah menemukan hidupnya masing-masing, baik Arga maupun Maudy sepertinya akan berat jika Sky bersama Maudy. Kecil kemungkinan Maudy akan mengabaikan Sky bila terus dicoba karena dulu pun begitu, Maudy sempat hampir menerima Sky, tapi semua gagal karena harapan kosong yang diberikan Arga padanya. “Entahlah, Sky, aku pun tidak tahu bagaimana dengan mereka nanti. Kita doakan saja yang terbaik,” tambahnya dengan lesu. “Bagaimana denganmu, Cas?” tanya Sky pelan, tapi tatapannya tidak pernah lepas dari Casya, sangat lekat. “A-apa?” Casya tidak tahu pertanyaan semacam apa yang dilontarkan oleh Sky kepadanya. Bila itu untuk menyakitinya maka Sky berhasil, tapi jika untuk memberikan perhatiannya, dia hanya ingin mengucapkan terima kasih. Beda lagi jika hanya sebuah harapan kosong, seperti yang Arga lakukan pada Maudy maka dia akan bilang “Lihat aku sekali saja, Sky” dan kata itu hanya bisa dia ungkapkan dalam hatinya karena dia terlalu gengsi mengungkapkan langsung. Sebenarnya bukan hanya karena gengsi, tapi memang sepertinya Sky tidak pernah sadar atau memang dia tahu tetapi berpura-pura tidak tahu dan membodohi dirinya bagaikan korban? Entahlah. “Bagaiaman denganmu? Selama ini kamu hanya memedulikan kesehatan dan keselamatan Maudy. Lalu kamu bagaimana? Kapan kamu akan membahagiakan dirimu sendiri?” tanya Sky. “Aku tidak tahu, Sky. Biarkan semuanya berlalu dan kembali baik. Urusanku nanti aku bisa pikirkan,” jawab Casya. “Atau kamu memang benar-benar tidak tahu atau hanya berpura-pura saja?” sambungnya. “Maksudnya?” Sky mengernyit. “Ah, tidak. Lupakan!” kata Casya. Sky memperhatikan Casya. Dia tahu apa yang ada di pikiran Casya. Bukannya dia tidak tahu bahwa selama ini Casya diam-diam memperhatikannya dan sedikit berhasil mengusik sebelah sisi hatinya, tapi bagaimanapun rasanya masih tetap utuh kepada orang yang sama. “Maafkan aku, Cas. Aku berharap kau dapat yang lebih baik dariku karena bagiku kau hanyalah sahabat sekaligus kuanggap sebagai adikku,” batin Sky menatap Casya sendu. “Kejarlah bahagiamu Cas! Jangan terus memikirkan orang lain.” ucap Sky sambil menatap Casya, membuatnya kembali hanyut ke dalam mata tajam itu. “Raih mimpimu dan jangan pernah melihat ke belakang!” lanjutnya lalu menatap ke depan lorong. Casya yang kembali tersakiti setelah terdiam lama mengingat kenangan lama. Teman masa kecilnya juga begitu dan Sky juga mengingatkan dia dengan masa kecilnya itu. “Ah, dokternya lama sekali di dalam. Apa sih yang mereka lakukan? Masa yang diperiksa satu orang aja lama banget hampir 2 jam,” gerutu Casya mengalihkan pembicaraan. “Kamu haus?” tanya Sky sambil menyodorkan sebotol air mineral. “Oh, iya.” Lalu mengambil botol itu dan meneguknya. “Terima kasih,” lanjutnya setelah menyelesaikan minumnya. Dia akui bahwa dia berterima kasih atas kecanggungan barusan dengan sebotol air mineral. “Ah, segarnya.” Casya kembali meneguk air mineral itu untuk membasahi kerongkongannya yang kering akibat pembicaraan yang tiba-tiba. Membuat jantungnya tidak siap walau dia tahu akan tetap ditolak. *** Lampu di dalam ruangan ICU itu dimatikan dan pintu terbuka menandakan bahwa si dokter yang bertugas sudah selesai. Dokter pun keluar bersama dua perawatnya. Casya dan Sky langsung berdiri dan menembak pertanyaan kepada si dokter itu. “Bagaimana sahabat saya, Dok?” tanya Casya dengan jantung berdebar. “Iya, bagaimana keadaannya?” Sky juga ikut bertanya. Dengan tarikan napas berat, dokter itu pun menjawab, “Ahh, dia—” Si dokter menggantung ucapannya ketika mendengar sepasang orang tua memotong ucapannya. “Dok, bagaimana keadaan anak saya?” tanya mama Maudy. “Bagaimana anak kami, Dok?” Papa Maudy juga tidak kalah khawatir, ikut bertanya. “Dia—” ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

See Me!!

read
87.8K
bc

Bastard My Ex Husband

read
382.9K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
919.3K
bc

MOVE ON

read
94.6K
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
835.7K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.1K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook