bc

The Testament of King Alvan

book_age16+
61
FOLLOW
1K
READ
adventure
dark
fated
sadistic
brave
warrior
tragedy
comedy
kingdom building
ancient
like
intro-logo
Blurb

Pada awalnya, Kerajaan Manusia dan Kerajaan Siluman hidup damai berdampingan. Akan tetapi, pada suatu waktu, Raja Siluman mengerahkan pasukannya untuk menghancurkan kerajaan manusia. Raja Manusia pun dikalahkan oleh Raja Siluman, hingga akhirnya Kerajaan Manusia hancur.

Manusia yang tersisa dijadikan b***k. Laki-laki diperas tenaganya untuk mengerjakan pekerjaan berat setiap hari, sementara para gadis dijadikan 'pelayan'.

100 tahun kemudian, seorang pemuda dengan tekad membara pun lahir ke dunia untuk membalas perbuatan para siluman. Mampukan pemuda itu menghancurkan Kerajaan Siluman untuk menegakkan kembali keadilan untuk Ras Manusia?

chap-preview
Free preview
Prolog
Benua Kura-kura adalah sebuah benua yang sangat besar dan ditinggali oleh ras Raksasa juga ras Iblis. Kedua ras ini acap kali bertarung hingga jumlah korban yang mati akibat peperangan di antara keduanya tidak dapat dihitung lagi jumlahnya. Hingga suatu saat, karena sudah muak akan pertarungan yang tak berarti, raja ras Raksasa dan ras Iblis membuat perjanjian untuk berdamai. Kedua kerajaan membuat dinding tinggi untuk membatasi wilayah masing-masing, dan tidak boleh mengganggu wilayah milik ras lain. Ras Raksasa hidup damai di kerajaannya, begitu pula ras Iblis. Lama waktu berlalu, ras raksasa berevolusi menjadi ras manusia. Kekuatan fisik mereka jelas semakin berkurang, karena perdamaian membuat mereka tidak perlu lagi bertarung dan memperkuat diri. Namun, bukan berarti mereka semua terlahir lemah, sebab ada beberapa manusia yang terlahir dengan 'Mana' di dalam tubuh yang memungkinkan untuk menggunakan sihir serta mantra. Sama dengan ras Raksasa, ras Iblis juga mengalami evolusi. Ras ini berevolusi menjadi ras Siluman, memiliki kulit gelap dengan tanduk pendek di kepala. Akan tetapi, sebagian dari mereka terlahir unik, seperti memiliki sembilan ekor dengan telinga kelinci, dan lain sebagainya. Tentu saja mereka juga terlahir dengan 'Mana', bahkan jauh lebih banyak dari manusia. Suatu hari, saat mentari sebentar lagi terbenam, seorang siluman dengan tubuh kekar dan tubuh bersisik keras, menghancurkan dinding pembatas kerajaan manusia dan kerajaan siluman dengan palu gada besar. Asap menghembus keluar dari hidungnya yang mancung, dan tatapan matanya tajam ke depan, memimpin pasukan siluman menyerang kerajaan manusia. “Hari ini ras siluman akan berkuasa! Jangan biarkan ras manusia menganggap diri mereka setara dengan kita!” Siluman dengan tanduk panjang melengkung ke belakang itu mengangkat palu gada besarnya, menyatakan peperangan. “Serbu!” Dengan angkuh para siluman itu menyerang masuk ke dalam kerajaan manusia. Belum sempat mereka semua melanjutkan penjarahan, cahaya keemasan melesat dalam bentuk setengah lingkaran ke arah mereka dari langit. Siluman dengan palu gada lantas menghancurkan serangan tersebut menggunakan senjatanya. “Raja Siluman, apa maksudnya ini?” kata seorang pria dengan pakaian bercorak keemasan dan pedang di tangan, yang melayang di udara. Nadanya terdengar penuh wibawa serta kekesalan. “Oh, Raja Manusia, Alvan, jadi kau baru muncul?” ucap siluman dengan palu gada besar—Raja Siluman, dengan sombong. Seringai licik tampak jelas di wajahnya yang gelap. “Seperti yang kaulihat! Kami, para siluman, adalah makhluk mulia dan kuat, tidak cocok disetarakan dengan manusia lemah dan tidak berguna!” “Apa katamu?” Alvan mengangkat pedang ke atas, kemudian menebaskannya ke bawah. Cahaya berbentuk setengah lingkaran lantas melesat pada Raja Siluman. Tanpa rasa cemas sedikit pun, Raja Siluman kembali menyeringai, lalu melompat, menghancurkan serangan Alvan dengan palu gadanya. Debu bertaburan ke sekitar, menutup penglihatan. Dari gumpalan debu, Raja Siluman muncul, mengayunkan palunya pada Alvan. Alvan menangkis serangan dadakan tersebut dengan cakap. Adu kekuatan di antara keduanya pun tidak dapat terelakkan lagi. Setiap benturan senjata mereka menciptakan suara keras dan kilatan cahaya di langit. Tiba-tiba Alvan menghilang dari hadapan Raja Siluman. “Matilah!” Alvan lantas muncul dan menebaskan pedangnya ke punggung Raja Siluman. Akan tetapi .... Sia-sia saja serangan telak tadi, sebab pedang Alvan tidak sanggup menghancurkan sisik Raja Siluman yang begitu kuat. Alvan lantas mundur sejauh mungkin, untuk menghindari serangan balasan. Raja Siluman terdiam sejenak di udara. Dia kemudian berbalik, bersamaan dengan angin yang mulai berembus pelan. Tampak samar-samar dari kejauhan, Raja Siluman mengendalikan angin di sekitarnya. “Alvan, maafkan aku, tapi kau harus mati hari ini ....” Tatapan mata Raja Siluman kini dipenuhi oleh aura kegelapan, bersamaan dengan palu gadanya yang mengarah ke depan. Alvan, sang Raja Manusia, menghela napas sejenak, lalu menatap tajam ke depan sambil mengulurkan pedang panjangnya yang bercahaya keemasan. “Itukah tujuanmu?” Alvan memiringkan kepala, tampak merubah ekspresi serta tatapan matanya. “Wrath, Raja Siluman, perjanjian damai di antara kerajaan kita berakhir, dan aku akan memenggal kepalamu!” Sementara itu, di bawah sana, prajurit kerajaan manusia dan siluman bertarung sekuat tenaga. Jumlah korban yang tewas karena pertarungan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Manusia-manusia lemah yang tidak berdaya akan serangan para siluman bersembunyi ke tempat aman agar selamat. Namun, serangan siluman tak menurun sedikit pun. Tiba-tiba, di langit terdengar suara benturan keras yang menggema ke seluruh penjuru kerajaan. Alvan merendahkan tubuhnya, lalu menebaskan pedang secara horizontal. Wrath langsung mundur sejauh mungkin, tetapi Alvan mendadak muncul di depannya dan hendak membelahnya menjadi dua bagian. Bola angin besar lantas terbentuk di sekitar Wrath, menahan serangan dadakan Alvan. Tak cukup sampai di situ, Alvan menghilang dan muncul di atas Wrath sambil melesat ke bawah, hendak menancapkan pedang ke tubuh Raja Siluman itu. Malangnya, lagi-lagi Wrath mampu menahannya dengan palu gada besarnya. Alvan melompat jauh ke belakang. Tatapannya masih belum berubah, sama seperti tatapan Wrath. Keduanya lantas menghilang, lalu muncul lagi, saling berhadapan dengan pedang dan palu gada yang beradu. Kemudian terpisah kembali hanya dalam sekejap mata. “Mari kita lihat, apakah kekuatan anginku atau kekuatan cahayamu yang menang?” Wrath kembali memprovokasi. Tanpa perlu waktu lama, Alvan berhasil menancapkan pedangnya tepat ke jantung Wrath. “Kau lengah!” Namun, mulut Alvan seketika memuntahkan darah saat ujung palu gada Wrath yang runcing menembus jantungnya dari belakang. “Kaulah yang lengah, Alvan.” “Ke ... napa ...?” Pandangan Alvan perlahan kabur. “Maafkan aku, Alvan ....” Wrath terdiam sejenak. “Aku harus melakukan ini demi kedaiaman rakyatku. Para Tetua br3ngs3k itu terus saja memaksaku melakukan ini. Ma ... af ....” Tubuh Alvan seketika bercahaya, lalu semua cahaya tersebut terkumpul di pedangnya—yang menusuk bayangan Wrath—kemudian pedang itu memecah menjadi 10 bagian. “Pedang Excalibur, lindungilah manusia ...,” gumam Alvan, pelan, hingga akhirnya 10 bagian Pedang Excalibur memecah dan pergi ke penjuru Benua Soar. “Apa kau mempunyai kata-kata terakhir?” ucap Wrath, mempertahankan ekspresi tenangnya. Alvan tersenyum kecil, meski rambutnya perlahan memutih. “Wrath, kau selalu mementingkan rakyatmu lebih dari apa pun, sejak dulu, tidak pernah berubah. Begitu pula aku ... ampunilah para manusia itu, demi nyawaku, temanmu.” Setelah itu, mata Alvan tertutup, dan mayatnya jatuh terhempas ke tanah. Para siluman bersorak, sementara para manusia semakin ketakutan dan kehilangan harapan. Manusia-manusia itu pun berlarian tanpa arah, terpecah-belah karena raja mereka telah tiada. Hujan pun turun, menambah nuansa kesedihan di hati para manusia yang masih hidup. Sedangkan para siluman semakin brutal menyerang, tanpa belas kasihan sedikit pun. Wrath menengadah, membiarkan wajahnya tersiram oleh derasnya air hujan. Tangan kanannya menggenggam erat palu gada besarnya yang telah mengambil nyawa temannya sendiri, yakni Alvan. Setelah mengusap wajah yang tak berekspresi lagi, Wrath menghadap ke bawah, lalu berteriak, “Kita telah menang! Rampas harta mereka, dan jadikan mereka b***k!” “Maju!” Para siluman tanpa ragu merampas harta kekayaan kerajaan manusia, dan menjadikan penduduknya sebagai b***k. “Setidaknya, dengan menjadi b***k, mereka masih hidup. Hanya ini yang bisa kulakukan sekarang, Alvan ...,” Wrath bergumam pelan pada dirinya sendiri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.7K
bc

Time Travel Wedding

read
5.2K
bc

Romantic Ghost

read
162.2K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.2K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
2.8K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook