bc

Pesona Bunga Malam

book_age18+
2.5K
FOLLOW
37.0K
READ
sex
family
scandal
badboy
badgirl
billionairess
drama
sweet
first love
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN! TIDAK DISARANKAN UNTUK YANG DI BAWAH UMUR!

Kemiskinan memaksa Lintang yang lugu untuk menapaki dunia baru sebagai pemandu lagu di sebuah tempat karaoke ternama. Penyamanrannya sebagai Bunga yang begitu menawan membuat semua orang tidak bisa mengenali jika dia adalah Lintang si gadis culun. Bahkan Devan teman sekelas yang sering menghinanya di sekolah juga mulai memuja dan mengejarnya.

Suatu hari Lintang hendak dilecehkan oleh Hyuga, pemuda b******n yang sudah beristri. Namun, Lintang diselamatkan oleh Yuta dan berakhir dalam hubungan terlarang sebab efek dari obat bius.

Sampai suatu ketika dia tahu jika Yuta dan Devan adalah kakak beradik. Siapakah yang pada akhirnya mampu meluluhkan hati Lintang alias Bunga?

chap-preview
Free preview
1. Kehidupan Keras
Di tengah kota metropolitan kehidupan sangat keras, apalagi bagi kalangan menengah ke bawah. Hanya untuk mencari sesuap nasi mereka rela terbakar terik matahari dan bermandikan keringat. Sarjana saja masih merasa kesulitan mencari pekerjaan, apalagi bagi mereka yang tidak memiliki Ijazah. Duduk seorang gadis yang cantik alami dengan pakaian sederhana sambil minum es teh di warung angkringan, dia merasa kelelahan karena sedari pulang sekolah berkeliling mencari pekerjaan sampingan tetapi tidak mendapatkan juga. Dengan putus asa, dia mengeluarkan uang dua ribu dan uang receh lima ratus, hanya itulah uang yang tersisa disakunya. Setelah membayar minumannya gadis tersebut segera beranjak pergi. Gadis itu bernama Lintang, dia baru kelas tiga SMA. Anak pertama dari dua bersaudara. Semenjak ayahnya di PHK sebagai buruh pabrik semenjak itu pula mereka terpaksa pindah ke kontrakan yang lebih murah. Kini ayahnya sering sakit – sakitan dan belum bisa bekerja, sehingga ibunyalah yang menjadi tulang punggung mencari nafkah sebagai pembantu rumah tangga dari pagi sampai sore. “Aku harus segera mendapatkan pekerjaan, mana mungkin aku tega meminta uang untuk membayar SPP yang menunggak hampir enam bulan. Belum lagi kontrakan rumah juga sudah menunggak tiga bulan, pasti saat ini ibuku sedang kebingungan,” batin Lintang pilu. Lintang berjalan gontai mencoba memasuki toko dan warung makan, lagi – lagi tidak ada lowongan pekerjaan. Hari semakin sore, Lintang memutuskan untuk pulang dari pada membuat keluarganya khawatir. Dia terpaksa jalan kaki sebab mau naik angkot uang sepeserpun tidak punya. Lintang menatap langit yang tinggi dan luas. Kadang dia berpikir apakah di luar sana juga masih ada kehidupan lain? Berbicara mengenai tentang kehidupan membuat dirinya berpikir keras. Di saat ada teman – temannya yang hidup berkecukupan, berangkat sekolah naik kendaraan pribadi atau diantar jemput. Di sekolah bisa jajan sesuka hati dan sepulang sekolah juga jalan – jalan bersama yang lainnya. Sedangkan dia dan adiknya harus berangkat sekolah pagi sekali karena berjalan kaki, di sekolah meraka juga tidak jajan karena kondisi keuangan keluarga memang sulit. Lintang mengatur napasnya yang terasa sesak itu. “Aku tidak boleh menyerah, aku harus bisa mendapatkan ijazah SMA. Setelah itu aku dapat bekerja sambil kuliah. Aku harus menjadi orang sukses yang bisa merubah nasip dan membahagiakan orang tua,” batin Lintang dengan tekad kuat. Menjadi orang miskin itu memang tidak enak, sering kali mendapatkan hinaan dari orang lain. Apalagi mengingat ayahnya yang sakit dan ibunya yang bekerja keras membuat dirinya semakin ingin berjuang untuk merubah keadaan. Karena sedari tadi Lintang melamun, dia tidak sadar jika saat menyeberang ada motor gede yang melaju dengan kecepatan tinggi. Srakkkk…. Siiittttt Untung saja yang mengendarai motor tersebut sudah ahli dan bisa mengendalikan saat rem mendadak. Jika tidak Lintang akan tertabrak, kalau tidak ya motornya yang akan terjungkir balik karena oleng. Lintang yang tadi menutup wajahnya dan kedua tangannya karena panik kini membelalakkan matanya untuk melihat keadaan sekitar. “Devan… “ pekik Lintang kaget. Lintang tidak menyangka dalam situasi seperti ini bertemu dengan pemuda yang selalu menghinanya di sekolah karena dia memiliki penampilan culun. “Astaga… Manusia purba! Kamu ini memang bikin sial,” bentak Devan dengan suara keras. Lintang menundukkan pandangannya karena memang takut, dia yakin jika saat ini melawan pasti besok akan dikerjai lebih parah oleh pemuda tersebut. “Kamu ini ya, nggak punya mulut buat meminta maaf? Kecerobohanmu ini bisa membahayakan orang lain tahu! Coba tadi kamu tertabrak pasti aku yang akan disalahkan semua orang,” sindir Devan dengan nada tajam. Lintang semakin menciut nyalinya, ingin rasanya dia menangis tapi tetap ditahan. Setidaknya di depan Devan. Tiba – tiba saja datang seorang gadis yang mengendarai motor matic, gadis tersebut lalu menghampiri Lintang dan gantian menatap ke arah Devan. “Heh, Desty. Kenapa matamu melotot padaku seperti itu?” sindir Devan dengan wajah dinginnya. “Dev, apa kamu ini tidak punya kerjaan lain? Nggak di sekolah, nggak di sini tapi masih saja suka menindas Lintang,” bentak Desty “Cuih… Melihatnya saja aku sudah sakit mata. Katakan padanya! Kalau manusia purba itu tempatnya di musium, bukan di sini,” balas Devan kemudian pergi meninggalkan Lintang dan berduaan. “Kamu tidak apa – apa kan?” tanya Desty semakin cemas. “Iya tidak apa – apa. Mungkin karena sudah terbiasa mendengar perkataan buruk dari Devan jadi seandainya dia bicara baik justru aku yang akan terkejut,” jawab Lintang mencoba tersenyum. Meskipun begitu Lintang juga tetap merasakan sakit hati. Andaikan dia terlahir dari keluarga yang berkecukupan seperti yang lainnya mungkin dia juga akan berpenampilan yang lebih baik. Sehingga tidak akan ada orang lagi yang menganggap rendah dirinya. Desty menatap tubuh Lintang yang terlihat lemas dan masih berselimut seragam sekolah, gadis itu tahu jika Lintang pasti sedang berusaha mencari pekerjaan karena tadi mendapat surat tagihan dari pihak sekolah. “Wah, ada penjual bakso dan mie ayam. Ayo aku traktir, aku malas jika makan sendirian. Nanti pulangnya aku antar deh,” ucap Desty menghibur Lintang “Terima kasih banyak ya,” jawab Lintang yang saat ini perutnya memang sudah melilit perih. Mereka segera naik motor dan berhenti di depan warung yang tidak jauh dari sana. “Pak, bakso dan mie ayam. Es jeruknya dua ya?” pinta Desty setengah berteriak. “Siap, silahkan duduk dulu,” jawab penjual tersebut ramah tamah. Lintang senang karena temannya itu tahu jika dirinya sangat menyukai mie ayam. “Kita duduk di pojokan sana yuk? Biar enak kalau ngobrol nggak kedengeran orang lain,” ajak Desty bersemangat. Lintang hanya mengangguk dan mengikuti sahabatnya itu. “Kenapa kamu belum pulang sekolah dan malah ke alun – alun kota?” tanya Desty untuk memastikan kebenarannya. “Aku berusaha mencari pekerjaan, tapi masih saja tidak dapat,” jawab Lintang lemah. “Aku masih ada tabungan, lebih baik kamu pakai dulu untuk bayar sekolah,” ucap Desty tulus. “Jangan, selama ini kamu sudah terlalu baik padaku,” tolak Lintang secara halus. “Coba kamu pikirkan, jika seandainya kamu bekerja di daerah sini. Masa iya sepulang sekolah kamu akan berjalan kaki dan pulangnya pasti nanti larut malam. Belum lagi nanti gajinya kecil dan kamu dapat uangnya juga menunggu setelah satu bulan kerja,” ujar Destymenyampaikan pendapatnya. “Mau bagaimana lagi, aku tidak mungkin minta pada ibuku. Belum lagi semalam pemilik kontrakan sudah marah karena tiga bulan nunggak bayar sewa,” jawab Lintang. “Makanya kamu pakai uangku dulu, aku yakin pasti cukup untuk bayar sekolah dan biaya kontrakan,” bujuk Desty ramah. “Desty, maaf. Sebenarnya kamu ini kerja apa sampai tidak pernah punya waktu untuk belajar dan menggarap PR?” tanya Lintang penasaran. “Baiklah, karena dua tahun kita bersahabat maka aku yakin kamu tidak akan menghianatiku,” jawab Desty. “Iya, siapa tahu aku juga bisa bekerja sepertimu,” balas Lintang bersemangat. “Semenjak orang tuaku cerai mereka sibuk dengan urusan pribadi. Aku bohong soal bekerja sampingan. Tapi setiap malam aku hanya nongkrong bersama teman – teman lain, yah… Sekedar hiburan saja biar tidak stress,” jawab Desty santai. “Yah… Aku kira kamu beneran kerja, jadi aku bisa ikut denganmu,” jawab Lintang lemas. “Kalau mau dapat uang dengan cepat kamu bisa saja ikut kerja dengan temanku itu,” tawar Desty. “Kerja apa?” tanya Lintang langsung bersemangat. “Pemandu karaoke, nanti dapat gaji pokok perbulan dan jika setiap malam bisa menarik pelanggan banyak kamu akan di kasih bonus,” tawar Desty. “Itu hanya sekedar menemani bernyanyi tanpa di ajak tidur kan?” tanya Desty agak merinding. “Yaitu tergantung kamu, kalau mau diajak tidur nanti dapat bayaran tambahan lagi. Tapi aku sarankan jangan sampai kamu tergiur uang dan menjerumuskan diri. Aku ini biarpun nakal tapi tidak pernah sampai melakukan hal – hal yang bisa merusak masa depan ya. Lebih baik kamu bayar pakai tabunganku dulu saja. Setelah lulus SMA kamu bisa bekerja di tempat yang lebih baik,” saran Desty menasihati. Lintang terdiam, memang jika ingin mendapatkan sesuatu yang besar harus ada pengorbanannya. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu, jangan sampai merusak diri sendiri karena materi. Lintang tersadar saat nomor ponselnya itu berbunyi, rupanya pesan dari adiknya. Ayah Kak, sakit ayah parah. Sekarang kita di rumah sakit. Lintang langsung berderai air matanya karena ujian yang bertubi – tubi terus menimpa keluarganya. “Kamu kenapa?” pekik Desty. “Ayah masuk rumah sakit,” jawab Lintang sangat bersedih. Kemudian pemilik warung datang menyajikan pesanan mereka. “Kita makan dulu, setelah ini langsung ke rumah sakit,” ucap Desty menenangkan Lintang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
601.5K
bc

Hubungan Terlarang

read
501.0K
bc

LIKE A VIRGIN

read
840.8K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.2K
bc

Dependencia

read
186.3K
bc

I Love You Dad

read
282.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook