bc

Trapped in the woods

book_age16+
13
FOLLOW
1K
READ
bxg
mystery
scary
another world
secrets
supernatural
like
intro-logo
Blurb

Bukan rahasia umum bahwasannya hutan adalah tempat yang menyimpan berjuta misteri. Jenana Arinai Rusadi si perempuan dengan motto hidup everything happens for a reason tersebut menjadi salah satu yang terjerembab dalam misteri mengerikan hutan berdarah. Bersama beberapa teman lainnya yang ikut terjebak ia pun mencoba merangkak keluar hutan berdarah, namun kehadiran Silas Le Blaudere tersebut membuatnya diambang kebimbangan. Pulang dan hidup kembali bersama kekejaman saudara tirinya atau menetap dan memulai kehidupan baru yang lebih indah bersama Silas namun.. dengan mengobarkan nyawa sebagai tumbalnya. Manakah yang akan ia pilih?

Tabir-tabir yang terbuka akan menuntunnya dan semua akan berakhir pada waktunya meskipun banyak darah tertumpah. Inilah tentang misteri hutan berdarah dan Jenana Arinai Rusadi.

Cover by: Pinterest

Font: Canva

chap-preview
Free preview
Jenana Arinai Rusadi
"Jenana Arinai Rusadi." Yang dipanggil pun langsung mengangkat tinggi tangan kanannya. "Saya, Kak." "Kamu mau pulang atau lanjut?" tanya seorang laki-laki berwajah blasteran yang tengah duduk di sebatang kayu mati. Namanya adalah Hector Martanel. Dia ketua dari komunitas pecinta alam yang Jenana ikuti. Tanpa basa-basi Jenana langsung menjawab, "lanjut, Kak." "Kamu serius?" sentak perempuan di sampingnya. "Setelah ini bukan menjelajah biasa loh, Na." "Aku tahu," balasnya sembari mendorong sebatang kayu kering lebih dalam ke api yang menyala. "Na, mending jangan deh. Itu hutan bahayanya bukan main-main. Kamu sendiri juga tahu kan seberapa banyak korban tahun lalu." "Aku tahu," katanya. "Tapi, El. Papa pulang satu tahun lagi." Rendah suaranya menunjukkan jelas seberapa sedihnya ia akan fakta tersebut. Elinda mau tidak mau juga terserap ke dalamnya. Jenana Arinai Rusadi ialah perempuan bertubuh kurus dengan garis wajah cantik yang berstatus sebagai mahasiswa terpintar di universitasnya. IPK tiap semesternya selalu 4 dan itu yang membuatnya kerap mendapat berbagai beasiswa. Hal hebat lainnya, ia adalah perempuan yang pendiam, tidak suka ikut mengurusi urusan orang lain, berteman pada semua orang tanpa memandang status dan tahu sopan santun. Sekilas ia terdengar begitu sempurna. Sayangnya tidak ada yang pernah tahu bahwa Jenana sendiri tidak menyukai kehidupannya. Ibunya telah meninggal sejak ia masuk ke bangku SMA dan meskipun papanya kaya dan begitu penyayang, saat ini ia tetap tersiksa dalam cengkraman ibu tirinya. Tidak jarang perempuan cantik berhati iblis tersebut bermain tangan. Bahkan dua saudara tirinya juga ikut menindas. Kakak laki-laki tirinya yang tampan dan memilki kehidupan liar tersebut menganggapnya sebagai perusak kebahagiaan ibunya karena kerap melapor pada sang ayah. Sedangkan adik tirinya begitu iri akan fakta bahwa sang ayah telah menyiapkan warisan besar yang tidak bisa diganggu gugat untuk Jenana sementara ia tidak mendapatkan apa-apa. Mungkin orang-orang hanya akan berpikir Jenana sedang sakit ketika melihatnya mengenakan turtleneck dan jaket bulu tebal. Namun tidak dengan Elinda. Ia tahu itu hanyalah tipuan untuk menutupi fakta bahwa ia baru saja mendapatkan kekerasan fisik. Sudah sekitar 7 tahun Jenana diperlakukan demikian dan masih bisa bertahan hidup sampai saat ini. Dia adalah perempuan terkuat yang pernah Elinda kenal. Selain sebagai sahabat, Elinda juga telah menganggap Jenana sebagai adiknya. Salah satu bucket list-nya setiap tahun adalah membawa Jenana keluar dari neraka tersebut, namun masih tidak berhasil hingga saat ini. "Janji hanya sampai perbatasan," kata Elinda menyodorkan kelingkingnya. Jenana mengulas senyum. "Janji," katanya menyambut kelingking Elinda. Meskipun ia ingin lari sejauh mungkin dari kehidupannya, ia tidak pernah berpikir untuk menyerahkan diri pada bahaya atau bahkan mengakhiri hidupnya. Kenapa? Karena ia masih percaya akan ada seseorang yang bisa membahagiakannya. Seseorang yang akan datang untuk menumpas semua sepi dan kesedihan yang ia miliki. Seseorang yang akan memberinya kasih sayang melimpah dan mendekapnya erat setiap masalah membuncah. Setiap hari ia membayangkannya, berharap seseorang itu segera datang sebelum ia mungkin akan menyerah pada hidupnya dan memilih melompat dari lantai tertinggi gedung kampusnya. "Tenang saja, El. Ada Tuhan yang selalu melindungi kami," kata Arasa Dirana. Ia adalah sahabat dekat Jenana setelah Elinda. Penampilannya yang sederhana meskipun ia adalah anak pengusaha membuat Jenana nyaman di sampingnya. "Aku sebenernya bisa tetap tinggal. Tapi..aku harus menemani mama ke Jepang. Dia sudah tua. Aku takut akan bahaya jika pergi sendirian." "Ya sudah temani mama kamu saja," ujar Jenana. "Mumpung saat ini kamu masih memiliki dia loh, kamu harus memanfaatkan waktu untuk menjaga dan membahagiakannya. Benar kan?" Elinda mengangguk. "Tapi bagaimana dengan kalian?" Bayangan berita korban tahun lalu bertaburan di kepalanya. Ia takut baik Ara maupun Jena akan diposisi itu. "Kan aku sudah bilang, El. Ada Tuhan," kata Ara menekankan lagi. Jenana mengangguk, meyakinkan Elinda untuk berhenti khawatir. Elinda masih tidak tenang. Demi menguburnya ia pun mengajak Jenana dan Ara untuk bercerita akan skripsinya yang akhirnya diterima setelah revisi belasan kali. Malam pun semakin larut tanpa mereka sadari. Suara-suara mengerikan hewan malam menjadi lagu pengantar mereka ke alam bawah sadar. Para perempuan tidak perlu merasa khawatir sama sekali karena ada anak laki-laki yang ditugaskan khusus untuk begadang menjaga mereka. Tapi tetap saja aura hutan membuat mereka sedikit merinding. Jenana di tendanya sudah terlelap nyenyak, begitu pula dengan Ara dan Elinda. hikhikhikhikhikh Ringkikan kuda yang nyaring membelah kesunyian malam. Spontan saja Jena membuka matanya. Ia menggoyang-goyangkan lengan Elinda. "El," panggilnya sedikit berbisik. "El!" "Eungg." Elinda melenguh saja sebagai jawabannya. "Kamu denger tidak?" Tidak ada balasan. Mata Elinda tertutup rapat dan dengkuran halusnya meyakinkan Jena bahwa perempuan itu memang tertidur. hikhikhikhikhikh Lagi, ringkikan kuda tersebut terdangar nyaring. Jena mengelus tengkuknya. Itu hanya kuda, tapi kenapa ia merasa merinding. Rasa penasaran yang kian membuncah akhirnya membuat Jena beranjak ke pintu tenda. Ia menarik pelan kancing pintu hanya agar ada sedikit celah untuk matanya. Gelap menyambut. Api unggun sudah mati, menyisakan asap-asapnya saja. Loh mereka tidak berjaga,pikir Jena merasa janggal. Matanya itu pun memendar. hikhikhikhikhikh Jena melotot akan kaki kuda yang tiba-tiba berada di depannya. Beruntung celah tendanya begitu kecil. Kuda hitam itu begitu besar dan gagah. Matanya berwarna merah menyala. Jenana menarik-narik kaki Elinda maupun Ara. Tapi keduanya sama-sama tidak terbangun. Jena mendengus sebal, lalu kembali mengintip melalui celah. Ini pasti salah. Jelas-jelas tadi kuda mengerikan itu ada di depannya. Alih-alih demikian ia malah melihat kakak-kakak senior yang mengelilingi api unggun. Loh padahal tadi apinya sudah mati. Jangan-jangan, aku berhalusinasi lagi. Entahlah. Jena menyeret tubuh kembali ke sisi Elinda. Tapi dia yakin, tadi dia memang melihat kuda mengerikan itu. "Apa kuda hantu ya?" gumamnya. Detik berikutnya ia mengerutkan kening. "Emangnya hantu bisa punya kuda?" *** "Kamu yakin mau tinggal satu minggu lagi?" Kepalanya mengangguk, membuat surai-surai hitam panjangnya bergoyang pelan. "Kalau Ara sih aku oke-oke aja, tapi kamu.." "Aku akan baik-baik saja," potongnya cepat. "Na, jangan sok deh! Aku tahu kamu itu orangnya bagaimana. Hutan yang minggu depan mau kamu tempati itu sama sekali tidak sesuai untuk orang seperti kamu. Bahkan lebih baik Sumarto si penakut itu daripada kamu yang tidak tahu mana benar dan salah." Perempuan bernama lengkap Jenana Arinai Rusadi itu pun mengerling malas bola matanya. "Ya ampun, El. Gaya bicaramu seakan-akan mengatakan aku bocah TK yang hanya tahu jajan saja. Aku ini sudah 22 tahun tahu." "Ini bukan soal umur, Na." Terdengar helaan berat kemudian. "Aku tahu kamu mencoba lari dari masalah di rumah kamu. Tapi tidak harus seperti ini, Na." "Jadi bagaimana, El?" tanya Jenana frustasi. Hanya dengan pergi sejauh mungkin dari rumah dengan alasan kegiatan komunitas pecinta alam ini ia bisa bebas dari cengkraman iblis-iblis tersebut. Jika tidak, habis sudah ia diperlakukan seperti seekor anjing. "Sudahlah. Kamu tidak usah khawatir." Jenana meletakkan tangannya di bahu Elinda. "Titip salam sama papa kalau ia pulang nanti ya?" Elinda mengangguk. Berat hatinya masih terasa kental. Jenana memang bukan tipikal perempuan penakut seperti perempuan kebanyakan. Ia juga bukan tipe berani seperti laki-laki, namun satu yang parah Jenana tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Bahaya atau aman. Perempuan itu tidak mengerti. "Usahakan untuk terus menghubungi aku," kata Elinda mengingatkan sebelum bergabung dengan rombongannya. "Ra, jagain dia ya?" Perempuan bernama Arasa tersebut mengangguk. "Pasti itu, El," tambahnya. "Aku pulang. Kalian hati-hati pokoknya. Dada." Ara dan Jena pun melambaikan tangan, mata mereka mengiringi rombongan Jenana hingga menghilang. Memang rencana awal kegiatan menjelajah dan berkemah hanya satu minggu saja, namun kedatangan mahasiswa dari kampus sebrang membuatnya berubah menjadi dua minggu. Untuk yang telah mengikuti trip pertama tidak dipermasalahkan jika pulang atau mau ikut bergabung di trip kedua. Demi menghindari menjadi seekor anjing bagi saudara dan ibu tirinya, Jenana memilih ikut bergabung di trip ke dua. Jika destinasi trip pertama hutan pinus, maka trip kedua ini akan lebih ekstrim lagi yakni hutan berdarah. Dari namanya saja semua orang sudah bisa menebak seperti apa hutan tersebut. Itu adalah hutan lebat di sisi barat kota yang memiliki sejarah kelam dan penuh misteri. Tahun lalu puluhan penjelajah yang pergi ke hutan tersebut dilaporkan telah hilang tanpa jejak. Meskipun tahu bahaya yang menanti, Jenana tetap kukuh untuk ikut. Kenapa? Karena jelas itu lebih baik daripada ia harus menikmati pukulan, tendangan hingga cambukan dari ibu dan saudara tirinya. *** Jangan lupa tap vote yoo See ya di next chap

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Time Travel Wedding

read
5.2K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.1K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook