bc

Tangisan Hati Amara

book_age18+
9.6K
FOLLOW
108.5K
READ
contract marriage
escape while being pregnant
dominant
dare to love and hate
drama
tragedy
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

(Diharap bijak saat membaca, Rate 18+)

Amara Respati harus menerima nasib buruk saat menghadiri pesta lajang dan ulang tahun salah satu temannya di sebuah resort mewah. Berniat datang untuk bersenang-senang sekaligus liburan, tetapi ternyata saat pulang malah membawa luka akibat kehormatannya telah direnggut oleh seorang pria bernama Bara Gandawasa. Atas sebuah kesalahan pada suatu malam yakni sang pria mabuk dan memaksa Amara untuk ikut mabuk juga sehingga terjadilah cinta satu malam di antara keduanya.

“Maaf, sebuah kehormatan wanita tidak layak digantikan dengan uang. Sebanyak apapun uang yang akan kau berikan takkan mampu menggantikan rasa sakit akibat kau renggut kesucianku!” tegas Amara sebelum ia membuang muka dari Bara.

“Terserah padamu. Yang jelas aku sudah memberikan itikad baik. Kalau kau meminta yang lain, aku tak mampu memberikannya padamu. Aku tidak bisa menikahi wanita asing sepertimu. Pernikahanku hanya sekali seumur hidup dan tak ingin punya istri hanya karena kesalahan satu malam bersamamu. Jalan hidupku masih panjang,” tandas Bara dengan angkuhnya hingga seketika membuat Amara meneteskan air mata.

Adu mulut antara sepasang pria dan wanita tanpa status itu kerap terjadi. Selalu berharap tak ingin bertemu lagi, namun nyatanya mereka terus-menerus bertemu karena takdir. Hingga sebulan kemudian Amara dinyatakan positif hamil oleh dokter kandungan. Seketika wanita itu syok dengan fakta bahwa ia telah mengandung anak Bara.

Apakah Bara akan bertanggung jawab pada Amara dan menikahi wanita itu? Jika terjadi pernikahan, akankah Amara mampu bertahan dengan pria yang sukses membuat hatinya sering menangis tersebut?

****

(Cover resmi dari starywriting)

chap-preview
Free preview
PROLOG
Ya Tuhan, aku hamil …. Seorang gadis cantik dan anggun mendadak terguncang saat menyaksikan alat uji kehamilan yang bertengger di tangan kanan, menunjukkan dua garis merah. Seketika gadis yang bernama Amara tersebut meneteskan air mata. Tak kuasa menahan laju cairan bening yang mengalir deras di pipi halus wanita itu mengingat statusnya sekarang yang masih single atau belum menikah. Amara tak menyangka bahwa kesalahan yang terjadi di malam pesta sebulan yang lalu pada sebuah resort di Pulau Komodo bersama seorang pria angkuh yang sangat ia kenal telah berhasil menghadirkan janin di rahimnya. Ia hanya bisa menangis tersedu-sedu memikirkan kenyataan pahit ini. Apalagi jika kedua orang tua Amara yang berstatus terpandang di negeri ini sampai tahu. Amara bisa disiksa oleh sang ayah jika tahu tengah mengandung anak haram yang bisa mempermalukan keluarga mereka. Gadis yang lahir dan besar dari keluarga kaya raya tersebut hanya bisa terisak. Amara memegang alat uji kehamilan dengan tangan bergetar dan keringat dingin yang membasahi sekujur tubuh. Ketika ia hendak memberi kabar kehamilan pada kedua orang tua, jantungnya berdebar tak karuan. Masih tak menyangka bahwa sekarang ia sedang mengandung anak pria yang keluarganya adalah musuh utama keluarga gadis itu sendiri. “M-Ma, Pa … Amara …” sapa Amara tergugu dengan suara lirih dan berusaha kuat untuk menyampaikan fakta mengejutkan ini. “Kamu kenapa?” tanya Dian Respati, sang ibu yang tengah sibuk memainkan ponsel. “Amara … Amara hamil …” ucap gadis itu yang mendadak bersimpuh di kaki ibunya seraya berurai air mata. Hingga kalimat yang terlontar dari mulut Amara langsung membuat kedua orang tuanya yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing terlonjak. Sosok pria paruh baya berkumis tebal segera angkat bicara. “APA MAKSUDMU???” tanya Rendra Respati, sang ayah yang seorang pengusaha kelapa sawit terkemuka di Pulau Sumatra. “Amara mengandung cucu, Papa dan Mama,” sahut Amara yang masih berlinang air mata. Tetap tak bisa berhenti menangis hingga sesenggukan. Mendengar ucapan sang putri, Rendra jadi kalut lalu segera melepas ikat pinggang untuk mencambuk anaknya sendiri. Sekali, dua kali, hingga tiga kali mencambuk punggung Amara hingga gadis itu kesakitan. “Kau benar-benar anak yang nggak tahu diuntung! Beraninya kau membawa aib untuk keluargamu sendiri. Dasar anak nggak tahu malu!!!” sergah Rendra berniat melanjutkan pencambukan pada anak perempuannya itu. Namun ketika ia hendak melayangkan cambukan, tiba-tiba Dian menahannya. “Sudah, Pa. Cukup-cukup. Kasihan Amara sudah kesakitan begitu. Amara tetaplah anak kita sesalah apapun dia. Sekarang kita interogasi dia saja,” bujuk Dian bijak. Sebenarnya ia juga tak tega melihat Amara menderita. Rendra pun luluh pada istrinya lantas memakai lagi ikat pinggang miliknya. “Baiklah, sekarang aku tanya, siapa yang sudah menghamilimu? Jawab!!!” jerit Rendra seraya menatap tajam Amara. Dian yang tak tega melihat putrinya bersimpuh, lekas membimbing Amara agar ia bangkit dan berdiri di depannya dan Rendra. “Jawablah pertanyaan Papamu, siapa ayah dari calon anak yang ada di kandunganmu?” tanya Dian menatap khawatir ke arah putrinya. Amara hanya membisu. Tak berani mengatakan nama laki-laki yang sudah meniduri gadis itu di suatu malam saat mereka sama-sama berada di Pulau Komodo. Karena Amara tak segera menjawab pertanyaan kedua orang tuanya, Rendra menjadi berang kembali dan berteriak-teriak marah. “JAWAB!!! SIAPA DIA???” pekik Rendra bersungut-sungut Dengan berat hati Amara menjawab, “Bara Gandawasa ….” Ucapan sang anak spontan membuat Rendra dan Dian terlonjak. Tak menyangka bahwa seorang Bara yang selama ini terkenal berhati dingin sama seperti ayahnya bisa-bisanya menghamili Amara yang berasal dari keluarga Respati yang menjadi musuh bebuyutan keluarga Gandawasa. “Apa??? Bara Gandawasa???” tanya Rendra seraya melirik sang istri. Amara hanya bisa mengangguk pasrah. Menyesali apa yang telah terjadi di malam itu hingga mengakibatkan ia hamil seperti ini. Namun nasi sudah menjadi bubur. Mau tak mau ia harus menerima keadaan bahwa ia tengah mengandung darah daging Bara. “Terus bagaimana ini, Pa?” tanya Dian yang tampak frustasi sembari menggaruk kening. Rendra termangu sejenak. Kemudian menatap tajam ke arah anaknya seraya berkata, “Kau akan menikah dengan Bara secepatnya. Mereka harus tanggung jawab! Keluarga sialan itu harus membayar apa yang sudah diperbuat pada keluarga Respati.” Amara tak bisa berkata apa-apa lagi usai mendengar titah sang ayah. Ia hanya bisa menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Berusaha tegar seraya memegangi perut yang berisi ‘benih’ dari Bara Gandawasa. Berusaha untuk ikhlas dengan keadaan meski tak tahu jika penderitaannya akan dimulai.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook