bc

My Boss is Arrogant

book_age18+
89
FOLLOW
1K
READ
others
drama
comedy
humorous
like
intro-logo
Blurb

Zea harus bertahan di perusahaan dengan Joe, seorang atasan sableng yang suka bersikap semena-mena.

Puncak dari kesialan Zea adalah dia diam-diam dijodohkan oleh sang ayah dengan seorang pria asing--yang tak lain adalah Joe, bosnya sendiri.

chap-preview
Free preview
Kesialan di pagi hari
Aku tidak pernah bisa melupakan pertemuan pertamaku dengan Joe, seorang direktur utama perusahaan perbankan swasta. Saat itu, aku masih berusia awal 20an tahun. Baru lulus kuliah akutansi dengan nilai yang cukup tinggi. Melalui seorang dosen di kampus, aku mendapat kesempatan magang khusus di sana. Yang melekat di otakku pertama kali adalah aura seksi seorang Joe dengan tubuh menjulang tinggi. Umur Joe 30 tahun, wajahnya agak kebarat-baratan, berhidung mancung dengan rambut agak kekuningan. Mungkin ia punya garis keturunan dari orang luar. Tapi, bukan itu saja yang membuat aku terpesona. Sikap dingin dan profesionalitas Joe sungguh menghipnotisku. Sayangnya, tampan dan kaya tidak menjamin seseorang bisa bahagia. Selama ini tidak seorangpun yang pernah melihatnya tersenyum. Di wajah Joe hanya ada rasa kesal, marah dan datar. Seperti yang lain, lambat laun akupun tidak lagi punya kekaguman padanya. Tahun ini adalah tahun ke limaku di perusahaan. Sebagai pegawai yang baru beberapa bulan diangkat, kinerjaku benar-benar dinilai. Bahkan kalau terlambat absen saja, poinku akan dikurangi. Aturan tanpa toleransi itu sudah lama diterapkan oleh Joe. Sebagai putra sulung pemilik perusahaan sekaligus direktur utama, ia bebas melakukan apapun, selama kebijakan itu masuk akal. Dari sekian puluh karyawan tetap, aku adalah satu-satunya pegawai wanita yang punya rumah terjauh. Setiap pagi, aku harus berjuang untuk mengejar jadwal kereta api listrik. Jangan tanya bagaimana berantakannya aku setiap hari. Awalnya aku ingin menyewa rumah petak kecil, tapi belum juga ketemu yang pas. Aku orang yang cukup kritis, kalau tidak sesuai harga, aku memilih tidak mengambilnya. Namun, sekarang aku kena imbasnya sendiri. Pagi ini adalah absen keterlambatan ketigaku di tempat kerja. Dengan napas sesak karena terburu-buru, aku datang dan berusaha berbaur dengan barisan karyawan magang. Apesnya, Joe justru memergokiku. Mata elangnya cukup tajam dalam mengenali bawahannya. Meski tidak secara khusus, kami beberapa kali terlibat percakapan kerja. Seperti atasan pada umumnya, ia tidak suka melihat kesalahan. "Zea, apa yang kamu lakukan di sana?" tanya Joe menatapku dengan pandangan jengkel. Ia menunjukku di hadapan semua orang sembari berkacak pinggang. Mampus! Tidak pernah ada satupun karyawan yang bisa selamat dari sanksi kalau kepergok langsung. "Ma-maaf Pak. Tadi ada kecelakaan jadi sebagian jalan ditutup oleh polisi." Aku mencoba beralasan agar tidak terlalu disalahkan. Apalagi aku tidak sepenuhnya berbohong karena memang ada pengendara motor yang jatuh. Ya, itu saja sih. Namun, aku lupa kalau setiap ucapan dari mulut seorang pelanggar adalah bumerang. Di mata Joe, seorang pemimpin yang dikenal sebagai penggila kerja, alasan hanya setara dengungan nyamuk. Mau tak mau aku harus mengalah dan mengikuti langkah kakinya menuju ruangan atas, di mana kudengar banyak karyawan yang diomelinya habis-habisan. Aku mungkin cukup beruntung dipergoki di kali ketiga keterlambatanku. Rekan sebelah meja di skors gara-gara tertangkap makan permen karet sebelum istirahat. "Mau ke mana kamu?" tegur Joe saat melihatku ikut masuk lift bersamanya. Konyol,bukankah dia yang menyuruhku ke ruangannya tadi? "Maaf, saya pikir tadi Anda meminta saya ikut," sahutku merasa tidak enak sendiri. Karena percakapan kami, pintu lift tidak kunjung ditutup. Padahal ada beberapa karyawan lain yang ingin segera naik. "Benar, kamu memang harus ke ruangan saya, tapi lewat tangga darurat." Joe dengan tajam menunjuk ke arah kanan, di mana ada pintu lain menuju ke atas. Seketika semua orang berbisik, memberi tatapan iba padaku. Jangankan mereka, aku saja tidak percaya kalau akan menerima kesialan seperti itu. Tapi aku bisa apa? dengan tidak setuju, nasib pekerjaanku dipertaruhkan. Mau marah pun tidak bisa karena sebelum masuk ke perusahaan, aku sudah setuju untuk mematuhi segala kedisplinan. "Ingat, jangan lama-lama. Seperti kataku, aku benci keterlambatan." Joe meringis, memberi tatapan penuh peringatan padaku. Rumor tentang hukuman naik tangga itu rupanya benar. Sekarang, aku mengalaminya sendiri. Sungguh kejam sekaligus norak. Bukankah ia punya sifat seperti anak kecil? Segera setelah aku keluar, pintu lift langsung tertutup. Tanpa pikir panjang, aku cepat-cepat menaiki tangga demi tangga agar tidak mendapat kesulitan tambahan. Sial benar punya bos tampan berotak psikopat. Sepatu highlessku terpaksa dilepas agar leluasa bergerak ke atas. Syukur saja tidak ada yang melihatku menyingsingkan rok tinggi-tinggi. Tak kurang dari sepuluh menit, aku sudah berhasil mencapai lantai lima. Tidak sia-sia dulu aku juara lari, kini keahlian kecilku di masa lalu akhirnya berguna juga. Dengan konyolnya, aku justru tertawa lega. Padahal tatanan rambut dan make upku sungguh berantakan. Malu rasanya saat keluar dari pintu tangga darurat lalu jadi pusat perhatian. Rekan kerja yang kukenal hanya memberi isyarat agar aku bersabar. Ya, ini bukan pertama kalinya Joe memberi hukuman. Semua orang tahu dan biasa dengan semua sangsi tidak masuk akal itu. Sayangnya, kesengsaraan itu tidak berakhir begitu saja. Begitu aku masuk ke ruangan Joe, semua masalahku seakan berkumpul di atas meja. Tentu saja, laki-laki itu tiba lebih dulu dan tidak peduli bagaimana aku berusaha seperti orang bodoh tadi. Secara sadar, aku merapikan rambut juga rokku sekenanya. Aku terlalu malu dan kesal jadi hanya bisa membungkuk tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi. "Ini sudah yang keberapa? Aku yakin kamu pasti pernah terlambat sebelumnya." Joe sengaja tidak memberiku tawaran duduk. Ia hanya berdiri lalu bersandar di pinggiran meja. Wangi parfumnya tercium dari tempatku. Mungkin karena wewangiannya mahal, aku merasa asing. Boleh dibilang, ini adalah pertama kalinya aku ke ruangan pribadinya sendirian. Sensasinya sungguh berbeda saat datang bersama rekan kerja lain. Kini hanya ada kami berdua di sana. "Pagi ini adalah ketiga kalinya," sahutku menelan ludah, berusaha tetap tenang meski lututku gemetar. Tubuhku pasti akan merasa sakit seharian ini mengingat aku berlari tanpa pemanasan lebih dulu. Di luar dugaan, Joe menghembuskan napas panjang, seolah jawabanku tidak memperparah suasana hatinya. Sebenarnya aku pun selalu penasaran kenapa ia begitu sensitif sekali tentang waktu. Walaupun dikenal sebagai atasan kejam, ia juga cukup baik dan memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Ya, semoga saja ia masih punya hati untuk memaafkanku. "Jadi kapan kamu memutuskan untuk pindah? Kalau rumahmu ada di kota sebelah, bagaimana kalau terlambat lagi?" Ia mengetuk meja, agar aku menjawab pertanyaannya dengan serius dan bertanggung jawab. Pasti ia mengira aku takut karena sejak tadi terus menunduk. Tapi begitu aku mendongak, wajah Joe malah semakin membuatku gugup. Dasar aku, selalu lemah kalau berhadapan dengan makhluk yang indah. Mulut itu mungkin berisi racun atau bahan peledak, tapi mata Joe sungguh cantik karena berwarna biru zamrud. Apa pria setengah bule memang selalu setampan itu? "Zea!" Lelaki tinggi itu nyaris berteriak karena tidak tahan dengan caraku bersikap. "I-iya, tentu saja saya akan segera pindah," jawabku spontan. Pasti aku sudah gila karena berani menatapnya secara terang-terangan tadi. Diam-diam aku mengumpat, menyalahkan hatiku yang sempat berdesir di saat yang tidak tepat. Zea! Waraslah sedikit! Batinku tersenyum kecut sembari meninggalkan ruangan itu. Bukan hanya tubuhku yang sakit, rupanya hatiku juga berubah narsis. Siapa juga yang suka sama Bos yang arogan?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

My Secret Little Wife

read
92.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook