bc

Marriage Not Dating

book_age18+
14.3K
FOLLOW
94.8K
READ
love after marriage
age gap
arranged marriage
goodgirl
sweet
bxg
campus
teacher
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Luna Emalia Jasmin, gadis cantik yang tidak pernah terlibat dalam masalah percintaan. Sembilan belas tahun hidupnya hanya didedikasikan untuk mengejar cita-citanya yang tidak lain adalah belajar setinggi angkasa.

Kehidupan Luna seketika berubah saat dia harus menerima kenyataan bahwa dirinya dijodohkan dengan Byantara Adhitama Wijaya. Byantara yang tidak lain adalah Dosen Luna di kampus, juga pewaris tunggal perusahaan raksasa Wijaya Corp, seorang duda tampan yang menjadi bintang idola di kampus tempat Luna belajar.

Rumah tangga yang dibangun tidak berdasar atas nama cinta, bagaimana Luna akan menjalani perannya sebagai istri sekaligus mahasiswa dari suaminya tersebut?

Akankah benih cinta itu tumbuh seiring berjalannya waktu?

•Ditulis dengan gaya bahasa yang santai. Dijamin bikin ketagihan untuk terus membaca setiap episode-nya.

Cover by Stary

chap-preview
Free preview
BAB 1 - LUNA
LUNA POV. "Selamat pagi," ucap seorang laki-laki berpakaian rapi yang tiba-tiba memasuki kelas. Kedatangannya langsung membuat suasana yang tadinya sangat ramai mendadak hening. "Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Byantara Adhitama Wijaya, kalian bisa panggil saya Pak Byan," lanjutnya lagi sebelum memulai materi pagi ini. Siapa yang tidak tahu dengan Pak Byan? Semuanya sangat tahu. Terutama kaum hawa penghuni kampus ini. Pak Byan adalah dosen most wanted di kampus ini. Selain karena ketampanannya juga karena status Pak Byan yang seorang duda. Padahal usia Pak Byan masih sekitar tiga puluh dua tahun tapi sudah menduda saja. Entahlah, gue nggak tahu dan nggak pengin tahu juga. Gue juga heran kenapa banyak mahasiswi yang mengidolakan Pak Byan, padahal dia seorang duda. Apa istimewa nya? Sejauh ini gue yang sudah semester tiga, baru kali ini Pak Byan mengajar di kelas gue. Gue pikir dia adalah dosen yang friendly banget karena banyak yang mengidolakan dirinya. Tapi ternyata dugaan gue salah, Pak Byan adalah dosen killer kedua setelah Bu Ratna. Selama dia mengajar, nggak ada yang boleh mengeluarkan suara apalagi sambil main gadget, buang jauh-jauh deh itu pikiran. Seperti yang biasa gue selalu lakukan. Gue selalu duduk di depan berhadapan dengan meja dosen. Biasanya gue nyaman banget duduk di depan seperti ini, tetapi kali ini ada yang aneh karena sedari tadi gue merasa Pak Byan memperhatikan gue terus. 'Duh! Pergantian mata kuliah lama lagi nggak sih? Someone help me!' Gue berteriak dalam hati. Gue risih banget setiap kali ada orang yang menatap gue. Gue selalu berpikir kalau di wajah gue pasti ada sesuatu yang aneh. Mau minta izin ke toilet enggak berani, melihat wajah Pak Byan aja nyali gue udah ciut duluan. *** "Gila! Gila! Pak Byan ganteng banget. Tahu nggak kalian, selama dua jam dia ngajar gue kagak fokus sama sekali sama materinya. Gue fokusnya ke muka tampannya dia," ujar Caca. Cewek satu ini memang fans beratnya Pak Byan sejak dulu. Bahkan setiap hari gue dan Nay harus mendengar segala kehaluannya tentang Pak Byan. "Huuu, lebay lo! Menurut gue Pak Byan biasa aja deh," ucap Nay. "Bener, lagian dia kan duda. Doyan lo sama yang tua-tua," sahut gue asal. "Gue mah nggak peduli, yang penting dia mapan dan tampan," tutur Caca dengan gaya khasnya. Elah si Caca ada-ada saja kelakuannya. "Eh, tapi tadi perasaan gue Pak Byan ngeliatin lo mulu deh, Lun," ujar Nay memandang ke arah gue. Gue mengangguk setuju. Gue pikir cuman gue yang merasa begitu ternyata Nay juga merasakannya. "Iya, gue juga merasa gitu Nay. Apa tadi di muka gue ada yang aneh-aneh ya?" tanya gue. Nay memandang muka gue cukup lama. "Iya Lun, muka lo emang ada yang aneh!" ujarnya sambil memegang pipi gue, detik kemudian, "Tapi bohong!" lanjutnya lagi. Elah si Nay, bikin gue hampir pingsan aja. "Luna, gue nggak terima ya kalau lo ambil Pak Byan dari gue! Awas aja lo," ucap Caca ketus. "Siapa juga yang mau ambil, buat lo aja gue mah nggak doyan," cibir gue, "Kantin yuk! Lapar nih gue." Gue mengusulkan kedua teman gue itu untuk ke kantin. Karena jujur aja, perut gue sudah kelaparan banget. Sesaat kita bertiga berjalan di lorong menuju kantin, kita berpapasan dengan Pak Byan. Tuh dosen wanginya udah kayak toko parfum berjalan aja, wangi banget. "See you tomorrow masa depanku," ujar Caca dengan segala kehaluannya. Tentu saja dengan nada yang sangat pelan ya, yang hanya bisa didengar oleh kami bertiga. "Ca! Please deh jangan halu!" geram Nay melihat kelakuan centil Caca. "Denger ya kalian berdua, gue rela lepasin Rayadi kalau seandainya Pak Byan mau sama gue." Bisik Caca. Rayadi adalah pacar Caca, mereka sudah berpacaran selama satu tahun. Dan Caca bilang apa tadi? Rela lepasin Rayadi demi Pak Byan. Buset dah nih cewek, udah tergila-gila banget sama Pak Byan. --- "Kalian pesan apa?" tanya Nay begitu kita memposisikan diri di kursi kantin. "Gue bakso aja Nay, minumnya Air mineral aja yang dingin tapi," sahut gue, selama di kampus gue nggak pernah minum apapun selain air mineral. Entah kenapa gue ragu aja sama minuman yang bukan kemasan. "Gue diet," ujar Caca dengan Puppy eyes nya. Sumpah rasanya pengin gue colok matanya Caca saat itu, sok imut banget tapi gue tetap sayang kan dia satu-satunya sahabat centil yang gue miliki. *** Gue merebahkan tubuh mungil gue ini di atas kasur, gue peluk guling kesayangan yang sudah setia menemani tidur gue selama ini. Rasanya capek banget, gue butuh tidur. Tok! Tok! Tok! "Luna ...." suara itu adalah milik Ibu. 'Elah baru juga mau tidur,' batin gue meronta. "Iya, Bu? Masuk aja nggak dikunci kok." teriak gue dari dalam. Padahal gak perlu teriak juga Ibu pasti denger, kan ini kamar gak segede hutan. Ibu membuka pintu kamar dengan pelan kemudian masuk ke dalam. Kedua kakinya melangkah menuju kasur kemudian memposisikan diri duduk di samping gue yang lagi tiduran. Tangannya terulur untuk membelai lembut puncak kepala gue. 'Apa lagi dah ini. Pasti ada maunya nih Rosalinda,' batin gue. Gue udah hafal banget kalau Ibu bersikap seperti ini pasti ada udang dibalik batu. "Luna ...." Ibu tersenyum simpul. "Iya, kenapa, Bu?" sahut gue dengan perasaan yang entah kenapa tiba-tiba merasa gugup. "Ibu langsung to the point saja ya, Ibu ada kabar baik buat kamu." Kalimat Ibu barusan semakin membuat gue merasa sangat gugup. "Hm, kabar apaan Bu?" Gue udah antusias banget saat mendengar Ibu mengatakan ada kabar baik. Mungkin gue akan dibelikan handphone baru atau juga uang jajan gue ditambah. Udah seneng banget gue pokoknya. "Kamu, atas perintah Nenek, akan dijodohkan dengan cucu sahabatnya." Deg. Gue mengerjapkan mata beberapa kali. Berusaha meyakinkan diri bahwa gue nggak salah dengar. Gue mau apa? Dijodohin? Astaga Rosalinda, tega sekali kau dengan diriku. "Hahhh?! Luna nggak mau, Bu!" protes gue. Enak aja main jodoh-jodohan. "Luna, kamu tau sendiri kan kalau perintah nenek itu tidak ada yang berani membantah. Bahkan Ibu atau Ayah kamu sekalipun." "Tapi, Bu—" "Sudah, kamu terima saja. Bagaimanapun juga kamu tidak bisa membantah. Dan tidak ada yang akan membela kamu," cicit Ibu memotong ucapan gue. Gue rasanya pengin nangis, ralat, gue udah nangis bombay. Gue baru kuliah semester tiga dan disuruh kawin. Gimana nanti belajar gue dan masa muda gue?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook