bc

BEFIT Was Born to Be BARBAR

book_age18+
378
FOLLOW
2.5K
READ
possessive
playboy
arrogant
badboy
badgirl
bitch
brave
tragedy
comedy
friendship
like
intro-logo
Blurb

“Ayah!” teriak Nino kemudian menghalangi jalan Jeremi

Jeremi terhenti dan kini membuang mukanya kesal “Ada apa Nino? Jangan sekarang” teriaknya dengan nada yang terbata bata

“Ayah kenapa terlihat begitu kesal?” lirih Nino dengan tatapan lugunya itu

Jeremi membuang nafasnya lalu berjongkok “Ada apa?” tanya Jeremi dengan tatapan yang sudah berkaca kaca itu

“Kenapa ayah kesini? Padahal di rumah saja Nino sangat sulit ketemu ayah” gerutunya terdengar lucu

Jeremi terdiam “Ahh ayah banyak urusan” ujarnya cepat

“I-ini” gugup Nino menyodorkan kertas kertas berisi nilai itu

Jeremi membuang mukanya “Nino jangan sekarang ya! Nanti oke nanti akan ayah lihat di rumah. Sekarang jangan halangi jalannya ok” ujar Jeremi lalu kemudian berdiri dan meninggalkan Nino yang masih menyodorkan kertas kertas nilainya itu

“Di rumah? Kita jarang ketemu lho meskipun di rumah sendiri” lirihnya dengan tatapan mata yang merah

*****

“Hmm emangnya bokap sama nyokap lo kenapa?” tanya Andre refleks

Nino membuang mukanya “Hal ini memalukan, tapi mereka sepertinya sudah tidak berbagi kebahagiaan lagi bahkan beberapa hari yang lalu mereka terdengar mengatakan perceraian”

“What? Lo serius? Ahh mereka kenapa ya, pasti ada masalah” ujar Andre

Nino tersenyum “Hmm mereka terlalu kekanak kanakan” ujarnya

“Jadi lu mau jadi pemberontak? Karena mereka?” tanya Andre

Nino menggelengkan kepalanya “Engga, gue udah bosen aja berada di zona nyaman. Gue pengen rasain gimana jadinya kalau gue jadi pemberontak dan dikejar kejar oleh aturan” senyumnya kemudian melangkah pergi meninggalkan Andre yang terlihat kebingungan

“Ini nih calon anak berandal” senyumnya menatapi kepergian Nino

chap-preview
Free preview
The birth of sad
Kelahiran seorang anak tentunya akan menjadi moment terbahagia dalam keluarga apalagi untuk seorang ibu dan ayah, namun berbeda dengan Karin yang justru mendapat kepahitan setelah lahirnya Nino Jeremi anak satu-satunya dari pernikahannya dan Jeremi. Saat proses melahirkan, Karin berjuang disana tanpa sang suami yang entah kemana tiba-tiba menghilang dan tidak bisa dihubungi. Hanya ada orang tua Jeremi yang menemaninya saat masa menyakitkan itu. Pernikahan mereka pada awalnya berjalan seperti pernikahan biasa dimana mereka saling mencintai dan mensupport satu sama lain, namun setelah Jeremi mencapai kesuksesan terbesarnya ia menjadi sangat dingin bagi Karin. Ia jarang pulang dan saat pulangpun ia tidak seperti dahulu bagi Karin. Jeremi mengatakan padanya untuk mengerti keadaannya yang kelelahan setelah bekerja, namun Karin yang sedikit keras kepala tidak bisa menerima alasan itu karena menurutnya jika hal itu terjadi terus menerus maka tidak akan pernah ada keharmonisan dalam keluarganya lagi. Semenjak itu Karin pun mengubah dirinya, dimana ia juga menjadi sangat egois dan mementingkan dirinya sendiri. Ia selalu berhidup mewah dan glamour, sering keluar rumah untuk berkumpul dengan teman-temannya hanya untuk berfoya-foya dan melupakan masalah di rumahnya tepatnya melupakan suaminya yang dingin itu. Bukannya berubah dan merangkul Karin untuk kembali ke dalam dekapannya, Jeremi justru muak dengan kelakuan istrinya itu. Sejak saat itu sering terjadi perkelahian diantara keduanya, dimana Karin yang selalu menyalahkan Jeremi karena terlalu sibuk dan berubah Jeremi juga menyalahkan Karin karena menjadi seorang yang boros dan tidak mengurus rumah tangganya. Akhirnya mereka berdua sering tidak berada di rumah pada waktu yang bersamaan ya mereka tidak pergi ke tempat yang sama. Karin yang berkumpul dengan jeng-jengnya dan Jeremi yang pergi ke kafe tempatnya untuk melepas lelah dari semua pekerjaannya. Satu hari bahagia menerpa Karin dimana ia mendapat kabar bahwa dirinya tengah hamil, ia tentu saja beranggapan bahwa dengan datangnya buah hati ke dunia mungkin akan memperbaiki hubungan rumah tangganya yang telah lama retak. Ia dengan bahagianya memberi tahu Jeremi bahwa dirinya hamil muda dan tentu saja Jeremi sangat bahagia dan berpikiran sama dengan Karin untuk mengubah segala kesalahan di rumah tangganya. “Meski begitu, aku harus melupakanmu, maaf” gerutu hatinya dalam pelukan Karin Mereka kembali berhubungan baik setelah berita kehamilan itu, namun saat lahirnya Nino mengapa Jeremi tidak ada menemani Karin? Karin mencari informasi dan menyuruh beberapa pesuruhnya untuk mencari suaminya hanya ingin memberitahukan kelahiran anak yang selama ini ia tunggu-tunggu. Karin mengelus-elus kepala bayi itu yang telah jauh-jauh hari diberi nama Nino oleh Jeremi. Kedua orang tua Jeremi tersenyum lebar menatapi bayi itu juga menatapi Karin penuh kasih sayang “Nak terima kasih telah memberikan Nino cucu tampan ini untuk kami” ujar ayah Jeremi Karin tersenyum dan mengangguk namun detik berikutnya ponselnya berdering “Hallo?” “Kami mendapat bahwa hari ini tuan memberikan beberapa saham pada seseorang bernama Katrine, dia sekarang sedang berada di kantor dan menandatangani surat-surat tentang itu” ucap seseorang sangat jelas di telinga Karin Orang tua Jeremi pun mendengar semuanya sangat jelas “Apa?”  Karin yang sangat tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan Senyuman di wajah Karin hilang seketika, kini air mata mengalir di pipinya. “Baru saja kami memulai hidup harmonis lagi, tapi apa ini? Apa maksud semua ini? Aku bahkan tidak tahu tentang Katrine? Apa sekarang aku benar-benar kehilangan Jeremiku yang dulu?” lirihnya dengan sesenggukan “Nak, tenangkan dirimu dulu mungkin dia memiliki alasan tentang semua ini” ujar ibu Jeremi memegangi bahu Karin Karin menunduk dan menangis semakin sakit “Apapun alasannya mengapa dia tidak mengatakannya padaku? Apa aku ini tidak penting untuknya? Apa aku dan Nino sudah tidak dia sayangi lagi?” “Jangan berkata seperti itu sayang, kami disini sangat membutuhkanmu dan Nino” lirih ibu Jeremi yang kemudia memeluk Karin erat, Karin menangis di dalam pelukannya Sementara itu ayah Jeremi nampak frustrasi dengan apa yang dilakukan oleh putranya “Kenapa dia?” pikirnya sambil mengepalkan tangannya Brukk.. pintu rumah sakit terbuka lebar, menampilkan sosok seseorang yang tengah dipikirkan oleh semua orang. Dengan air mata dipipinya Karin menatapi suaminya dengan penuh pertanyaan. “Siapa Katrine?” sahutnya Jeremi mengabaikannya, ia berlari cepat menuju bayi yang berada dipangkuan Karin. “Anakku, Ninoku” ujarnya mengusap kepala si bayi penuh kasih sayang Karin menjauhkan Nino dari ayahnya “Jawab pertanyaanku, siapa Katrine mas?” bentaknya hingga membuat bayi yang tidur itu segera terbangun dan menangis seakan-akan tahu apa yang sedang terjadi Jeremi menunduk “Lupakan dia, kumohon Karin.. aku hanya menyayangimu dan Nino” “Siapa Katrine itu mas? Dia selingkuhanmu?” sentak Karin dengan nada yang cukup tinggi dan isakan tangis yang menggema Jeremi mengacak-acak rambutnya kesal “Lupakan dia kumohon, ayo kita perbaiki semuanya dari awal” “Bagaimana bisa aku percaya terhadap lelaki yang pernah mengkhianatiku?” ujarnya Jeremi memegang tangan Karin erat “Ku mohon Karin, percaya padaku aku takkan pernah melakukan itu lagi aku khilaf. Ayo kita perbaiki semuanya lagi” “Kau benar-benar keterlaluan Jeremi” bentak ayahnya Jeremi memegangi kaki ayahnya segera “Ayah kumohon maafkan aku, tolong buat Karin percaya sekali ini saja maafkan aku demi Nino kumohon” Ibu Jeremi berjalan menuju Karin yang masih menangis “Nak, jangan pikirkan dirimu sendiri coba pikirkan bagaimana jadinya Nino jika hidup tanpa seorang ayah” Setelah beberapa detik terdiam akhirnya Karin angkat bicara “Baiklah, tapi mas ini semua hanya demi Nino. Hubungan Harmonis yang akan kita jalani hanya untuk Nino, hanya untuk membuat Nino merasa dia memiliki keluarga yang diidamkan semua orang” “Ini bukan lagi karena tentang aku mencintai mu atau kau mencintai ku. Rasanya ini akan lebih menyakitkan bagi ku” lirih Karin dengan pandangannya yang redup Jeremi menunduk dengan tatapan menyesal di matanya, ia tidak ingin melakukan hal keji itu tapi ini semua terjadi begitu saja. Cinta masa lalu yang membayangi membuat dirinya kini terpuruk bahkan di hari kelahiran anak pertamanya itu. Jika saja Karin lebih bersabar menunggu kesibukan Jeremi dan lebih mengerti suaminya itu karena sibuk bekerja terlalu keras untuknya dan jika saja Jeremi sebagai suami seharusnya mencari istrinya dan meminta maaf atas kesibukannya itu bukan malah pergi menemui wanita lain hanya untuk pelampiasan. Mungkin jika ego itu dihilangkan setidaknya Nino akan merasakan hangatnya keluarga meski hanya sekejap. 5 tahun kemudian… Nino kini sudah berusia 5 tahun dengan sikapnya yang ceria itu ia mampu membawa kehangatan bagi kakek dan neneknya yang teramat mencintainya, bahkan dia lebih sering ke rumah kakek dan neneknya dari pada di usianya sendiri. “Nino pulang nenek! Kakek” teriaknya dari luar sana terlihat begitu ceria berlarian diikuti oleh dua pengasuhnya “Tuan hati hati” gerutu keduanya begitu cemas Setiap harinya Nino hanya ingin berada di rumah kakek dan nenek, karena ia merasa lebih diperhatikan di sini. Nino yang selalu minta disuapin, dimandikan, disisir rambutnya, di pakaikan baju dan celana, di pakaikan farfum, di pakaikan sepatu, minta untuk membantu mengerjakan PR bersama kedua pasangan paruh baya itu. Nino kadang merasa, mereka lah orang tua sesungguhnya. Karena saat Nino pulang ke rumahnya sendiri, orang tuanya selalu tidak ada untuknya karena sibuk dengan aktifitasnya masing masing. Ibunya yang selalu bermain diluar bersama teman teman arisannya dan ayahnya yang sibuk bekerja hingga lupa untuk pulang bahkan ia sering menginap di kantornya. Nino hanya ditemani oleh para pengasuh yang menurutnya lebih peduli padanya, namun mereka peduli karena dibayar. Ia sempat berpikir apakah dirinya itu hadir karena cinta atau apa? Dia berpikir seperti itu karena setiap rapat orang tua yang hadir adalah kakek dan neneknya. Semua orang tua temannya datang, padahal Nino mempunyai orang tua yang lengkap. Nino berlarian mencari kakek dan neneknya yang masih belum terlihat olehnya, ia berlari kesana kemari di rumah yang begitu megah itu. “Kakek sama nenek dimana? Lagi main petak umpet ya sama Nino?” teriaknya terlihat begitu sedih dan khawatir Nino yang memegang lembaran nilai nilai yang di dapatnya cukup memuaskan, ia berniat untuk memberikannya pada sang kakek dan nenek. Seperti biasa, Nino adalah murid terunggul di TKnya ia sangat cerdas bahkan nilai nya dengan murid yang nomor dua sangat sangat jauh sampai dua kali lipat jauhnya. “Kakek? Nenek? Kalian dimana? Pasti Nino temuin kok” teriaknya lagi dengan mulai khawatir Kedua pelayan itu saling bertatapan “Bagai mana ini?” bisik salah seorang pelayan pada yang lainnya “Ahh aku tidak tahu, bagai mana kita memberitahu kan ini pada tuan kecil Nino?” lirih yang satunya lagi Nino nampak mendengar pembicaraan mereka walau hanya sekejap “Kalian membicarakan apa?” lirihnya dengan tatapan sendu “Ahh tidak tuan, lebih baik tuan makan dulu yuk!” senyum salah satu diantara mereka mencoba untuk mengubah suasana Nino yang masih memakai seragam TK, tas merah yang di bawa di punggungnya, topi TK, sepatu merah yang membawa kelucuan semuanya dipakaikan oleh neneknya pagi tadi. Kini ia membawa kertas kertas itu dan dipeluknya dengan hati hati di dadanya untuk di perlihatkan pada nenek dan kakeknya itu. Nino memanyunkan bibirnya kesal “Ayo lah kalian tadi berbisik tentang apa?” kesalnya memelototi keduanya “Tidak tuan, kami hanya bilang tuan Nino butuh makan banyak hari ini begitu tuan” jawab cepat salah satu pengasuh Nino mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepalanya “Bukan bukan itu seperti nya” teriaknya kesal “Benar begitu tuan kecil yang tampan! Percaya lah” senyum mereka berdua

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
288.3K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Marriage Agreement

read
590.6K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook