bc

The Reincarnation Into a Strongest Undead

book_age16+
110
FOLLOW
1K
READ
adventure
reincarnation/transmigration
loser
demon
male lead
multiverse
kingdom building
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Jika kalian diberikan pilihan untuk memilih pengetahuan dan kekuatan, maka diantara pilihan itu apa yang akan pertama kali ada dalam benak kalian? Keduanya penting dan pasti sulit menentukannya, bagiku yang terlahir dengan fisik lemah… memilih kekuatan adalah hal yang paling tepat, semua itu agar aku tidak dipermainkan di kehidupanku yang kedua ini. di alam yang disebut dengan akhsansha ini… aku yang telah mengemban nama sebagai Damon, tak menginjinkan satupun mahluk yang mempermainkanku!

chap-preview
Free preview
BEGINILAH KEHIDUPANKU...
BEGINILAH KEHIDUPANKU..   Di pagi menjelang siang, hanya panas terik serta ramainya kendaraan bermotor yang menemani ku dalam perjalanan ke tempat kerja. Dengan mengenakan pakaian kaos seadanya, celana jeans, sepatu yang cukup usang karena lama tidak ku cuci, dan kacamata yang selalu ku pakai untuk membantuku dalam melihat sekitar. Aku berjalan perlahan di kehidupanku yang berat ini karena memiliki tubuh yang kurus, tidak begitu bagus untuk bisa dipamerkan kedunia. Itulah aku. Nakamura Shinji, seorang pria berumur 20 tahun yang tinggal sendirian disebuah rumah kontrakan kecil dan usang dengan biaya perbulannya masih bisa dijangkau dengan pekerjaanku saat ini. Tidak lama aku berjalan kaki diatasnya terik matahari, akhirnya aku sampai ditempat aku bekerja, toko kecil dengan menjual beberapa makanan dan minuman ringan. Kuambil kunci toko di saku celana ku sebelah kiri untuk membuka pintu toko tersebut.   ((Kringg….))   Suara lonceng yang terletak diatas pintu toko yang aku buka lalu aku tutup kembali. Langsung ku berjalan kearah samping pintu mengambil sapu untuk membersihkan lantai – lantai dari debu, serta membuka tirai jendela dan membersihkan jendela tersebut menggunakan kain yang selalu aku taruh didekat jendela tersebut. Terlihat sudah bersih, kulangkahkan kaki ku ini dengan rasa lesu sehabis bersih – besih kearah tempat yang biasa aku bekerja sehari – hari dengan menerima uang pembelian dari seorang pembeli. Yaitu tempat kasir. Kuambil kursi disebelah untuk bisa beristirahat sejenak dari beratnya hidup, sambil membuka handphone ku yang masih jadul untuk mengisi waktu luang sembari menunggu seorang pembeli datang.   ((Kringg….))   Langsung ku menoleh kearah suara tersebut yang tidak lain adalah pintu masuk toko, dan ternyata adalah Pak Kazu seorang pria berumuran sekitar 50 an yang tidak lain adalah pemilik dari toko ini.   “Gimana Nak Shinji? Aman..??”   Ucap pak kazu dengan suaranya yg sudah begitu tua.    “Iya aman pak. Saya udah bersih-bersih juga seperti biasa pak..”   Jawabku dengan lemah lembut dan membuktikan kalau aku emang karyawan yang rajin dan dapat dipercaya.   “Baiklah. Aku balik dulu ya..” “Baik pak. Hati-hati dijalan ya pak..”   Dan begitulah kegiatan percakapanku setiap pagi dengan pak kazu sebagai pemilik toko.   ((Kringg….))   Tidak lama setelah pak kazu pergi meninggalkan toko. Terdengar lagi suara dari lonceng pintu yang menandakan adanya seseorang yang ingin berbelanja di toko kecil tempatku bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Dengan perasaan terkejut akibat suara lonceng yang diakibatkan oleh seorang pembeli, aku berusaha untuk mengangkat kepalaku yang aku tidurkan dan membenarkan posisi kacamata ku agar berada ditempat yang seharusnya.   “Selamat datang, selamat berbelanja”.   Dengan mata sedikit tertutup dan muka tersenyum disertakan rasa ngantuk yang belum hilang, aku mengucapkan sebuah kalimat yang selalu diucapkan tiap harinya jika terdengar suara lonceng berbunyi. Melihat kearah seorang pembeli yang baru datang, tidak ada perasaan lain selain perasaan kaget, takut, dan terkejut sehingga membuat kedua mataku terfokus ke orang tersebut.   “Ta… Ta… Takaaa….!!!!”   Itulah kalimat yang ada didalam pikiranku setelah tau siapa pembeli tersebut. Benar. Dia adalah Akamizu Taka, seorang laki – laki yang merupakan teman sekelas selama enam tahun sejak aku duduk dibangku sekolah menengah pertama hingga lulus sekolah menengah atas. Sudah hampir dua tahun tidak melihat sosok seorang Taka sejak lulus SMA dan aku bersyukur akan hal itu. Karena dialah yang mengakibatkan kehidupan sekolahku begitu kejam dan keras seakan akan tidak ada gunanya kehidupan sekolah yang aku jalani sebelumnya. Pembulian. Itulah akibat dari memiliki tubuh fisik kurus, lemah, serta harus menggunakan kacamata untuk dapat melihat sekitar dengan jelas. Dan pembulian yang selalu aku rasakan selama enam tahun aku bersekolah karena harus menerima nasib bersekolah ditempat yang sama dan dikelas yang sama dengan seseorang bernama Akamizu Taka. Ingin rasanya pindah ke sekolah yang tidak ada orang tersebut, tapi dikarenakan kondisi keluarga yang tidak mampu untuk membiayai, mau tidak mau harus menjalankan kehidupan sekolah ini dengan seorang pembuli. Masih dengan mata yang tertuju tajam kearah Taka dan disertakan dengan keringat yang keluar akibat teringat kehidupan sekolah dulu. Aku berusaha untuk menenangkan diriku ini yang tidak bisa setenang angin sepoi – sepoi dipagi hari.   “Tenang… Tenang… Itu adalah kejadian yang terjadi sangat sangat lama. Dan mungkin dia sudah tidak ingat dengan aku”.   Sambil menghadapkan kepala kebawah dan mengusapkan keringat dengan sapu tangan yang selalu aku bawa di saku sebelah kanan celana jeansku. Aku mengucapkan kalimat itu berharap untuk dapat menghilangkan kepanikan yang telah menguasai tubuh ini. Tidak lama setelah aku mengucapkan kalimat itu dipikiranku. Tiba lah Taka dihadapanku, dengan tubuhnya yang lebih kekar dari terakhir kali kita bertemu. Dia mengenakan kaos hitam dan celana jeans panjang yang terdapat lubang sobekan di celana jeans kanan kirinya serta dilengkapi kalung rantai dilehernya selayaknya preman – preman yang siap untuk menghajar siapapun yang ingin dia hajar. Dengan meletakkan 2 minuman kaleng dan beberapa bungkus makanan ringan yang dimaksudkan untuk dibayarkan ke kasir. Tanganku mengambilnya dengan sedikit gemetar karena tidak dapat melupakan kejadian pahit yang dialami akibat orang ini. Sambil mengarahkan barang yang dibawa oleh taka ke tempat pengecekan harga, aku memberanikan diri untuk melihat kearahnya, tetapi Taka sedang memeriksa isi dompet hitamnya sembari melihat layar harga yang ada didepannya tersebut sehingga dia masih belum melihat kearah wajahku dan masih belum tau bahwa yang didepannya ini adalah seseorang yang selalu dia bully selama 6 tahun dulu sewaktu masih dibangku sekolah. Setelah harganya keluar, Taka langsung memberikan uangnya dan itu sudah semua uang yang ada didalam dompetnya karena dia langsung membalikkan dompetnya tersebut dan tidak ada apapun yg jatuh kecuali kertas – kertas yang tidak jelas asalnya. Kuterima uang itu dari tangannya yang begitu kekar dan menakutkan karena dipenuhi dengan tattoo berwarna hitam bergambarkan naga selayaknya preman yang sering aku temui dipinggir jalan.   “Tuh kan bener...!! Brengsek..!!!”   Sebuah kalimat yang terpikirkan olehku setelah menghitung uang pemberian si Taka, karena persis seperti yang kupikirkan karena mengingat kelakuan dia saat sekolah dulu.   “Uangnya Kurang b******k…!!! Bisakah kau tidak memberikan masalah meskipun kita berdua udah sama sama lulus dari bangku sekolah. Dasar orang berandalan”   Lanjutku dalam pikiranku dengan kepala menghadap kearah uang yang berada di tanganku. Kuperhatikan dan kuhitung lagi uang tersebut untuk lebih memastikan jumlahnya dengan berharap bahwa uang tersebut pas atau lebih sehingga aku bisa langsung memberikan kembalian dan menyaksikan dia langsung pergi dari toko ini.   “Maaf pak, uangnya kurang…”   Dengan suara yang disertai sedikit gugup. Aku mengucapkan kalimat tersebut dengan kepala masih menghadap sedikit kebawah karena tidak berani bertatapan muka dengannya. Dan tentunya berpura – pura tidak kenal serta menganggap dia lebih tua dariku. Karena memang mukanya seperti seorang pria yang sudah berkepala 3.   “Apa kau bilang..??”   Taka langsung merespon kalimatku   “Ini uang yang bapak berikan kepada saya kurang untuk membayar belanjaan bapak”   Masih dengan rasa takut dan gemetar, aku membalas pertanyaan yang dikeluarkan oleh mulut si taka dengan posisi kepala masih sedikit menghadap ke meja yang ada didepanku ini.   “Kau mau menipuku? Kau tidak tau siapa aku ini? Udah aku pastikan uangnya pas tapi malah bilang uangnya kurang? Jangan kurang ajar kau ya. Kamu pastinya tidak ingin mati kan..??”   Dengan nada amarahnya, dia langsung membalas perkataanku. Dan tidak tanggung – tanggung. Dia juga langsung memukul bangku didepanku ini dan membuatku terkejut karenanya. Hanya diam dengan badan gemetar akibat rasa takut yang bisa menggambarkan keadaanku saat ini. Karena dia masih sama seperti dulu, sebuah kata yang selalu dia ucapkan jika dia ingin mengancam orang yang tidak menuruti keinginannya. ‘Kamu pastinya tidak ingin mati kan..??’ Ancaman itu kalau dilihat sekilas memang hanya sebuah omongan biasa. Tapi ancaman tersebutlah yang membuat kehidupan sekolahku dulu menjadi keras dan berantakan karena harus menuruti semua omongannya. Jika tidak menuruti omongannya. Maka benar, aku akan dipukulinya hingga hampir mati, padahal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari aku harus berusaha keras hamper mati karena keadaan keluargaku yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.   “Ti.. tidak pakk.. Hanya saja ini saya sudah menghitung berkali-kali tapi uang yang bapak berikan kepada saya memang kurang”   Masih dengan rasa gemetar karena takut. Aku membalas ucapan taka tersebut sambil terus memeriksa isi saku dikedua sisi celanaku ini, berharap ada uang yang bisa dipakai untuk menambah kekurangannya karena hanya ingin orang ini keluar dari toko secepatnya. Dan ternyata tidak ada. Hanya ada sapu tangan yang biasa aku bawa tiap harinya.   “Coba kau bilang sekali lagii…. Aku tidak dengar”   Ucapan Taka sambil mendekat kearahku dengan auranya yang mencekam dan membawa perasaan takutku menjadi lebih tinggi lagi   “Yooo…. Bukankah ini Shinji, teman sekolah ku dulu selama 6 tahun..!!!”   Lanjut taka sambil menarik rambutku ke atas sehingga wajah kami saling bertatapan.   “Teman…??? Siapa yang kau sebut teman b******k…!!! Kau hanya menganggapku anjing pesuruhmu yang bisa kau gunakan kalau kau ingin…!!! Dan hidupku berantakan karenamu b******k…!!!”   Itulah kata-kata yang ada dipikiranku setelah mendengar dan melihat kearah wajahnya yang menyeramkan dan memberikan ketakutan mendalam, sambil menahan rasa sakit dikepala akibat rambut yang ditarik begitu keras oleh si Taka.   “Beginikah kau menyapa temanmu yang sudah sangat lama tidak bertemu haa..!!! Shinji..!!! Sepertinya pelatihanku sudah sedikit berkarat karena sudah lama tidak bertemu.  Baiklah..!! Akan kubuat kau mengingat apa yang harus kau lakukan jika aku menyuruhmu..!!!”   Lanjut Taka dengan nada yang manis dan mengancam.   “Ti… tidak.. Takaa…. Maafkan akuu. Aku hanya melakukan pekerjaanku.. Itu sajaa..”   Jawabku sambil berharap tidak aka nada kejadian mengerikan yang akan terjadi ke diriku ini.   ((Bhukkkk…….))   Suara keras yang berasal dari pukulan tangan taka kearah wajahku setelah aku mengatakan kalimat itu. Akibatnya kacamataku terlempar entah kemana   “Apaa….??? Aku tidak dengar shinji… Kau main-main denganku yaa..??”   Ucap Taka sambil melanjutkan pukulan tangannya yang keras ke wajahku.   “Maaf.. Maafkan aku taka…. Aku gak bermaksud…”   Mencoba membalas perkataan taka dengan berharap pukulan yang masih berlanjut kearah wajahku dan membuat hidungku mengeluarkan darah ini cepat berhenti. Dan tetap saja, taka masih melanjutkan pukulannya kearah wajahku dengan wajahnya yang datar seakan-akan memukul orang itu adalah hal yang biasa dilakukannya tiap hari.    

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.6K
bc

Time Travel Wedding

read
5.1K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.0K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.6K
bc

Romantic Ghost

read
161.9K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
1.9K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
145.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook