bc

Terpaksa Dimadu

book_age16+
255
FOLLOW
1.0K
READ
dark
drama
twisted
sweet
humorous
heavy
lighthearted
serious
mystery
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Freya, seorang gadis kampung berusia 19 tahun bekerja sebagai pembantu di sebuah rumah besar, Jakarta. Tiba-tiba saja dirinya dilamar oleh anak majikannya sendiri, bernama Kendrick. Freya sendiri sebenarnya menyukainya, karena itu dia menerima lamaran Kendrick.

Di tengah kebahagiaan rumah tangga Freya dan Kendrick. Freya mengalami kecelakaan yang menyebabkan dirinya harus melakukan operasi pengangkatan rahim. Kemungkinan memiliki keturunan hanya 30%. Sementara Kendrick, menginginkan anak.

Mampukah Freya mempertahankan rumah tangganya dengan keadaannya saat ini, sementara sang suami menginginkan seorang anak?

chap-preview
Free preview
1. Awal Mengenal
Di dalam mobil, seorang pria bertubuh tegap, wajah tampan rupawan, juga kulit putih menambah nilai plus parasnya sebagai lelaki yang tangguh. Dia melirik arloji yang melingkari lengan kirinya menunjukkan pukul 17.30 WIB. Sudah hampir mau Magrib, taxi online yang membawanya memasuki komplek perumahan elite. Awalnya sang ibu meminta untuk menunggunya agar dijemput oleh Pak Sukri--supir di rumah ibunya. Namun sang putra menolak karena tak ingin menunggu lama, dia ingin segera pulang ke rumah. Mau tak mau ibunya pun tak bisa berbuat apa-apa jika putranya sudah memaksa ingin menaiki taxi online. Taxi online itu berhenti tepat di depan rumah yang nampak megah dengan nuansa klasik namun tetap bergaya modern. Pria gagah itu turun, setelah membayar ongkosnya kepada si pengemudi taxi online. Dia menggeret kopernya memasuki gerbang rumah yang sudah dibukakan oleh satpam rumahnya. Satpam pun mengambil alih koper yang dibawa putra majikannya. Dengan senang hati pria itu memberikannya, dia melenggang mendahului memasuki rumah orangtuanya. Kebetulan pintu rumahnya tidak dikunci, hingga membuat pria itu tak perlu mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia bisa langsung masuk ke dalam sambil mengucap, "Assalamu'alaikum, Ma." "Waalaikumsalam. Oh Sayang, kamu sudah sampai, Nak?" jawab sang Mama kepada putranya—orang yang sedari tadi ditunggu-tunggu kedatangannya. "Udah, Ma, Ken capek banget," keluh pria itu bernama Kendrick--mengempaskan tubuhnya di atas sofa. "Ya sudah kamu istirahat dulu sebentar, 15 menit lagi azan Magrib. Nanti kamu salat, terus kita makan," tutur sang Mama. Sementara pria yang bernama Kendrick mengangguk patuh terhadap perintah Mamanya. Dia memejamkan matanya sebentar, berusaha menghilangkan penat walau tetap tak bisa. Dia mengatur tubuhnya agar lebih rileks. Setelah dirasa cukup rileks, Kendrick bangkit dari posisi rebahan di atas sofa. Dia melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Dengan langkah gontai dia sudah mencapai di depan pintu kamar, kemudian dia memutar daun pintu dan mendorongnya perlahan. Rupanya kamarnya masih sama seperti waktu dulu dia meninggalkan rumah ini. Hal pertama yang ingin Kendrick lakukan yaitu membersihkan badannya terlebih dahulu mengingat sebentar lagi azan akan berkumandang. Sekalian dia berwudhu dan menunaikan kewajibannya yaitu salat Magrib. Kendrick telah menyelesaikan kewajibannya, perutnya terasa lapar. Dia beranjak keluar dari kamarnya dengan mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Sesampainya di meja makan, semua makanan kesukaannya tersaji rapi di atas meja. Bagaimana bisa Kendrick menahan hasratnya untuk segera menyantap makanan favoritnya itu? Rasanya air liurnya kini sudah menetas, saking ngilernya. ”Ayo, Nak, duduk. Kita makan bareng,” ajak sang Mama. Sudah lama rasanya tidak merasakan makan bersama lagi dengan putranya. Semenjak suaminya meninggal, Kendrick memutuskan untuk melanjutkan study-nya ke Singapura. Sejak saat itu dia merasa kesepian, hanya ditemani oleh Bi Ros dan Pak Sukri, baru-baru ini ditambah ada Freya yang sudah tiga bulan bekerja padanya. Kendrick menarik kursi yang ada di samping Mamanya, dia duduk dengan tenang sambil menatap kursi-kursi meja makan yang tersisa—kosong. Kendrick memang anak tunggal, wajar jika dia merasa kesepian. Sang Mama mengikuti arah pandang putranya yang menatap ke arah kursi yang biasa ditempati oleh ayahnya. Sang Mama memahami perasaan sedih yang dirasakan oleh putranya itu. “Silakan. Ini, Bu, Mas, pudingnya,” ucap Freya tiba-tiba membuat fokusnya Kendrick teralihkan, kini berganti memandang ke arah Freya. “Loh, Ma, dia siapa?” tanya Kendrick sambil melirik sedikit ke arah Freya yang balik menatapnya sebentar. Cantik sekali dia, batin Kendrick berkata jujur. “Ooh, dia Freya—asisten rumah tangga kita yang baru,” jawab sang Mama. Kendrick manggut-manggut. “Ma, kenapa nggak ajak semua pembantu dan Pak Sukri sekalian aja makan bareng kita?” usul Kendrick mengutarakan keinginannya agar tidak terlalu sepi jika hanya makan berdua. Lagi pula makan ramai-ramai itu lebih mengasyikkan. Bu Sukma tampak sedang menimang usulan putranya, lagi pula memang dia belum pernah mengajak pembantunya makan bareng. Mungkin tidak ada salahnya menuruti usulan putranya. “Baiklah,” ujar Bu Sukma, “Freya, ayo kita makan bareng. Ajak Bi Ros dan Pak Sukri juga, ya.” “Tapi, Bu, nggak usah. Kami makan di belakang aja,” tolak Freya secara halus. “Tidak apa-apa, ayo panggilkan mereka!” pungkas Bu Sukma. Pada akhirnya Freya menuruti perintah Bu Sukma. Dia berjalan ke belakang memanggil Bi Ros juga Pak Sukri yang kebetulan sedang ada di belakang. Lalu mereka pun makan bersama, momen yang tak pernah terbayangkan oleh Freya, makan bareng majikannya. Freya mengambil secentong nasi lalu menaruhnya ke atas piring. Dia mengambil potongan ikan pesmol dan udang asam manis sebagai lauk pauknya. Rasa masakannya memang enak, pikirnya. “Wah, masakan siapa ini, Ma?” tanya Kendrick saat satu suapan berhasil masuk ke dalam mulutnya, dia menikmati rasa masakan kesukaannya yang kaya akan rempah-rempah itu, terasa gurih. “Enak banget ini, gak kalah sama masakan restoran,” tambahnya memuji lalu menelan kunyahannya. “Ooh, ini masakan Freya, pembantu baru kita,” jawab Bu Sukma, sekilas melirik ke arah Freya yang sedang khusyuk melahap makanannya. Kendrick yang mendapat respon pun mengalihkan pandangannya ke arah Freya, wanita itu terlihat kalem, bahkan saat dirinya memandang pun wanita itu segera mengalihkan pandangannya ke arah lain saat dirinya ketahuan sedang menatapnya. Seperti menghindari bersitatap dengannya, entah ada apa dengannya. Biasanya wanita yang banyak dia temui, jika dia sedang menatap seorang wanita, wanita yang ditatap pun tak segan untuk balas menatapnya bahkan dengan terus terang menggodanya. Jelas, wanita yang ada di hadapannya kini nampak berbeda dari kebanyakan wanita. “Ekhem.” Suara dehaman keras Bu Sukma membuyarkan lamunan Kendrick yang saat itu masih memerhatikan Freya. Sedang Freya yang ditatap pun menyadari bahwa anak majikannya sedang menatapnya. Risih rasanya, namun Freya tak bisa mengutarakan komentarnya secara langsung. Bi Ros menyikut pelan lengan Freya hingga membuat Frega menolehkan kepalanya seakan bertanya ‘ada apa, Bi?’, sedangkan Bi Ros yang seakan paham maksud Freya pun membalasnya dengan tersenyum menggoda lalu mengerlingkan matanya ke arah Kendrick—tentu Kendrick tak menyadarinya. Freya hanya menggelengkan kepalanya melihat wanita paruh baya itu menggodanya, lalu kembali menyelesaikan melahap makanannya. Suasana kembali hening, hanya terdengar suara sendok yang berdentingan dengan piring silih bersahutan. Kendrick yang sudah menyelesaikan melahap makanannya pun pamit pergi ke kamar karena ingin segera beristirahat, pun Bu Sukma pun melakukan hal sama, disusul oleh Pak Sukri. Kini hanya tersisa Bi Ros dan Freya yang sedang membereskan bekas makan malam mereka. Freya membawa semua piring kotornya, dan membawanya ke dapur untuk dicuci. Sedang Bi Ros membereskan sisa-sisa makanannya yang harus dia buang, namun Freya selalu melarangnya dan meminta semua sisa makanannya untuk dia kasihkan ke anak-anak jalanan. Sungguh baik sekali Freya itu, pikir Bi Ros. Katanya, kita tidak boleh membuang makanan selagi masih bisa dimakan, mengapa tidak dikasihkan saja ke orang yang membutuhkan? Di luar sana banyak sekali orang-orang yang tak bisa makan, kita yang kelebihan makanan harus mau berbagi dengan mereka. Bu Sukma sama sekali tak mempermasalahkan masalah sisa makanan, karena dia sendiri pun enggan untuk memakan makanan yang dihangatkan atau dalam arti makanan sisa bekas semalam dimakan untuk pagi nanti. Baginya itu tidak fresh dan bisa bikin sakit perut. *** Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
100.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook