bc

Kujaga Hatimu

book_age16+
2.1K
FOLLOW
17.2K
READ
family
submissive
drama
sweet
bxg
city
office/work place
friendship
friends
stubborn
like
intro-logo
Blurb

"Pada akhirnya kita akan tetap di pertemukan. Hatimu dan hatiku tetap di persatukan."

***

Tidak ada yang pernah tahu dengan siapa kita pada akhirnya. Seperti Anjani dan Raka, sepasang kekasih yang harus berpisah karena keegoisan keduanya.

Anjani yang selalu ingin di utamakan, sementara Raka yang merasa dunianya bukan sekedar Anjani saja tetapi dia memiliki dunia yang lain, mimpi dan segala hal tentang masa depannya. Akhirnya memutuskan untuk berpisah tepat di hari kelulusan mereka. Dan setelah hari itu mereka tak pernah bertemu kembali.

Sampai beberapa tahun kemudian, semesta kembali mempermainkan mereka. Membuat Anjani dan Raka kembali bertemu setelah sekian lama berpisah. Namun kali ini Raka telah menjadi milik perempuan lain sementara Anjani masih berada di hati yang sama, yaitu Raka Pradipta.

Mampukah Anjani melupakan Raka selamanya dan mengubur perasaan yang masih tertinggal di hatinya? Lalu bagaimana perasaan Raka setelah bertemu kembali dengan gadis yang dulu begitu dia cintai?

**

Cover : Orisinal

Dibuat oleh : Purplerill

Gambar : Unplash.com

Font : App text on photo

chap-preview
Free preview
Salah tapi ...
“Kamu itu egois tau gak!” Raka menatap kekasihnya dengan tatapan jengah. Entah yang ke berapa kalinya mereka kembali bertengkar. Bahkan di saat kelulusan mereka seperti hari ini. “Ya kamu yang enggak pernah ngerti aku, Ka!” Anjani. Gadis itu tidak mau kalah dengan kekasihnya. Mereka berada di belakang sekolah, menepi dari kerumunan teman-teman yang sedang berpesta di lapangan sekolah menyerukan kelulusan mereka hari ini. “Aku kurang ngerti gimana lagi sih sama kamu. Selama ini aku selalu menjadikan kamu prioritas utama aku. Tapi kamu gak pernah menghargai aku. Kamu tahu gak sih, dunia aku bukan kamu aja, Jani. Aku juga punya yang lain, teman-temanku, hobiku, mimpiku!” “Dan karena itu kamu lupa sama aku!” Raka mengacak rambutnya kesal. Selama mereka berpacaran, selama itu juga Raka selalu menjadikan Anjani sebagai prioritas utamanya. Tidak ada satu detik pun Raka melupakan kekasihnya, dunia Raka seolah terpusat kepada Vabiola Anjani Damanik. Dan sekarang hanya karena masalah sepele saja, Anjani-nya sudah menyebut dia tidak pernah mengerti dengan dirinya. Dari segi mana lagi yang Raka tidak mengerti tentang Anjani. Raka hanya ingin bersama dengan teman-teman saja di acara kelulusan mereka dan Anjani melarang dia untuk pergi. Kenapa gadis ini egois? Padahal selama ini Raka tidak pernah melarang Anjani jika memang gadis itu sedang ingin bersama dengan teman-temannya. Tetapi giliran Raka? Kenapa Anjani tidak ingin memberikan sedikit saja kebebasan kepadanya? “Jadi sekarang kamu mau apa?” Kali ini nada bicara Raka melembut. Anjani tidak akan mau kalah, dan lagi-lagi dia yang harus mengalah. “Ya aku mau kamu nggak usah ikut sama teman-teman kamu! Apa sih ngerayain ke jalanan segala. Aku gak suka!” Bukan tanpa alasan, Anjani melarang Raka untuk tidak ikut dengan teman-temannya merayakan kelulusan mereka. Bayangkan saja Raka akan ikut pawai motor bersama dengan yang lain. Anjani tidak ingin terjadi sesuatu kepada kekasihnya. Tetapi Raka malah mengatakakn bahwa dirinya terlalu mengekang. “Ini cuma perayaan biasa, Sayang.” Raka mana mungkin tidak ikut dengan teman-teman lainnya. Apalagi ini hari kelulusan mereka, tentu saja Raka ingin ikut merayakan bersama dengan yang lain. “Tapi bahaya, Ka.” “Sekali aja. Apa susahnya kamu kasih aku kebebasan sama teman-teman aku!” Raka kembali dengan nada tegasnya, membuat Anjani tersentak karena nada bicara laki-laki itu. “Kamu mau bebas?” Anjani menatap Raka dengan begitu lekat, “Kalau gitu kita udahan aja, kamu bisa bebas dari aku,” sambungnya. “Ya udah kita putus!” Tanpa menunggu lama, Raka meninggalkan Anjani yang menatap kepergiannya dengan tatapan terluka. Anjani tidak menyangka, semudah itu Raka mengatakan putus. Padahal dia hanya ingin Raka membujuk dia sekali lagi, bukan malah berakhir seperti ini. Jadi sekarang apa mereka benar-benar putus? ** “Hamil?!” Anjani tak menyangka dengan kondisinya yang dinyatakan hamil dua minggu. Pun dengan orang tua Anjani yang saat ini membawa Anjani karena anak mereka tak sadarkan diri di kamarnya. Kedua mata Anjani berkaca-kaca mendengar perkataan Dokter tentang kehamilannya yang masih begitu muda dan rentan akan keguguran. Lalu ingatannya kembali ke hari itu, setelah dia dan yang lainnya mengikuti ujian di hari terakhir, ujian kelulusannya. Dia di ajak oleh Raka –kekasihnya- ke apartemen untuk merayakan hari terakhir mereka menjalani ujian sekolah. Di apartemen setelah teman-teman mereka pulang selesai pesta kecil-kecilan. Anjani dan Raka masih berada di sana, hanya berdua. Lalu saat itu langit tampak mulai gelap dan hujan pun turun. Seolah suasana dingin mendukung kedua anak manusia itu larut dalam gelora cinta masa mudanya. Anjani dan Raka melanggar batasan mereka, menyatu di bawah selimut yang sama, di atas ranjang yang sama, dalam keadaan sama-sama tidak tertutupi sehelai benang pun. Anjani dan Raka menikmati apa yang mereka rasakan untuk pertama kalinya, keduanya sama-sama menjadi yang pertama, berhubungan layaknya pasangan pengantin baru, penuh dengan kenikmatan dan menyatu dengan cinta yang begitu menggelora. Namun sayang seribu sayang di hari kelulusan mereka, Anjani dan Raka mengakhiri hubungan mereka dan Anjani tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan hingga menghadirkan nyawa lain dalam diri Anjani. Bukan ... semua bukan kesalahan, Anjani menganggap ini anugerah dari Tuhan karena kepergian Raka menorehkan luka yang amat dalam di hatinya, namun juga memberikan malaikat kecil yang saat ini berada dalam rahimnya. Orang tua Anjani tentu saja kecewa dengan apa yang terjadi kepada anak perempuan mereka. Mereka telah gagal menjadi orang tua karena tidak bisa menjaga anak mereka sendiri, pun dengan kedua kakak laki-laki Anjani yang kecewa karena tidak bisa menjaga adik mereka. Namun di masa tersulit ini, kehamilan Anjani yang begitu rentan keguguran, sebagai keluarga mereka tidak meninggalkan Anjani. Mereka akan menerima anak yang berada dalam kandungan Anjani. “Mama pasti kecewa sama Jani. Gak apa-apa kalau Mama, Papa sama Abang kembar mau Jani pergi. Jani bakalan pergi nggak akan susahin kalian lagi. Anjani tahu ini kesalahan besar tapi Anjani gak mau kalau harus hilangin anak Anjani.” Anjani tergugu. Setelah Dokter tersebut memeriksanya, dia bersama dengan orang tua beserta kakak kembarnya yang baru saja sampai berada di ruangan yang sama. Anjani sadar dengan apa yang di lakukan olehnya adalah salah, tetapi jika harus sampai menghilangkan anaknya karena tidak di terima oleh keluarga, Anjani lebih baik pergi dan menjalani kehidupan yang baru bersama dengan anaknya. Anjani sudah melakukan dosa dan tidak ingin menambah dosa dengan menggugurkan kandungannya. “Kamu bicara apa Sayang, Mama memang kecewa, tapi kamu tetap anak Mama, mana mungkin Mama biarin kamu nanggung semuanya sendirian.” Diani memeluk anaknya dengan begitu erat, keduanya menangis saling berpelukan. Gilang –Ayah Anjani- mengepalkan tangannya, bukan marah kepada anaknya tetapi lebih marah kepada dirinya sebagai Ayah yang tidak bisa menjaga anak gadisnya. Pun dengan Arjuna dan Arbani yang melihat adik kecil mereka dalam pelukan sang ibu, mereka tidak marah kepada Anjani. Bagaimana pun Anjani adalah adik yang begitu mereka sayangi selama ini dan sampai kapan pun meski Arjuna yang saat ini sudah menikah dan memiliki anak, namun kasih sayangnya kepada sang adik masih tetap sama seperti dulu. “Anjani minta maaf, Ma, Pa, Abang Juna, Kak Bani.” “Sudah. Kamu harus kuat, jaga kondisi kamu. Sekarang kan ada dia di dalam sini,” ucap Diani mengelus lembut perut anaknya. Ya ibunya benar, dia harus kuat karena sekarang ada anak yang harus dia jaga. Meski tanpa Raka di sisinya tetapi Anjani bahagia karena keluarganya tidak pernah meninggalkan dirinya. Dia akan memulai hidup baru, melupakan kenangan buruuk di masa lalu dan memulai lembaran baru. ** “Kamu kenapa sih, Bang. Kok kaya orang hamil aja pake mau mangga yang asem kaya gitu.” Dita menatap anak sulungnya itu dengan pandangan heran. Sejak kemarin Raka selalu menginginkan makanan yang menurutnya aneh. Kemarin ingin rujak padahal masih begitu pagi dan siang ini malah ingin memakan mangga muda. Aneh sekali kan, sudah seperti ibu hamil. “Abang gak kuat, Mi. Ngiler banget mau mangga, ayo dong Mami suruh Rangga cari mangga buat Abang.” “Rangga ada les, baru berangkat.” “Pak Dodi aja Mi, Abang mau banget mangganya,” ucap Raka bahkan kali ini tampak rengekan seperti anak kecil yang membujuk ibunya untuk membelikan permen dan cokelat. “Kamu ini ada-ada aja, jangan-jangan kamu hamilin anak gadis orang?! Ya ampun Abang, kamu kan punya adik perempuan juga, kelakuan kamu kenapa kaya gini sih Abang. Astagfirullah tobat Nak.” Dita kali ini histeris, sadar dengan apa yang terjadi kepada anaknya. Tidak mungkin Raka tiba-tiba ngidam seperti ibu hamil kalau bukan karena ada perempuan yang tengah hamil anaknya. “Siapa yang hamil?!!” teriakan Hamdan yang tak lain adalah Ayah Raka menggelegar membuat keduanya menoleh mendapati sang kepala keluarga baru saja masuk ke dalam rumah. “Papi ini anak kamu masa ngidam, Papi. Abang hamilin anak gadis orang.” Raka tampak panik karena perkataan ibunya yang membuat sang ayah menatap tajam dirinya. “Bohong, Pi! Mami ngada-ngada aja, Raka nggak hamilin siapa pun." Raka memberikan pembelaan. “Tapi kamu kaya orang ngidam Abang,” ucap Dita. “Raka gak mau mangga lagi kok,” elaknya demi tidak mendapatkan amukan dari sang kepala keluarga. “Raka. Benar kamu gak macam-macam?” tanya sang ayah. “Nggak, Pi. Raka berani sumpah!” “Kalau sampai ada orang tua yang datang minta pertanggung jawaban karena anaknya hamil. Siap-siap Papi gantung kamu di pohon kelapa belakang rumah!” ancam Hamdan membuat Raka menegang. Ancaman sang ayah tidak pernah main-main. Tapi ini gue masih mau mangga, batinnya. ** Sembilan bulan kemudian ... “Alhamdulillah cucu kita lahir, Pa.” Diani memeluk Gilang dengan begitu erat. Mereka begitu terharu sekaligus bahagia karena Anjani sudah melahirkan. Perjuangan anaknya begitu luar biasa sampai melahirkan buah hatinya. Di temani oleh Bani tadi di dalam ruangan operasi, Anjani mempertaruhkan nyawanya demi melihat malaikat kecil yang sembilan bulan ini begitu dia nantikan. Anjani menangis setelah mendengar tangisan buah hatinya. Bukan karena menyesali hidupnya tetapi karena dia begitu bahagia sekarang sudah menjadi seorang ibu meski tanpa laki-laki itu di sampingnya. Tetapi kakaknya selalu ada untuk dirinya, bahkan sampai menemani dia dalam proses melahirkan. “Kamu hebat, Dek.” Bani mencium kening adik kesayangannya. Gadis kecil yang dulu selalu dia jahili bersama dengan Juna, Kakak kembarnya. Kini sudah menjadi seorang ibu, Bani dan Juna akan terus menjaga adik mereka yang sekarang telah memiliki anak. Mereka berjanji akan selalu ada untuk Anjani. ** Di sisi lain. Selama sembilan bulan ini Raka mengalami hal aneh, mual-mual yang dia alami sama sekali tidak pernah berhenti. Bahkan keinginannya untuk memakan sesuatu entah mangga muda atau makanan lainnya selalu saja menjadi hal yang begitu mengesalkan bagi kedua adiknya. Karena akan menjadi sasaran empuk Raka jika sudah menginginkan sesuatu. Namun tepat hari ini, mual yang selama ini dia rasakan berhenti. Raka menyadari keanehan dalam dirinya tetapi laki-laki itu masih belum menyadari bahwa gadisnya telah melahirkan anak mereka. Anjani-nya telah menjadi seorang Ibu, pun dengan dia yang menjadi seorang Ayah tanpa ia ketahui.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook