bc

SAGAYANO

book_age0+
124
FOLLOW
1K
READ
others
drama
comedy
sweet
humorous
like
intro-logo
Blurb

Ketika masuk perguruan tinggi, Saga bertemu dengan Ayano, seorang mahasiswi asal Jepang yang ternyata satu jurusan dengannya. Gadis itu sangat cantik, kulitnya putih bening, rambutnya hitam lurus, dan matanya sipit-sipit manis. Senyumnya, bisa bikin orang terkena serangan jantung. Untuk pertamakalinya, Saga benar-benar merasa jatuh cinta.

Namun, Saga sadar, perjuangan untuk mendapatkan Ayano tidaklah mudah karena Saga tidak tampan, tidak pintar, tidak punya sisi keren yang bisa diperlihatkan pada Ayano. Saga juga tidak punya pengalaman dalam urusan cinta, karena semua mantannya cabe-cabean. Satu-satunya modal Saga hanyalah keinginan kuat dan uang yang tak terhitung jumlahnya.

chap-preview
Free preview
1
"Bang, beli satenya." "Mau berapa tusuk, Dek? Pake nasi?" "Sama gerobaknya, Bang." "Loh, gak bisa, Dek. Ini punya majikan saya." "Saya beli juga majikannya." Tukang sate itu mati kutu. Orang lain yang udah ngantri gak jadi beli. "Dibungkus ya, Bang." "Satenya?" "Bukan, majikannya." Tukang sate itu langsung memberikan Saga secarik kertas. "Ini total harganya." Tukang Sate itu menunjukkan angka pada kalkulator. Setelah Saga membayar semuanya, tukang sate itu pergi meninggalkan gerobaknya. "Senang berbisnis dengan Anda," ucap si tukang sate dengan raut wajah yang sumringah. Argi hanya geleng-geleng kepala. ... Pagi itu, Saga dan Argi sarapan sate sebelum berangkat ke kampus untuk pertamakalinya. Karena tukang satenya kabur, mereka jadi ngebakar dan nyiapin satenya sendiri-sendiri. Mereka berdua memang anak yang mandiri. "Enak juga ya makan sate pagi-pagi," ucap Argi setelah menghabiskan satenya. "Iya lah, soalnya lu gak bayar," balas Saga. "Hehehe." Setelah itu, mereka menutup gerobak satenya dan pergi ke kampus menaiki angkot. Meski Saga holkay, dia lebih memilih menaiki kendaraan umum karena tidak ingin menunjukkan harta kekayaannya pada orang-orang di kampus. Saat SMA, Saga selalu diantar ke sekolah menaiki Mercy oleh sopir pribadinya, padahal rumahnya ada di sebelah. Gara-gara hal itu, Saga jadi dimanfaatkan oleh teman-teman sekolahnya. Para lelaki maupun perempuan berduyun-duyun mendekati Saga karena ingin diberi uang olehnya. Apalagi Saga dikenal sebagai murid yang sangat dermawan, membuat dirinya semakin menjadi sasaran empuk para mata duitan termasuk gurunya sendiri. Karena hal itu, Saga jadi tidak punya teman sejati. Semua temannya hanya membicarakan uang ketika berada di dekat Saga. Saga mulai tidak bisa membedakan mana teman sungguhan mana teman palsu karena semuanya selalu berujung meminta uang. Satu-satunya teman Saga hanyalah Argi. Teman sebangkunya di SMA itu tidak pernah meminta uang pada Saga, dan sering menolak ketika diberi. Walau Saga holkay pun Argi tidak pernah segan untuk mentraktirnya. Hal itu membuat Saga menganggap Argi sebagai satu-satunya teman sejati. Mulai sekarang, saat memasuki bangku perkuliahan, Saga ingin menyembunyikan identitasnya sebagai orang kaya. Saga mengganti marga Harvent-nya menjadi Rezaludin agar nama keluarganya tidak ketahuan oleh orang-orang. Harvent adalah marga yang terkenal di Indonesia sebagai marga dari keluarga kaya pemilik berbagai perusahaan seperti Rumah Sakit, Mall, Restoran, Hotel, Tambal Ban, dan masih banyak lagi. Saga tentunya tidak ingin teman-teman kuliahnya mengetahui identitasnya tersebut karena tidak ingin kejadian saat SMA terulang kembali. "Sag, nanti malem makan sate lagi, yuk. Sate tadi enak banget." Argi berbicara dalam angkot. "Boleh. Sekalian jualan aja, biar tambah penghasilan," balas Saga. "Ide bagus. Biar nambah skill ngipas-ngipas juga." Tak lama setelah itu, mereka berdua tiba di depan kampus. "Gila... kampusnya megah banget." Argi terpukau dengan tingginya gedung rektorat di hadapannya. "Iya Gi, gua bersyukur bisa masuk kampus ini, soalnya gak ada ospeknya." "Ini kampus favorit loh, Sag. Lu yakin bisa bertahan?" "Gua emang masuk lewat pintu belakang, tapi mulai sekarang gua bakal belajar serius. Gua harus jadi dokter hewan pokoknya." Saga mengepalkan tangannya sembari menatap gedung dengan mata berapi-api. "Biar bisa ngobatin si Catty, ya?" "Iya, si Catty itu anjing kesayangan gua. Setidaknya gua harus terlihat keren di depan dia." Argi terharu mendengar motivasi Saga. "Omong-omong, lu ngapain ngikutin gua jadi dokter hewan?" Saga masih bingung mengapa Argi memilih jurusan yang sama dengannya, padahal kalau mau dia bisa memilih jurusan yang lebih sulit seperti dokter umum atau dokter gigi. "Lah, kan gua cadangan lu. Kalo lu mati, masih ada gua yang nanti ngobatin si Catty." "Ah, lu kalo ngomong suka bener." Saga menjitak kepala Argi. Setelah itu mereka berdua berjalan memasuki gerbang. Saat berjalan-jalan di dalam, mereka melihat seorang gadis yang cukup terkenal. "Sag, Sag, liat ada artis!" Argi menunjuk orang itu. "Oh, si Jenni. Pemain sinetron Tukang Sate Naik Haji itu, ya?" "Iya. Kalo dilihat dari deket, cantik banget, ya." "Ah, biasa aja." Saga menjawab datar. Di hari pertama masuk kampus, mereka tidak langsung belajar. Selama satu minggu, mereka akan melakukan orientasi mahasiswa terlebih dahulu. Orientasi mahasiswa ini bukanlah ospek, melainkan hanya kegiatan pengenalan universitas. "Ah, gak asik. Gua gak sekelompok sama lu Sag." Argi mengeluh setelah melihat kertas di pembagian kelompok di papan. "Tapi, lu sekelompok sama Jenni. Gak masalah, kan?" Argi hanya tersenyum kecil. "Oh iya, kelompok lu di mana Sag?" "Gak tau. Kayaknya gua ditinggal deh," kata Saga dengan nada kecewa. "Aduh, kasian banget. Gua duluan, ya." Argi pergi meninggalkan Saga untuk menemui teman sekelompoknya. Setelah itu, Saga berjalan ke sana ke mari mencari teman kelompoknya. Namun, tidak ketemu juga. Mulai kesal, Saga akhirnya pergi ke tengah lapangan di kampus. Daripada repot mencari teman kelompoknya, Saga berharap teman kelompoknya yang menemukan dia. Tetapi, yang menemukan Saga bukanlah kelompoknya, melainkan seorang gadis yang juga sedang kebingungan. "Anata wa Saga desuka?" Gadis itu berbicara di depan Saga. 'Waah, cantiknya...' Saga melamun. "Oh my, sorry. Are you Saga from group Seventeen?" Gadis itu bertanya kembali. Saga tersadar, namun dia tidak mengerti apa yang dibicarakan gadis itu. Gadis itu sangat cantik, Saga tidak tega melihatnya kebingungan. Akhirnya, Saga bicara bahasa inggris sebisanya. "Yes." Gadis itu langsung tersenyum, membuat hati Saga hampir meledak. Kemudian, sambil gugup, Saga menunjuk-nunjuk gadis itu. Gadis itu langsung mengerti kode dari Saga. "Me? My name is Ayano," jawabnya sembari menunjuk papan namanya. "Oh... ok... Ayano..." Saga mengangguk. Setelah itu, Ayano berdiri di sebelah Saga. Sepertinya, Ayano mengira kalau Saga adalah murid pertama yang datang. Ayano mulai terlihat resah setelah sepuluh menit menunggu. "Where is the other member, Saga?" Ayano memandangnya. Saga diam saja karena tidak mengerti yang dikatakan Ayano. "Saga, are you okay?" Karena Ayano nanya terus, Saga jadi gak enak. "Yes," jawab Saga. Ayano langsung tersenyum dan kembali menunggu. Tak lama, kelompok mereka akhirnya datang. "Lu dari mana aja bro? Gua cari-cari gak ketemu!" Asep agak jengkel. "Gua juga nyari-nyari lu gak ketemu." "Oh, yaudah deh." Asep kemudian menoleh pada Ayano. "Eh, are you Shiraishi Ayano?" Ekspresi Asep langsung berubah. "Yes." "You are so beautiful. My name is Asep." "Thank you, Asep." Ayano tersenyum. Setelah itu, mereka berkumpul dan berdiskusi. *** "Gimana Sag tadi ngumpulnya?" tanya Argi sepulang mereka dari kampus. Saga hanya tersenyum-senyum. "Tumben lu senyum-senyum gitu. Pasti ketemu cewek cantik, ya?" Saga masih tersenyum-senyum sendiri. "Sag, si Catty meninggal." Argi berbisik di telinga Saga. "Oh iya, gapapa, biarin aja," balas Saga. "Eh, serius lu?!" Saga menarik kerah baju Argi. "Nggak, nggak, gua bercanda. Lu sih ditanya diem aja." "Sori-sori. Gua lagi mikirin seseorang, hahaha." Saga melepas kerah Argi. Argi terdiam dan melihat ke arah Saga. "Emang, orangnya kayak gimana sih sampe bikin lu senyum-senyum gitu?" tanya Argi sembari menikmati sate ayam. "Dia cewek dari Jepang, Gi. Kulitnya putih bening, rambutnya hitam lurus, matanya sipit-sipit manis. Senyumnya bisa bikin lu kena serangan jantung! Namanya Ayano, gua gak bakal lupa." Saga menjelaskan panjang lebar. "Oh, jadi selera lu cewek Jepang, ya?" "Gak juga sih. Gua sering kok liat film-film Jepang, tapi gak ada yang cantik kayak Ayano." Saga juga menyantap satenya. Argi tidak bereaksi. Saga kemudian berbicara lagi. "Jadi ini ya, yang namanya cinta? Baru sekarang gua merasa sebahagia ini. Padahal Ayano cuma senyum doang ke gua." Saga memandang langit berbintang. "Yaudah, sikat aja Sag!" "Gua gak pede, Gi. Gua gak pinter dan ganteng kayak lu. Gak mungkin kan gua sogok pake duit?" Saga mengeluh. "Lu juga ganteng kok, Sag. Coba deh ngaca." Argi memberikan kaca pada Saga. Saga langsung ngaca. Prueeeengggg!!!! Kacanya pecah. "Tuh, kan... kacanya aja pecah." Saga kecewa. "Enggak, kacanya emang udah rusak itu." Saga sebenarnya tidak jelek, namun dia juga tidak tampan bila dibandingkan dengan Argi. Bisa dibilang wajah Saga seperti merek bolpen... standar. Mereka berdua tediam sejenak. "Gini Sag. Buat dapetin Ayano, lu gak harus pinter dan ganteng, kok. Lu cuma harus berusaha aja. Lama kelamaan hatinya bakal luluh, kok. Apalagi lu holkay, mana mungkin dia nolak." Argi memberi nasihat. "Gitu, ya. Gua cuma harus berusaha." "Sorry, gua tarik kembali kata-kata gua. Saat ini, lu cukup jadi temennya aja, Sag. Ayano jauh-jauh ke sini bukan untuk pacaran, dia itu mau belajar. Kalo pengin dapet perhatian Ayano, lu harus banyak-banyakin bantu dia, dan bikin dia betah di sini. Tapi awas, jangan keliatan modus." Argi memberi nasihat lagi. "Oh iya, bener juga, sih." Saga mengangguk. Argi tersenyum puas. "Lu pinter ya kalo masalah ginian, padahal lu juga jomblo." Saga menatapnya. "Kan lu yang ngelarang gua pacaran." "Hahaha, kalo lu pacaran, nanti lu bisa lupa sama gua." Argi hanya menghela napas. Saking setia kawannya Argi, dia sampai menolak banyak gadis agar bisa menemani Saga dalam kejombloannya. Argi baru akan memikirkan cinta setelah Saga mendapatkan cinta sejatinya. "Oh iya, lu besok harus kursus bahasa Jepang, Sag. Biar bisa ngobrol sama Ayano." Argi memberi saran. "Wah, ide bagus tuh. Gua mau nyewa duta besar Jepang aja deh, biar enak." "Hahaha, terserah lu." Mereka berdua tertawa. "Eh, Gi. Itu ada yang mau beli sate. Buruan layanin." Saga melirik pembeli. "Siap!!!" Argi kemudian mendatanginya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.1K
bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

HELP ME - BAHASA INDONESIA (COMPLETE)

read
9.9M
bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook