bc

Gianna’s

book_age18+
48
FOLLOW
1K
READ
friends to lovers
goodgirl
self-improved
dare to love and hate
drama
bxg
lies
secrets
multiple personality
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Kalau ada yang mengatakan hubungan tanpa status atau HTS itu menyenangkan, maka Gianna akan dengan senang hati memberikan piring cantik untuknya. Mau cemburu tidak berhak, mau marah dirinya siapa, mau bubaran juga 'kan mereka tidak ada hubungan apa-apa. Menjadi korban HTS selama beberapa tahun namun tidak juga diberi kepastian membuat otak Gianna sedikit tumpul masalah percintaan. Nahasnya juga, Gianna tetap menjadi orang yang akan berlari pertama jika melihatnya terjatuh.

Sampai akhirnya Gianna bertemu dia dan mengenal warna baru. Secara tak sadar dia juga berhasil membuat Gianna mengerti akan prinsip "take and give" yang seharusnya berjalan dengan baik dalam suatu hubungan. Akankah Gianna memilih melukis dengan warna yang baru? Atau ia akan memperbaiki lukisan cacat sebelumnya?

chap-preview
Free preview
Gianna dan Teman HTS-nya
Seharusnya Senin pagi ialah hari yang tidak terlalu berat bagi Gianna. Jika boleh dibilang mata kuliah pagi ini termasuk sedikit ringan untuk ukuran seorang mahasiswi semester 4 salah satu jurusan yang bernaung di bawah fakultas teknik seperti dirinya. Namun yang membuat semua itu terasa berat ialah tadi malam Gianna hanya tidur selama dua jam. Menjalani kehidupan sebagai anak teknik sebenarnya membuat Gianna terbiasa mengalami kejadian seperti hari ini jam tidur berkurang akibat mengerjakan tugas besar maupun tugas harian yang biasanya diberikan dosen, jadi bisa ia katakan bahwa sejujurnya ini adalah hal lumrah tapi cukup menyakitkan. Iya, menyakitkan mata dan kepala karena fokusnya sedikit terganggu akibat kondisi tubuh yang letih karena kekurangan tidur. "Gi, jangan tidur! Lo nggak liat apa matanya Bu Mika udah kek mau copot liatin lo setengah sadar di kelasnya?" Tasya, salah seorang sahabat karibnya menyenggol pelan sebelah lengan Gianna yang bertopang pada meja. Dengan mata yang sedikit mengantuk Gianna berusaha menjaga fokusnya setidaknya sampai kelas ini berakhir. Diliriknya arloji hitam yang melingkari tangan kirinya sambil berulang kali mengernyitkan mata agar bisa fokus membaca angka yang tertera di sana. Ah, lima belas menit terakhir, batinnya senang. Seketika mata Gianna seolah diberikan tongkat penahan agar tetap terbuka lebar dan kantuk yang sejak awal memasuki kelas ini sudah bersarang di dirinya menghilang. Kemudian Tasya kembali melirik Gianna dua menit setelahnya, dan mendapati Gianna memperhatikan penjelasan Bu Mika membuatnya berdecak pelan. Pasti Gianna telah sadar bahwa sebentar lagi kelas ini berakhir lalu ia bertransformasi menjadi mahasiswi rajin mendadak agar tidak mendapat teguran atau hal lainnya dari dosen mereka itu. Waktu berlalu dan saat yang ditunggu Gianna tiba. Yakni berakhirnya kelas mereka di pagi hari ini. Melihat sang dosen telah meninggalkan ruang kelas mereka, Gianna segera merapikan beberapa alat tulis yang berada di atas mejanya. "Sya, lo langsung balik apa gimana?" Gianna menoleh menatap Tasya yang kini sibuk berkutat dengan ponselnya sebab gadis itu terlebih dahulu selesai merapikan alat tulisnya. Tasya balas menatap Gianna sambil menghela napas lelah, "Gue mesti ke sekret HMJ dulu nih, ada surat yang ketinggalan dan harus dianter hari ini juga sama anak-anak biar cepet goal." Seketika mulut Gianna membentuk huruf o tanpa bisa ia cegah, seolah telah paham benar dan tidak lagi heran mengingat temannya itu menduduki salah satu bagian penting dari HMJ yakni sekretaris umum. Berbanding terbalik dengan dirinya yang tidak mengikuti organisasi manapun, sebab rasa malasnya lebih mendominasi. Paling kalau ia sedikit kekurangan kerjaan alias bosan bermalas-malasan Gianna mendaftarkan dirinya untuk menjadi kepanitiaan suatu agenda yang terjadi saat dirinya berada di semester dua. Setelah itu Gianna merasa dirinya cukup sibuk untuk tidak ikut apa-apa lagi. Ponsel milik Gianna yang berada di atas meja bergetar, menandakan sebuah pesan masuk. Keanu: Udh selesai kelas? Gue tunggu di kantin FEB "Gi? Gi? Gi!!" Sentakan itu membuat Gianna menengadahkan kepalanya dari ponsel. Kemudian mendapati Tasya menatapnya kesal, terbukti dengan wajah masam yang kini telah terpatri di sana. "Eh, iya, kenapa Sya?" tanya Gianna tak enak hati karena tanpa sadar telah mengabaikan gadis itu. Tasya meletakkan kedua tangannya di atas meja kemudian melipatnya rapi, "Temenin ke sekret HMJ dong, bisa?" "Yah ... sorry banget Sya, tapi gue udah ditungguin, nih." "Keanu, ya?" selidik Tasya tepat sasaran. Sementara itu Gianna terkekeh miris, "Emang sejak kapan ada yang lain?" "Dasar bucin!" seru Tasya dipenuhi dengan nada menuduh yang kentara. Tasya bisa berubah menjadi admin akun "lambe" yang sering membuat heboh dunia ** sewaktu-waktu dengan kekuatan hengpon jadul. Gianna tertawa tanpa beban, ia sudah sangat hapal dengan ledekan yang tidak tahu tempat itu. Toh, mau tak mau siapapun juga mengakui jika Gianna termasuk kategori bucin alias b***k cinta. Padahal aslinya Gianna 'kan bukan siapa-siapa, miris. "Yaudah deh, bareng aja ke sananya. Toh, sekret HMJ kan di gedung yang nggak jauh dari FEB." Tanpa banyak kata Gianna mengiyakan saja ajakan Tasya. Lebih-lebih ini termasuk hal yang menyenangkan, berjalan kaki ditemani seorang teman itu lebih baik dibanding sendiri. Setidaknya bersama dengan Tasya bisa menemaninya mengobrol sedikit selama perjalanan. Omong-omong, gedung fakultas teknik dengan fakultas ekonomi dan bisnis atau biasa disingkat menjadi FEB agar mudah penyebutannya sebenarnya tidak sejauh itu. Hanya Gianna saja yang sedikit berlebihan dan sepertinya sudah kewajibannya dalam bersikap berlebihan. Intinya ia lagi malas berjalan kaki sendirian menuju gedung fakultas tempat seseorang yang mengiriminya pesan tadi berada. *** "Udah lama?" tanya Gianna basa-basi ketika melihat sesosok laki-laki yang duduk menghadapnya itu. Laki-laki yang tengah mengenakan kemeja berwarna biru dongker itu menggeleng pelan. Pertanda bahwa ia tak menghabiskan waktu yang lama untuk menunggu kedatangan Gianna. Diam-diam Gianna mengembuskan napasnya lega, mengetahui bahwa laki-laki itu belum terlalu lama menunggunya membuat rasa bersalahnya yang sempat muncul mendadak lenyap tak berbekas. "Makan, nggak?" tanya laki-laki itu. Gianna menggeleng beberapa kali sebagai jawaban. Meski tadi malam ia hanya tidur selama beberapa jam, tetapi urusan perut tetaplah nomor satu jika sedang ingat dan tidak dikejar deadline tugas. Sebelum berangkat ke kampus tadi ia terlebih dahulu melipir ke mini market terdekat yang bisa ia jangkau untuk membeli pengganjal perut. Sebab jika ia nekat berangkat dengan perut kosong maka yang ada ialah Gianna sudah terkapar di uks sekarang akibat pingsan. Namanya Keanu, lengkapnya adalah Adrin Keanu Harris. Anak fakultas ekonomi dan bisnis semester 4. Hobinya adalah menghabiskan waktu di kantin fakultas jika sedang tidak ada kelas atau menunggu kelas berikutnya tentunya terkadang mengajak Gianna jika gadis itu sedang senggang. "Tadi berangkat naik apa? Bareng Dika?" Kembali Keanu melempar sebuah pertanyaan untuk memancing Gianna yang hari ini terlihat tak bersemangat itu agar bicara. Benar saja, wajah Gianna yang awalnya tampak tak bersemangat itu kini dipenuhi dengan aura permusuhan yang kentara, "Gue motoran. Radika sinting emang! Bisa-bisanya dia yang janji tadi malam mau nganterin gue ke kampus malah molor nggak tau diri. Dibangunin alasannya masih ngantuk." Keanu yang awalnya masih menikmati makanannya seketika menaikkan sebelah alisnya mendengar ocehan panjang milik Gianna. Jika ia tidak salah mengingat gadis itu tadi malam mengatakan akan tidur setelah lembur mengerjakan tugas-tugasnya, entah itu berarti ia benar-benar tidur atau tidak tapi yang jelas Keanu sedikit kagum ketika mendengar bahwa Gianna memilih mengendarai motor di saat ia sendiri kekurangan istirahat. Bagian pentingnya ialah gadis itu juga masih selamat dengan tidak kekurangan suatu anggota tubuh pun dan duduk di hadapannya sambil sibuk mengoceh betapa menyebalkannya memiliki adik seperti Radika. "Harusnya bilang gue aja kalau Dika nggak jadi nganterin." "Gue tau ya, kalau lo kelas pagi berangkat ke kampusnya jam berapa. Udah pasti lo di kampus lah di jam gue berangkat tadi." Keanu menarik ujung bibirnya sedikit, "Oh iya, gue lupa." "Tetap aja Radika si biang masalahnya. Itu anak kalau nanti minta bantuin gue awas aja. Nggak bakal gue tolongin!" "Dia capek kali," balas Keanu seadanya sembari menyeruput segelas es teh yang terlihat segar itu. "Capek main PS maksud lo?" Gianna bertanya dengan nada sinis tanpa berusaha ia tutupi. Keanu mengangguk sekali seolah tidak merasa bersalah, "Bisa jadi, main PS 'kan juga bisa capek, Gi." "Halah, Nu, lo nyebelin banget udah kek Radika aja. Diem dah mending." Tanpa berniat menyanggah ucapan Gianna itu Keanu hanya tertawa sebagai tanggapan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook