bc

Merevisi Dunia

book_age18+
58
FOLLOW
1K
READ
suicide
sadistic
student
no-couple
mystery
ambitious
realistic earth
whodunnit
crime
serial-killer
like
intro-logo
Blurb

Jika kalian memiliki kemampuan untuk mengendalikan tubuh manusia, apa yang akan kalian lakukan?

Ya, kisah ini tentang seorang siswi SMK yang merevisi dunia melalui Control Book-nya. Control Book sendiri adalah buku catatan yang memberikan penggunanya sebuah kemampuan untuk mengendalikan tubuh manusia. Control Book ia gunakan untuk membuat banyak penjahat di dunia melakukan bunuh diri dengan brutal. Demi dunia dan demi umat manusia, kejahatan harus dilawan dengan kejahatan yang lebih jahat lagi—itulah prinsip karakter utama di novel ini.

chap-preview
Free preview
01 - Dibunuh-dirikan
"Cih, wujudnya doang manusia tapi hatinya kayak iblis," gumam dari seorang gadis cantik berambut pendek. Seorang diri bersembunyi di balik pintu, mengintip dan menyaksikan seorang laki-laki bertubuh kecil sedang disiksa oleh ketiga kakak kelasnya. Di sana di atap sekolah. Laki-laki bertubuh kecil itu tersungkur kesakitan, gemetar menahan derita. Seragam putih abu yang melekat pada tubuh terlihat lusuh, lecak, kotor tak karuan. Rintihan demi rintihan terdengar memilukan. Perutnya ditendangi, kepala diinjak, wajah diludahi berkali-kali. Babak belur, lebam membiru di wajah. Darah segar mulai mengalir dari telinga dan hidung. "Ampun!" serunya seraya bertekuk lutut meminta belas kasihan. Namun sebuah tendangan keras didapatkan. Tepat mengenai dagu membuat gigi bawah dan gigi atasnya berbenturan. Gigi depan patah tak beraturan. Darah langsung mengalir dari dalam sana. Keji, kejam, tak manusiawi. Itulah gambaran dari ketiga kakak kelas yang sedang menyiksa korbannya—adik kelas mereka. Mereka bertiga berdiri melingkari korban. Sebuah gunting kecil mereka keluarkan dari saku celana masing-masing. "Congkel matanya atau kita potong kupingnya?" "Kupingnya aja kita potong, buat dijadiin gantungan kunci!" "Lo berdua nafsu banget. Kalo jadi manusia jangan kejam gitu. Udah, kita mutilasi aja rambutnya!" Mendengar itu membuat korban tambah ketakutan, sebuah permintaan ampun ia ucapkan berulang-ulang. Namun rintihan itu seakan tak terdengar. Dengan antusias mereka bertiga langsung melanjutkan aksi kejinya. Salah satu dari mereka menjambak kasar rambut korban. Dan dua lainnya mulai mengeksekusi. Digunting rambut korban dengan kasar, dipotong secara asal. Dengan wajah babak belur, dengan telinga, hidung dan mulut berdarah. Korban hanya pasrah, lemas tak berdaya. Mulut mulai bungkam dan tak berkata apa-apa. "Jangan cuma diem, ngerintih dong, cupu!" seru dari salah satu penyiksa seraya memasukan potongan rambut ke dalam mulut korban. Tersedak, batuk berkali-kali—lantaran rambut hitam miliknya sendiri hingga masuk ke kerongkongan. Melihat itu membuat mereka bertiga langsung menatap dengan tatapan senang. Tatapan yang seolah-olah menatap sebuah pertunjukan. Melihat korbannya menderita penuh luka, tawa penuh kepuasan keluar dari mulut mereka bertiga. "Eh, anak lacur. Lo jangan coba-coba ngadu, ya! Kalo lo ngadu lo tau, 'kan resikonya? Video lo pas lagi dicabulin sama om-om homo bakal gue sebar, inget itu!" ancam dari salah satu penyiksa. "Ha?!" Gadis cantik berambut pendek yang dari tadi bersembunyi di balik pintu langsung menyerengit mendengar hal mengerikan tersebut. "Dicabulin sama om-om homo? Gila! Mereka bertiga pernah ngejual itu anak ke om-om homo?" batinya bertanya-tanya di dalam hati. "Nih anak udah lemes, udah pengen pingsan kayaknya. Padahal kita nyiksanya cuma bertiga doang. Najis, lemah!" ucap dari salah satu penyiksa. Dan disahuti oleh kedua temannya. "Iya, udah enggak seru!" "Buat penutupan kita kencingin aja anak lacur ini!" seraya menatap hina ke arah korban yang sedang tersungkur penuh luka. Dengan kejam dan tak ada otak mereka bertiga langsung mengencinginya. Di lain sisi masih ada seorang gadis yang bersembunyi seraya menyaksikan itu. Ingin sekali berhenti bersembunyi, melangkah maju dan membantu. Hanya bisa melihat sambil diam membisu rasanya hati bagai tertusuk paku. "Pengecut! Gue bener-bener pengecut, enggak guna, enggak bisa apa-apa." Itulah yang ia rasakan. Di saat resah, bingung dan gundah. Akhirnya gadis itu berusaha untuk tenang, dia menggigit ibu jari, memejamkan mata untuk berpikir dan menyusun sebuah rencana. Dia membuka mata kembali, ya, sepertinya dia sudah mendapatkan sebuah ide. "Walau gue enggak percaya, tapi harus gue coba buku pengendali tubuh itu." Dengan segera mengeluarkan sebuah buku putih dari balik kemeja sekolahnya. Kini di telapak tangan kiri sudah terbuka sebuah buku putih yang nampak seperti buku catatan. Dan digenggaman tangan kanan sudah mantap memegang sebilah pulpen. Gadis itu pun menuliskan sesuatu di kertas putih polos buku tersebut. "Geri Handayana, Rival Ridwan, Angga Setiawan kuperintahkan untuk berhenti menyiksa, dengan seksama berbalik badanlah, berjalan ketepian, lalu lompat dari atas gedung ini, dan pastikan kepala duluan yang mendarat ke bawah!" Itulah yang ia tuliskan di buku putih miliknya. Geri Handayana, Rival Ridwan dan Angga Setiawan adalah nama dari ketiga penyiksa. Secara masal mereka baru saja membully dan mengencingi korbanya. Saat ini mereka benar-benar tertawa puas, ekspresi gembira terlukis di wajah mereka. Namun tiba-tiba mereka diam membisu, ekspresi berubah menjadi datar dan sorot mata terlihat kosong bagai terhipnotis oleh sesuatu. Dengan seksama mereka berbalik badan, mulai melangkah maju ke arah tepian gedung, dan dengan segera langsung melompat dari ketinggian, membiarkan kepala mereka duluan yang jatuh ke bawah. Hanya butuh hitungan detik. Suara benturan keras terdengar di telinga dan suara remuk tulang terdengar memilukan. Mereka bertiga benar-benar melompat dari atas gedung, mati di bawah sana. Membuat darah bersimbahan di tanah dan tempurung kepala hingga hancur, otak yang pecah keluar berceceran. Melihatnya dari balik pintu membuat gadis itu terkejut, gemetar dan memucat. Dirinya lemas hingga buku putih dan pulpen yang sedang ia pegang jatuh dari genggaman. "Eng-enggak mungkin! Jangan bilang kalo buku ini nyata, bener-bener bisa ngendaliin tubuh orang? Di buku ini, barusan gue nulisin perintah bunuh diri buat mereka bertiga. Ja-jadi, mereka bertiga bener-bener ngelakuin apa yang udah gue tulis di buku ini?" batinya bertanya-tanya penuh keterkejutan—pasalnya apa yang ia tulis di buku putih itu benar-benar menjadi kenyataan. Gadis itu langsung mengambil kedua barang yang barusan ia jatuhkan. "Enggak mungkin, enggak mungkin, enggak mungking." Dia berbalik badan, berlari menuruni anak tangga. Sore ini langit begitu jingga dan angin sejuk berhembusan dengan ramah. Seakan menyambut sebuah kematian yang begitu indah. Ya, kematian yang disebabkan oleh tulisan gadis cantik berambut pendek itu—gadis bernama Arma—seorang siswi SMK yang baru saja membuat ketiga siswa membunuh diri mereka sendiri. Wajah pucat gelisah, tubuh gemetar dan jantung berdetak kencang. Rasa bersalah bercampur rasa resah sedang bergemuruh di dalam jiwa. Dengan nafas terengah-engah Arma baru saja sampai di depan pintu kelasnya. Dengan terburu-buru membuka pintu, melangkah masuk ke dalam sana. Dan langsung terdengar sebuah kericuhan penuh kebisingan dari rekan-rekan kelas yang sedang berkerumunan di depan jendela. "Gila, ancur itu kepala? Itu anak bunuh diri apa gimana?" "Jatuh dari atap itu!" "Sinting! Masih remaja udah bunuh diri, gedenya mau jadi apa mereka?" Mereka ricuh membicarakan ketiga siswa yang baru saja meluncur dari atas gedung ini, baru saja memecahkan kepalanya sendiri. Arma yang baru saja masuk ke kelas langsung bergabung ke kerumunan, menerobos ke depan agar dirinya bisa melongok ke luar jendela. Dan, ya, dia melirik ke bawah. Melihat tiga mayat sudah diselimuti oleh darah. Itu ulah tulisannya, perbuatannya. Namun entah mengapa sebuah senyuman miring penuh kepuasaan kini terlukis di bibir Arma. Sepontan Arma langsung menutupi mulut dengan telapak tangan. "Tunggu! Sekarang, kenapa gue malah ngerasa seneng?" ucapnya di dalam hati. Arma tak mengerti dengan hatinya sendiri. Hati nurani yang sebenarnya merasa puas karena telah membinasakan ketiga pembully kejam seperti mereka. Ini semua karena buku itu, buku yang mampu mengendalikan tubuh manusia. Kenapa Arma memiliki buku seperti itu? Ya, ini ada sangkut pautnya dengan pagi tadi. Oke, untuk lebih jelasnya mari kita kembali ke pagi tadi! Mentari dan cahaya hangat menyinari setiap langkah seorang gadis cantik berambut pendek, kulit mulus putih terlihat berkilauan menampakan kesucian, alis tebal dan tatapan sinis menatap lurus ke depan. Itu adalah sosok dari Arma. Langkah demi langkah ia langkahkan di atas trotoar, perjalan ini adalah perjalan menuju tempat paling memuakan yaitu sekolah. "Kemarin malam warga Bogor dikejutkan dengan sebuah penemuan mayat anak perempuan. Jasatnya terkujur kaku di tepi sungai. Kondisi begitu mengenaskan. Kedua bola mata menghilang, jantung, paru-paru, ginjal dan organ vital lain sudah tiada lagi ditubuhnya. Apakah ini dikarenakan kecelakaan, pembunuhan, atau ulah dari sindikat pencurian organ dalam manusia? Entahlah, masih belum bisa dipastikan lantaran polisi masih dalam tahap penyelidikan." Mendengar berita itu membuat Arma langsung melepaskan kedua earphone yang tersumpal di kedua telinga. Ia menekan tombol off pada radio yang tadi ia dengar melalui smartphone. "Berita biadab! Gila, masih pagi udah ngebuat gue ngedenger yang enggak-enggak aja, bangke," gerutu Arma. Kesal, juga sakit hati. Mendengar berita seperti itu rasanya hati bagai terikat duri. Untuk kesekian kalinya Arma mengerti. Bahwa kejahatan tidak kenal usia, kapan, siapa, di mana dan bagaimana bentuknya. Gejolak rasa bernama kebencian terhadap dunia makin membara di dalam jiwa Arma. Bagi Arma dunia yang kita tempati ini adalah dunia busuk, tempat di mana manusia-manusia berhati iblis tersebar luas di segala penjuru. Tindakan-tindakan keji seperti: pengorupsian, pemerkosaan, pembunuhan dan kriminalitas lainnya selalu terjadi setiap hari. Rasanya ingin sekali merevisi dunia ini. Ingin sekali melenyapkan, mengahabisi dan membinasakan orang-orang jahat yang sering kali menodai dunia. Tapi apalah daya dia? Dia hanyalah gadis SMK, manusia biasa. Ya, Arma menyadari keterbatasannya itu. Namun di pagi ini, saat ia sedang merasa kesal dengan dunia keji ini. Entah itu peristiwa, tragedi atau takdir. Tiba-tiba langkah Arma terhenti, sebuah buku berwarna putih jatuh di depannya. Diambil buku itu. Bingung, Arma mendongak ke atas. "Ini buku jatuh dari mana?" batinya. Tak mau ambil pusing lagi, Arma melanjutkan perjalanan seraya membawa hasil pungutan—sebuah buku yang entah datang dari mana. Buku itu terlihat seperti buku catatan, sampul depan dan sampul belakangnya terlihat usang dengan warna putih yang sudah memudar, polos, bersih tanpa coretan. Arma membuka buku itu tapi hanyalah sebuah lembaran-lembaran kosong berwarna putih polos. "Buku diary?" gumamnya seraya menutup buku itu. Namun sesuatu yang aneh terjadi. Sampul depan yang tadinya putih polos kini secara ajaib muncul sebuah tulisan hitam bertuliskan Control Book. Arma kaget dengan tulisan yang tiba-tiba muncul. Sembari melangkah, Arma membalik buku itu dan sebuah rasa heran makin bergejolak di dalam hati. Sampul belakangnya juga tiba-tiba berubah, sebuah deretan tulisan hitam mulai muncul di sana. Arma menyipitkan mata dan membaca sejejer tulisan hitam yang baru saja muncul di sampul belakang. "Barang siapa yang namanya tertulis di Control Book maka tubuh orang itu akan dikendalikan oleh pemilik Control Book. Teruntuk pemilik Control Book: bayangkan wajah seseorang, tulis nama lengkapnya di buku ini, lalu tulislah sebuah perintah untuknya. Maka dalam tiga detik orang itu akan menjalankan perintah tersebut." Arma langsung tersenyum kecut. "Bego, lawakan jaman sekarang udah bener-bener enggak masuk akal," batinya. Dan ia langsung membuang buku itu. Tapi sesaat setelah membuangnya, Arma menghentikan langkah kaki dan memutuskan untuk mengambil buku itu lagi. Ia masukan ke dalam tas dan membawanya ke sekolah. Ya, cukup klise memang. Namun itulah kejadian yang telah lalu, kejadian tadi pagi, kejadian di mana dirinya bertemu dengan Control Book: buku yang mampu mengendalikan tubuh seseorang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Perceraian Membawa Berkah

read
16.8K
bc

TETANGGA SOK KAYA

read
51.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Anak Rahasia Suamiku

read
3.3K
bc

KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU

read
59.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook