bc

CEO YANDERE

book_age16+
3.1K
FOLLOW
25.2K
READ
others
fated
independent
inspirational
dare to love and hate
drama
twisted
mystery
brilliant
feminism
like
intro-logo
Blurb

Ketika menyentuhnya, rasa hangat membanjiri d**a Victor dan semakin dia menempelkan tubuhnya pada gadis itu, d**anya seakan mau meledak.

“Pak ... Anda membuat saya sesak,” kata gadis itu berusaha menggeliatkan tubuhnya dan lepas dari himpitan Victor. Gadis itu menggigit bibirnya dan merasa ngeri pada apa yang akan dilakukan lelaki ini di lift.

Victor mencium wangi rambutnya dan menyasar ke lehernya yang terbuka. Rasa hangat itu membakar kulitnya dan kepalanya seperti mau lepas dari badannya.

“Ma-maaf, Pak. Singkirkan tubuh Anda dari saya atau saya akan memencet bel tanda darurat.” Tangan gadis itu mulai menggapai dan tubuhnya menggeser-geser sepanjang dinding lift. Semakin mendekati tombol yang dimaksud.

Victor tidak membiarkan gadis itu melakukannya, tangannya meraih kedua pergelangan tangan gadis itu dan menguncinya di sisi tubuhnya. Dia tidak menyiakan kesempatan untuk menyesap aroma gadis itu dan rasa hangat yang terus menerjang tubuhnya. Lengkungan kecil segera tercipta di wajah Victor seandainya saja pintu lift tidak membuka di lantai tujuan dan membuat kewaspadaannya hilang.

Melihat kesempatan baik, gadis itu cepat pergi dari kungkungan Victor dan menghilang di keramaian. Sementara Victor merasakan d**anya kembali kosong ketika gadis itu pergi.

“Aku harus memilikinya. Harus!” desis Victor sebelum pintu lift kembali menutup.

chap-preview
Free preview
1 - MONSTER
Perempuan di bawahnya terengah. Napasnya sudah hampir habis dan kesadarannya perlahan memudar. Sedang lelaki yang masih bersemangat menggempurnya itu belum merasakan apa-apa. Dia memang tidak pernah cukup dengan satu wanita. Setidaknya, harus ada dua wanita yang menemaninya hingga dia memperoleh kepuasan. Jika tidak, satu wanita yang tersedia bakalan berakhir di rumah sakit. Seorang wanita sedikit menggigil di ujung ranjang melihat lelaki itu terus menggeram mengejar kepuasan. Belum pernah dia melayani klien dengan kekuatan luar biasa seperti ini. Rekan seprofesinya yang sudah lebih senior dari dia saja dibuat hampir pingsan oleh lelaki ini. Pantas saja bayaran yang ditawarkannya begitu tinggi, rupanya resikonya juga sangat besar. Mereka bukan disuruh melayani pria berduit dari kalangan manusia, tapi yang harus mereka layani adalah seorang monster. Lelaki yang masih belum puas itu mencabut kelaminnya yang masih tegak dari lubang senggama wanita yang sudah setengah tidur. Ada noda darah di ujung kelaminnya yang dipenuhi liur dan hampir menetes jatuh. Dia memberi tanda kepada wanita yang menggigil untuk segera mendekat dan membuka selangkangannya. Tanpa pemanasan, tanpa aba-aba, dia menghujamkan apa yang dia miliki ke tubuh wanita itu hingga jeritan kencang terdengar dari mulut si wanita. “Sa ... kit ...,” lirih ia berucap. Dua bongkahan lemak di dadanya berguncang keras seirama dengan hentakan demi hentakan monster lelaki yang seakan tanpa lelah terus berusaha mengejar kenikmatannya. Mata lelaki itu terpejam. Sepertinya dia melihat cahaya. Semakin terang cahaya itu, semakin dekat dia dengan perasaan yang sudah ditunggunya sedari tadi. Entah berapa hujaman diterima tubuh wanita itu. Dia terbaring sama lemahnya dengan wanita di sebelahnya yang sudah mendengkur lirih. Sambil mengeraskan cengkeraman kedua tangannya pada seprai, dia berusaha menahan rasa ngilu yang menggigiti lubang senggamanya. Tadi dia sempat merasa nikmat beberapa kali, tapi kini dia sudah menyerah. Lelaki yang terus mengguncang tubuhnya memang monster. Entah obat apa yang sudah dia konsumsi sehingga dua wanita saja tidak cukup memuaskannya. Wanita itu menggigit bibir bawahnya. Selama ini dia tidak percaya Tuhan, tapi kali ini, ketika dosa-dosa sedang menggumuli tubuhnya, dia berharap Tuhan meliriknya walau sekejap. Dia memohon, dia meminta diselamatkan. Lelaki itu menggeram semakin keras. Tubuhnya membungkuk dan mengecup pelan bibir wanita yang sudah kehilangan desahannya. Napasnya makin terengah lalu dia melumat bibir si wanita disertai geraman rendah yang keluar dari tenggorokannya. Satu hentakan keras mengakhiri segalanya dan gerakannya mulai lemah. Wanita di bawahnya mendesahkan napas lega. Entah karena lelaki ini memang sudah mulai lelah atau karena Tuhan meliriknya walau sekejap. Yang dia rasakan, belum pernah dia merasa bersyukur dan sesenang ini ketika semua ini berakhir. Mungkin besok dia akan mulai mengubah hidupnya. Cukup sudah malam ini menjadi malam paling getir dari sepanjang malam yang pernah dia miliki untuk melayani kliennya. Lelaki yang masih terengah di atas tubuhnya bukan lelaki buruk rupa. Ketika ditawari upah besar untuk melayani seorang lelaki hingga dia mencapai kepuasan satu kali, dia pikir lelaki ini pastilah lelaki buruk rupa dan menyebalkan. Perut buncit, keriput, bau dan hal-hal menjijikkan lainnya. Namun ketika melihatnya di kamar tidur, dia terkesiap belihat betapa rupawannya lelaki yang menyewanya ini. Tubuh kekar dengan otot yang terlatih sempurna, paras elok dengan hidung mancung dan bibir menggantung yang menggemaskan. Hanya satu yang salah dari kesempurnaan itu, sorot mata dingin dan raut wajah tanpa ekspresi. Namun wanita itu tidak perduli. Kapan lagi dia bisa melayani Arjuna atau Dewa Yunani seperti ini. Kewanitaannya berkedut karena menahan gairah yang melandanya cepat. Dia melihat rekan seprofesinya sudah berdiri gelisah di sampingnya. Bagi mereka, bertemu klien seperti lelaki itu adalah anugerah. Mereka tidak perlu berpura-pura mendesah atau merasa k*****s. Dengan otot-otot seperkasa itu, mereka pasti bakal dibuat puas berkali-kali. Itu benar. Puas berkali-kali hingga mereka hampir pingsan. Kini lelaki elok itu semakin terlihat elok dengan bulir keringat yang berleleran di sekujur tubuhnya. Dia memandang dingin pada sorot sayu yang menatapnya kosong. Lelaki itu tahu, dia telah melukai wanita ini. Dia melihat ada setitik air di sudut matanya. Lelaki itu menghapus air itu dengan telunjuknya. Dia membungkuk dan mengecup lama kening wanita di bawahnya. “Terima kasih. Dan maaf sudah menyakitimu,” bisiknya lembut di telinga wanita yang kini memejamkan mata dan mulai terisak lirih. Lelaki itu tidak berniat berlama-lama di sisi dua wanita yang tergolek tak berdaya dengan tubuh tanpa busana. Cukup sudah yang dia peroleh malam ini. Kepuasan. Satu perasaan emosi yang dia kejar dan dia bisa rasakan selama dua puluh lima tahun hidupnya. Dia rela membayar mahal demi bisa merasakan rasa itu. Rasa yang seperti warna di dunianya yang kelabu. Setelah mengenakan pakaiannya kembali, lelaki itu meraih jasnya dan berjalan keluar kamar. Dua lelaki yang sedari tadi berjaga di depan pintu bergegas masuk ke dalam kamar. Mereka mengecek keadaan dan memastikan jika semua aman terkendali. Jika ada sesuatu yang tidak beres mereka akan segera menyelesaikannya dengan rapi. Tidak boleh ada jejak menyakitkan dan buruk yang ditinggalkan tuannya. *-* “Sedikit lagi, Anda bisa membuat perempuan itu masuk UGD, Tuan.” Lelaki berkacamata masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah kursi pengemudi. Dia memandang sekilas pada lelaki yang diam mematung sambil menopang dagu di belakangnya. “Jika seperti ini terus, Anda bisa kehabisan stok perempuan di kota ini.” Lelaki yang duduk di kursi belakang pengemudi masih terdiam. Si kacamata menyuruh supir melajukan mobilnya dan meninggalkan pelataran parkir hotel bintang lima ini segera. Setelah memastikan kondisi dua wanita yang tergolek lemah di atas akan baik-baik saja setelah beristirahat, dia langsung memperpanjang sewa kamar agar dua wanita itu bisa segar kembali. Tak lupa dia meletakkan amplop berisi uang tips yang lumayan besar di meja kecil di samping tempat tidur. Semoga esok hari ketika mereka terbangun, uang dalam amplop itu bisa mengobati luka dan rasa sakit yang telah mereka terima. “Sekarang kita mau ke mana? Makan di tempat biasa?” tanya si kacamata. Dia menatap kaca tengah mobil yang memantulkan bayangan tuannya yang kaku dan super dingin. “Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, Leon,” jawab tuannya masih tanpa ekspresi dan tetap pada posisi mematungnya. “Baik, Tuan Victor.” Lelaki yang dipanggil Victor melirik sekilas ke arah kaca dan kembali pada lamunannya. Memandangi kelebat lampu ibukota dan gedung bertingkat yang meliuk mengikuti kecepatan mobil. Di luar sana, mobil tak pernah berhenti lalu lalang, manusia tak pernah lelah untuk bergerak. Dua puluh empat jam waktu yang dimiliki kota ini untuk bernapas, dia seolah tak punya waktu untuk istirahat. Bagaimanapun ramainya kota ini, bagaimanapun bingarnya suasana di sekitarnya, dia tak pernah bisa merasai itu. Emosinya mati. Yang dia rasakan hanya kekosongan dan kehampaan yang membuatnya selalu menarik diri dari lingkungan. “Kamu akan baik-baik saja, Victor. Kamu akan tumbuh dengan bahagia. Nanti, jika kamu dewasa, kamu akan merasakan sesuatu yang hangat di hatimu. Akan ada seseorang yang datang padamu dan mengajarkanmu perasaan cinta. Kamu akan bahagia, yang harus kamu lakukan hanya bersabar. Bersabar, ya, Sayang?” Kata-kata ibunya selalu terngiang ketika dia bertanya mengapa dirinya berbeda dengan yang lain. “Aku tidak ingin berbeda. Aku ingin seperti mereka. Bisa tertawa, menangis, marah-marah.” Dia melihat wajah ibunya tersenyum, tapi air mata menuruni pipinya dengan terburu-buru. Ibunya mengajarkan padanya jika ada air keluar dari mata seseorang, itu artinya dia sedang menangis. Menangis itu sedih. Jika mulut seseorang tertarik hingga ke kedua sisi dan membentuk lengkungan seperti huruf U yang lebar, itu artinya dia sedang bahagia. Tertawa itu artinya sangat bahagia. “Seperti apa rasanya?” tanyanya suatu ketika pada ibunya, “rasa bahagia itu?” “Hangat,” jawab ibunya lirih. “Dadamu akan terasa hangat.” Dia pun berlari ke dapur dan membakar kain di atas kompor. Membuat para pelayan berteriak-teriak panik. Kepada ibunya yang muncul di pintu dapur karena mendengar teriakan panik para pelayan, Victor yang berusia sepuluh tahun bertanya, “Apakah seperti ini hangatnya?” Dia meletakkan kain dengan kobaran api itu di dadanya. Memantik lidah api yang mulai menjalar ke kemejanya. Para pelayan semakin panik berteriak. Dengan penuh rasa sayang tanpa ada raut panik di wajahnya, Loraine menyingkirkan kain itu dari d**a Victor dan menepuki lidah api kecil yang ingin melahap habis kemeja putranya. “Hangat seperti ini tapi tidak menyakitkan. Lihat, kulitmu terbakar! Kamu membuat luka lagi di tubuhmu, Sayang.” Ibunya mengusap kulit yang mulai mengelupas, membuat Victor berjengit menahan perih. Dibelainya wajah putra semata wayangnya itu dan dipeluknya bocah sepuluh tahun yang berdiri tegak seperti robot dengan tatapan kosong. Sebesar apa pun dia menyayangi putranya, bocah malang itu tidak akan bisa merasakan kehangatannya. Sejak lahir, Victor tidak dikaruniai perasaan seperti layaknya manusia. Dia bisa berpikir, tapi hatinya seperti terbuat dari batu. Begitu dingin dan kaku. Victor tidak bisa tertawa atau merasakan hal-hal lucu lainnya. Dia tidak bisa menangis, bersedih apa lagi marah-marah. Dia menuruti apa yang diperintahkan kepadanya tanpa tahu bagaimana harus bersikap. Dia tahu jika diberi sesuatu dia harus mengucapkan terima kasih, tapi tidak tahu mengapa. Jika ada seseorang yang terjatuh di depannya, Victor akan melewatinya begitu saja. Bukan karena benci, tapi karena tidak tahu harus apa. Bertahun-tahun dia seperti robot yang di ajarkan bagaimana harus bersikap. Dia cerdas, seluruh ajaran ibunya bisa dia patuhi. Dia bisa diterima di pergaulan walau cap lelaki cuek dan dingin melekat erat padanya seperti lintah yang menempel pada kulit manusia. Hingga pada suatu malam, sebuah perasaan aneh mengguncang struktur perasaannya yang sekeras batu karang. Satu perasaan yang membuatnya candu dan selalu ingin merasakannya setiap hari. Perasaan yang membuatnya rela merogoh dompet sedemikian dalam demi bisa merasakaan rasa yang meledakkan dadanya meski hanya sekejap. Pada suatu malam, hidupnya yang kosong sedikit berubah. (*)

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dependencia

read
186.3K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.5K
bc

Accidentally Married

read
102.7K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.7K
bc

The crazy handsome

read
465.3K
bc

Kamu Yang Minta (Dokter-CEO)

read
292.8K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook