bc

UNPERFECT LOVE

book_age18+
1.8K
FOLLOW
10.1K
READ
second chance
friends to lovers
self-improved
drama
sweet
bxg
city
first love
friends with benefits
passionate
like
intro-logo
Blurb

Nara Adinda, seorang business consultant muda yang ternama mengejutkan semua orang saat dia memutuskan hubungannya dengan Daniel Wijaya, pria yang menjadi kekasihnya selama lima tahun saat pria itu melamarnya.

Karena patah hati, Nara memutuskan untuk berlibur ke sebuah pulau privat yang tenang dan berencana hanya akan malas-malasan di sana. Sampai akhirnya dia bertemu lagi dengan teman semasa SMA-nya, Reagan.

Reagan, temannya yang jahil itu memang sudah berubah secara fisik tapi tidak kelakuannya. Cinta monyet mereka saat SMA tampaknya masih dirasakan Reagan dan Nara namun Nara masih bersikeras bahwa dia tidak ingin menjalin hubungan dengan Regan.

Kepulangan Nara yang disusul Reagan kemudian membukan banyak rahasia mengenai keluarga Reagan dan juga rahasia masa lalu Nara yang membuatnya tidak mau berkomitmen dalam hubungan percintaan.

Bagaimana dengan Daniel? Siapakah yang akan dipilih Nara? Kenapa Nara tidak mau berkomitmen?

“Cinta yang tidak sempurna sekalipun tetaplah cinta yang sempurna. Karena dia menyatukan dua individu yang berbeda.”

Cover by Maggsid

Pictures :

Free sticker by picsart

Font

https://www.dafont.com/milasian-circa.font

https://www.1001fonts.com/just-another-hand-font.html

chap-preview
Free preview
1. Sweet Escape
Nara menatap layar laptopnya dengan serius. Gadis berusia 26 tahun itu menaikan sedikit kacamata yang melorot dari hidungnya. Di layar laptopnya tampil grafik lengkap dengan angka-angka yang harus di analisa demi keuntungan klien. Nara mendesah kesal karena dia tidak bisa menemukan dimana masalah dari pekerjaannya. Nara bekerja sebagai business consultant senior yang mengharuskannya dapat menganalisa dan memberikan solusi untuk bisnis para kliennya. Terlebih lagi, ini adalah proyek dari Awan grup, perusahaan tekstil nomor satu di negeri ini. Konsentrasinya semakin buyar ketika layar ponselnya menyala di ikuti dengan bunyi getaran ponsel itu. Nama Daniel muncul di layar ponsel itu. "halo," sapa Nara sambil mengapit ponsel itu menggunakan bahunya sementara tangannya menutup laptop dan membereskan barang-barangnya dari atas meja itu. "Nar....” Suara bariton seorang lelaki terdengar dari ujung telepon. Nara hanya diam. "Ini masih bisa kita pikirin lagi, Nar. Nanti aku coba ngomong lagi ke Papa Mama aku.” suara Daniel terdengar lirih. Nara masih tetap diam. "Aku pikir ini yang terbaik, Dee. Kamu berhak punya masa depan yang terbaik, sayangnya itu bukan sama aku,” ujar Nara pelan. Keduanya terdiam. "Thank you for being part of my life 5 tahun ini. Bye." sambung Nara yang kemudian memutuskan sambungan telepon dan beranjak dari kafe tersebut. *** Panggil Nara aneh karena wanita ini sudah hidup sendiri di hampir separuh usianya. Gadis periang ini selalu nampak tersenyum kapan saja dan dimana saja. Tapi, dia tidak punya teman akrab. Nara hampir punya segalanya, karir gemilang di usia cukup muda, relasi yang baik dengan orang-orang, keuangan tertata, apartemen di kawasan elite dan mobil Mercedes bens yang selalu dikendarainya kemana-mana. Tipe-tipe wanita metropolitan. Tapi, semuanya pasti punya kekurangan. Untuk seorang Nara, asmara adalah kekurangannya. 5 tahun menjalin kasih dengan Daniel, anak pengusaha besar di negara ini. Digadang-gadang akan menikah tahun ini karena sudah di ajak menemui keluarga Daniel, tapi sebulan kemudian kabar putus mereka terdengar. Nara benci untuk "terlihat". Dia tidak suka menjadi perhatian orang-orang. Sialnya, saat ini dia sedang menjadi perhatian orang-orang karena kabar putus dirinya dan Daniel. Berbeda dengannya yang biasa saja, Daniel nampak terpukul. Berulang kali Daniel masuk akun gosip dengan wajah muram dan sedih. Lelaki gagah itu kini terlihat tidak terurus. Hal yang menyakitkan sebenarnya untuk Nara, tapi bagaimanapun keputusannya sudah bulat. Dia tidak mau mengambil resiko besar itu. *** Maka disinilah Nara berakhir setelah mendapatkan ijin Cuti 1 minggu dari kantornya. Di sebuah pulau kecil nan tenang. Sebuah private Island yang hanya terdiri dari 4 cottage dan 1 rumah untuk penjaga sekaligus pelayan disana. Nara turun dari perahu yang mengantarkannya. Kakinya disapa ombak kecil diatas pasir putih yang indah. Nara mengambil nafas dalam-dalam untuk merasakan aroma laut. Dari dulu, laut memang tempat favoritnya. "Permisi, Neng. Ayo saya antar dulu ke cottagenya,” ucap lelaki setengah baya yang menyambutnya di pulau ini. Nara mengangguk dan kemudian mengekor ke penjaga pulau ini. "Ada berapa cottage yang terisi pak?" tanya Nara "Sama Neng, jadi ada 4,” jawab bapak penjaga "Neng, namanya siapa?” tanya bapak penjaga itu lagi. "Nara, pak,” jawab Nara. "Oh ... Kalau nama saya Amir, neng. Nanti ada istri saya namanya Ijah. Sama ada dua anak saya namanya Ridho sama Narwan,” ucap pak Amir mengenalkan keluarganya secara singkat. "Kalau tamu yang lainnya, bapak kenal?” tanya Nara lagi. "Tahu namanya aja, yang di cottage 1 namanya Billy, bule. Tapi nggak pernah keluar, mungkin mau menenangkan diri. yang di cottage 3 namanya Neng Renata, yang di cottage 4 namanya Mas Reagen, kesini katanya buat snorkling,” jelas pak Amir. Nara hanya magut-magut mendengarnya. Toh dia tidak akan banyak bertemu mereka, karena dia memesan layanan pribadi jadi segala sesuatunya akan  disediakan langsung ke kamarnya. Nara memegang tas biru yang di bawa pak Amir yang berisi buku-buku dari penulis favoritnya. Nara sudah tidak sabar untuk membacanya satu per satu. "oke Neng Nara. Ini cottagenya. Mau saya bantuin bongkar-bongkar barangnya?” tanya pak Amir. Nara menggeleng sambil tersenyum, "Nggak perlu, pak. Saya bisa sendiri.” Nara memilih membongkar barangnya nanti saja. Dia ingin tidur sejenak karena jujur saja dia hanya tidur setengah jam di pesawat tadi. Dia belum tidur dari kemarin karena harus menyelesaikan pekerjaannya. *** Nara terbangun karena suara benda jatuh di depan cottagenya. "Sial!!” Nara mengumpat kesal. Dirinya langsung bangun dan mengintip dari jendela. Nara melihat dua orang lelaki sedang bermain voli pantai bersama dua orang bocah disana. Satunya lagi bule, mungkin si bule yang ada di cottage no 1, satunya lagi lelaki bertubuh atletis bukan bule. Dia menggunakan kacamata hitam dengan rambut sedikit panjang sehingga membuatnya harus berkali-kali menyisir rambutnya kebelakang dengan tangan. Untuk beberapa detik Nara terpesona sampai akhirnya Nara menyadari sesuatu. Dia teringat kata-kata pak Amir. Cottage 4. Reagan. Wajah yang familiar. Sial! Nara bertemu lagi dengannya. *** Hari sudah malam, Nara memutuskan makan malam di kamarnya sendirian. Nara merasa dia mendengar suara riuh di belakang cottagenya. Mungkin penghuni lain sedang makan malam bersama. Nara tidak begitu peduli, dia tetap larut bersama imajinasi bersama buku yang di bacanya. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Nara meninggalkan kursinya dengan malas dan membuka pintu. Tampak salah satu dari bocah yang ia lihat tadi sore ada di depannya lengkap dengan 2 buah jagung bakar di tangannya. "Malam kak, ini di suruh antar jagung bakar sama bapak,” katanya dengan sopan. Nara tidak bisa menampik bahwa jagung bakar itu terlihat menggiurkan. Akhirnya dengan hati senang Nara menerima jagung itu. "Besok mau ada cara bakar-bakar lagi. Kalau kakak mau gabung aja,” ucap bocah itu lagi sambil berjalan pergi. "Iya, liat nanti ya,” Jujur saja, Nara tidak begitu suka bergaul dengan orang-orang. Dia hanya melakukan itu kalau ada pekerjaan saja. Tanpa Nara sadari, bersama bocah itu ada si lelaki berbadan atletis. Dia cukup terkejut melihat Nara tetapi kemudian tersenyum seolah dia baru saja melihat dewi. *** Besok sorenya, Nara bersiap mengembalikan piring bekas jagung bakar tadi malam. Dengan langkah santai, dia berjalan menuju ke tempat Pak Amir. tampak ada kebulan asap dan wangi rempah yang membuat perut Nara keroncongan. "Selamat sore,” salam Nara dari luar "Selamat sore,” suara perempuan menyahut dari dalam. Tidak lama keluar seorang perempuan berdaster batik coklat dengan serbet di bahunya. Nara tersenyum ramah ke arah perempuan itu. "Misi bu, Saya Nara yang tinggal di cottage 2. Ini, saya mau ngembaliin piring bekas jagung bakar semalam,” jelas Nara. "Oh iya. Nanti malam ikut yuk. Hari ini bapak sama Mas Reagan pergi nangkep ikan. Pasti enak tuh, semuanya ada kok". tawar Bu Ijah. "Lihat nanti ya bu,” kata Nara "Saya juga lagi masak kerang asap sama kepiting. Mau coba ndak?” kata Bu Ijah lagi. Nara berpikir pada akhirnya setelah Bu Ijah dengan teganya menyebut kepiting, salah satu hidangan favoritnya. "Kalau mau, kesini aja jam 7 malam,” kata Bu Ijah lagi. *** "Arennn!!!" Nara menoleh ke sumber suara tersebut. Hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan sebutan itu. Dan sialnya, orang itu baru saja keluar dari air biru pantai itu dengan tubuh atletisnya. Membuat Nara menelan ludah untuk kesekian kalinya. Sore kemarin saja dia berada di jendela mengintip orang ini hampir satu jam. "Kamu kok bisa disini?” tanya lelaki itu setelah sampai dihadapan Nara. "Liburan, kamu?" Nara melipat tangannya. "Ya sama kayak kamu. Tapi aku nikmatin alamnya, gak kaya kamu yang ngurung diri di kamar". kemudian wajah menyebalkan itu kembali muncul. Wajah menyebalkan yang dulu ada di seorang anak SMA. Nara memutar matanya kemudian memutar badannya kemudian lanjut berjalan. Gak ada gunanya jika ditanggapi, dia sangat hafal dengan Reagan. "Eits..." Reagan dengan cepat menahan tangan Nara, sebelum Nara melepaskannya dengan kasar. "Kamu ikut makan malam, kan?" tanya Reagan. "Kalau ada kamu, aku gak ikut!" jawab Nara sedikit kasar. "Ya udah, tapi malam ini jadwal mati lampu dan... kalo kamu di ganggu penghuni sini, jangan nangis ya," Reagan kemudian berbelok ke arah cottage-nya, meninggalkan Nara yang diam mematung. Nara, mati lampu dan hantu adalah kombinasi yang buruk. Dan Nara tahu, berdiam di cottage-nya sendirian saat mati lampu nanti bukanlah ide yang bagus. Matahari sudah tenggelam, dan benar saja, listrik tidak menyala sama sekali. Nara semakin gelisah di dalam cottagenya. hanya ada lampu dari ponselnya dan sialnya daya baterai ponsel tersebut tinggal 20%. Tok... tok... tok... Terdengar ketukan pintu. Sesaat Nara terkesiap, secepat inikah si hantu mengganggunya? Ini bahkan baru jam 6 petang. Tok... tok... tok... kali ini ketukan itu berasal dari jendela. Nara semakin berkeringat dingin. Dirinya tidak menyangka akan mengalami pengalaman horor di tengah liburannya ini. "Mas Reagan buruan manggil Mba Nara-nya. udah ditungguin sama semuanya." Terdengar suara teriakan anak kecil dari luar. Tunggu. Nara memastikan ia tidak salah mendengar. Reagan sialan!. Dengan cepat Nara membuka pintu mendapati Reagan yang tengah membuat gestur diam ke anak kecil yang ia ketahui bernama Ridho itu. Dengan cepat Nara melayangkan tangannya ke bahu Reagan membuat pria itu terlonjak kaget sekaligus ketakutan. "Sekali lagi, kamu bikin aku ketakutan kayak tadi, kamu aku bunuh biar jadi hantu beneran di pulau ini!" Ancam Nara sadis. Reagan menelan ludahnya susah payah. Gadis ini lebih menyeramkan dari hantu. *** Makan malam mereka berjalan dengan baik karena masakan yang enak dan juga, ternyata penghuni yang lain tidak buruk. Billy adalah seorang penulis makanya dia jarang keluar. Renata juga seorang penulis. Dan Reagan, lelaki menyebalkan. Itu saja. Mereka beranjak ke cottage mereka masing-masing. Billy dan renata berjalan searah ke cottage mereka. Sedangkan Nara dan Reagan juga berjalan searah. "Mau lihat sesuatu yang keren gak?" tanya Reagan memcah kesunyian di antara mereka. "Apa tu?" tanya Nara "Ayo". Reagan menarik tangan Nara menuju suatu tempat. Mereka tiba di suatu tempat dimana bulan terlihat lebih besar dari situ. Cahaya cantiknya terpantul sempurna diatas permukaan air. Ditambah desiran pelan ombak dan pasir putihnya, membuat Nara takjub. Nara maju beberapa langkah untuk memandangi pemandangan itu lebih dekat, matanya berbinar. "Bagus banget. Kok kamu bisa tahu tempat ini? Memangnya kamu udah berapa lama di sini?" tanya Nara. "Hmmm … sekitar lima bulan,” Jawab Reagan sukses membuat mulut Nara membulat sempurna. "Kamu ada masalah apa sampe menyendiri di sini 5 bulan?" tanya Nara "Emang kesini kalau ada masalah doang? kan bisa juga kayak Billy dan Renata, mereka kesini karena kerja. Kenapa? kamu ada masalah apa sampe kesini?" tanya Reagan. Nara menunduk diam. "It's okay, namanya juga manusia pasti ada aja masalahnya,” katanya Reagan sambil mengelus rambut Nara. "Ngomong-ngomong, kamu putihan deh sekarang. Skincare mahal nih pasti jadi glow up," ucap Reagan lagi. "Ya habisnya, aku capek di panggil Aren terus.” Nara memajukan bibir bawahnya tanda merajuk. Reagan tertawa. "Kan maksud aku kamu itu kayak gula aren,” Jelas Reagan. "Item kan maksudnya,” Tanya Nara. "Tapi manis," kata Reagen sambil tersenyum menatap Nara. Nara menunduk malu. Entah kenapa, dirinya tidak terbiasa di puji. Dia selalu saja merasa malu jika di puji. Reagan kemudian memajukan wajahnya dan berbisik ke telinga Nara. "Dan memabukkan," bisik Reagan sebelum kembali memandangi langit malam itu. Membiarkan Nara yang sedang mengontrol dirinya karena jantungnya sudah tidak bisa berdetak teratur ditambah ia yakin mukanya sudah pasti mirip kepiting rebus. "Kamu sekarang gimana, Ra?" tanya Reagan memecah kesunyian diantara mereka. "Kerja jadi business consultant, kamu?" "Wah.. jadi makin independent woman dong. Kalau aku, designer interior," jelas Reagan. "Terus kamu cuti lima bulan?" Mata Nara membulat mendengar pengakuan Reagan. Dia pikir Reagan minimal ada travel vlogger/blogger atau punya pekerjaan yang berkaitan dengan travelling. "Yeee ... aku disini juga kerja. Semua cottage disini aku yang design" jelas Reagan. "Oh …." Nara mengangguk-anggukan kepalanya. "Kamu udah punya pacar?" tanya Reagan Nara tersenyum ketir. Untuk sesaat mungkin ia lupa pada masalahnya. Tapi ternyata tidak mudah juga dilupakan. "Halloo... kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Reagan sambil melambai-lambaikan tangannya di depan muka Nara. "Eh, kenapa?" tanya Nara. "Sumpah, jangan bengong deh Nar, ntar kamu kesurupan aku yang susah. Mending kalau kamu kesurupan jin macan. kalau kamu kesurupan jin monyet atau jin lumba-lumba, repot aku Nar. Pilihannya Naik pohon atau berenang malam-malam.” Reagan menjelaskan dengan gaya membuat Nara tertawa karena tingkah konyol Reagan. Dari dulu, pria itu selalu membuat ia tertawa karena lelucon atau tingkah konyolnya. Membuatnya merindukan masa SMA-nya dengan Reagan yang indah. "Yuk balik yuk, aku anterin sampai cottage kamu," ajak Reagan sambil berdiri. Nara kemudian berdiri dan mengekor di belakang Reagan. Ketika hampir sampai di cottage Nara, Reagan berbelok ke arah samping cottage Nara dan kemudian membuka sebuah kota besi dan tak lama kemudian lampu cottage Nara menyala. Membuat Nara sadar bahwa, semua cottage memang menyala lampunya dan hanya punya Nara yang mati. Dan tidak perlu lama, bagi Nara untuk melayangkan sendal jepitnya ke arah kepala Reagan. "Aduh!" Reagan berteriak kesakitan. Dia segera berbalik dan berjalan ke arah Narah. "Dengar, aku lakuin ini biar kamu mau gabung sama kita.” Nara setengah berlari ke arah cottage membuka pintunya dan kemudian membanting pintu itu. "Jahatt!!! kamu tahu aku takut soal segala persetanan. Masih aja dikerjain" teriak Nara dari dalam. "Maaf Nar, niat aku baik kok" jelas Reagan tapi sudah tidak ada suara balasan. Baru beberapa langkah Reagan berjalan tiba-tiba lampu kembali mati. "Aaakkkhhh!!!" teriakan kaget berasal dari dalam cottage Nara. Reagan segera kembali ke cottage Nara. "Nar … Nara" panggil Reagan sambil mengetuk pintu Nara. "Gen... sampai kamu lagi yang bikin ini semua, aku gak mau maafin kamu lagi,” ancam Nara suaranya bergetar. "Bukan aku, Nar. sepulau ini mati lampu" jelas Reagan. Pintu terbuka dan Nara menghambur diri ke Reagan. Reagan mencoba menenangkan Nara. Dia tahu betul gadis ini tidak suka gelap. Entah kenapa dia selalu menangis ketika ada kegelapan. Sebuah sinar senter mengarah ke arah mereka. "Pak Amir!" panggil Reagan. Sumber sinar itu mendekat. Pak Amir dengan sarung yang melingkar di lehernya mendekat. "Kok bisa mati lampu, pak? tanya Reagan. "Dapat info, mesinnya rusak, mas. kemungkinan menyala besok pagi," jelas pak Amir. "Genset gimana pak?" tanya Reagan lagi. "Solarnya abis, kan buat bahan bakar mancing hari ini," jawab Pak Amir lagi. "Sial," rutuk Reagan. "ya udah pak, info aja sama penghuni yang lain. Pakai lampu darurat aja dulu," kata Reagan. "Oke, mas." Pak Amir segera melanjutkan kegiatannya. "Ayo masuk ke dalam, kita pakai lampu darurat aja" Reagan menarik tubuh Nara yang masih memeluk Reagan. Reagan membuka lemari dan segera menemukan lampu darurat dan menyalakannya. "Ini bisa bertahan sampai 5 jam. Kamu gak apa-apa kan aku tinggal." Reagan berdiri dari kursi sebelum tangan Nara kembali menahan lengan kekarnya. "Jangan pergi, please" suara Nara kecil sekali seperti memohon. "Do you okay if I staying with you?" tanya Reagan lagi, Nara menangguk. Dengan perlahan Reagan kembali duduk. Lengannya kembali di peluk oleh gadis itu. Reagan melihat ke arah Nara. Gadis itu memandang kosong ke arah lampu di depan mereka. Sedikit rambutnya jatuh menutupi wajah Nara. Reflek Reagan merapikan rambut itu kebelakang telinga Nara. Membuat gadis itu menatap Reagan. "Sial, mata itu!!" rutuk Reagan dalam hati. Mata yang membuat dirinya dulu jatuh hati untuk pertama kali. Bibir Nara juga sedikit terbuka karena baru selesai menangis, hal itu tentu menyiksa untuk Reagan. Hormon lelakinya baru saja bangkit setelah sekian lama bisa di pendamnya. Dengan cepat Reagan membawa tubuh Nara untuk berhadapan langsung dengannya. "Kamu tahu aku gak suka basa-basi. Saat ini aku sangat tertarik sama kamu. Dan maaf aku gak peduli kamu punya udah pacar atau belum, aku gak peduli," kata Reagan dengan nafas tersenggal. 2 detik kemudian bibir mereka bertemu. Ciuman biasanya yang kemudian berubah menjadi ciuman panas. Ciuman yang meminta lebih. "Nara... aku mau kamu," desah Reagan. "I want you too," balas Nara dengan desahan tertahan. *** Pertarungan kenikmataan mereka baru saja berakhir. Nafas keduanya masih memburu ditambah dengan keringat yang masih bercucuran. "Sejak kapan?" tanya Reagan "Sejak kapan apa?" balas Nara "Sejak kapan kamu jago begini?" tanya Reagan lagi. Nara mengangguk memahami maksud Reagan. "Aku tuh pacaran 2 kali, Gen. Lama-lama pula, gak mungkinlah gak begini," jawab Nara santai sambil mengambil tissue untuk mengelap cairan milik Reagan di atas perutnya. Dengan segenap kekuatannya ia memohon agar Reagan mengeluarkan cairannya di luar. Dia memang tahu bahwa Reagan orang yang akan bertanggung jawab jika hubungan mereka tadi membuahkan hasil tapi Nara tidak mau mengambil resiko bodoh. Tidak disangka, listrik kembali menyala. "Pak Amir pasti udah berhasil nyalain gensetnya,” Kata Reagan sambil melihat lampu yang sudah menyala. Dia kembali mentap Nara, kali ini dia dapat melihat seluruh tubuh Nara dengan jelas dibanding tadi. Tidak dapat disangkal, hormon lelakinya kembali bangkit. Dia menarik lengan Nara untuk mendekat ke arahnya. Nara sedikit tersentak kaget namun sesaat kemudian dia sudah biasa lagi. "Aku nggak tahu kamu udah pernah tidur sama berapa laki-laki atau udah berapa kali. Tapi, aku pastikan kamu nggak akan melupakan malam ini. Dan hanya aku yang akan lihat kamu telanjang kedepannya," kata Reagan lagi kemudian merengkuh wajah Nara. Keduanya berpagut kembali, meresap manis bibir masing-masing. Bibir Nara, entah kenapa terasa sangat manis bagi Reagan. Ada aroma stroberi disana, dan itu sudah cukup memabukkan untuk Reagan. Cara Reagan memperlakukannya berbeda dengan Daniel. Ya, Nara hanya pernah tidur dengan Daniel. Dia tidak menampik bahwa ia melakukan dosa, tapi untuk ukuran Nara yang independent woman ini, itu bukanlah sesuatu yang di pusingkan. Tapi, Reagan berbeda. Caranya bergerak diatas Nara sangat membuat Nara candu. Reagan yang pergerakannya tidak dapat ditebak itu selalu membuat Nara kesusahan mencari nafas. Dirinya merasa dipuja saat bersama Reagan. Terlebih lagi lelaki itu selalu memastikan Nara nyaman dulu baru akan melanjutkan kegiatannya. Karena itu dengan tidak segan Nara membalikan posisi mereka. Dengan segala pengalamannya yang minim dia mencoba untuk menyenangkan Reagan. Dan sepertinya lelaki itu menikmati service yang diberikan Nara. Nara adalah wanita termenyenangkan bagi Reagan dari dulu. Sejak SMA, dia dan Nara adalah perangko dan surat yang selalu menempel kemana-mana. Nara yang tertutup itu tidak memiliki banyak teman. Temannya, ya Reagan. Nara akan dengan sabar menemani Reagan saat dia rapat OSIS, latihan basket atau sekedar membuat PR di perpustakaan. Tidak ada yang menyatakan cinta di antara mereka, tapi melihat kedekatan mereka, sudah cukup buat mereka berdua untuk mengatakan bahwa keduanya berpacaran. Ciuman pertama mereka kelas saat itu pun berjalan mulus. Tidak ada penolakan dari Nara maupun paksaan dari Reagan. Dan kini keduanya ada di tempat berbeda dengan usia dan keadaan yang berbeda. Dua insan ini sedang bergelut meraih kenikmatan masing-masing. *** Reagan mengendong Nara ke tempat tidur dan ikut berbaring si samping Nara. Nafas Nara masih memburu tapi matanya tertutup, sudah pasti Nara lelah. Reagan mengecup dahi kemudian bibir Nara. "I hope it'll be forever, Nar. Please." gumam Reagan sebelum menarik Nara dalam tidurnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook