bc

Mr. Neat Freak VS Mrs. Messy

book_age18+
10.9K
FOLLOW
102.1K
READ
family
love after marriage
pregnant
arranged marriage
arrogant
goodgirl
drama
comedy
bxg
like
intro-logo
Blurb

(sudah tamat)

Berawal dari patah hati, Erlan Afta Affandra dan Deya Dheandita sepakat untuk menyanggupi keinginan orangtua masing-masing yang menjodohkan mereka. Erlan ditinggal kekasihnya menikah sedang Deya patah hati karena sahabat yang dia cintai memilih menikahi perempuan lain. Apakah mereka saling mengenal? Tidak, hanya tahu nama dan pernah bertemu sekali, waktu itu Deya kelas dua SMP, dan Erlan sudah kuliah semester empat. Apakah Erlan cukup memukau di mata Deya? Tidak, dia hanya laki-laki yang menurutnya terlalu formal, dosen yang dijuluki dosen killer oleh mahasiswanya dan kaku. Deya menduga karena alasan inilah, pria berumur 27 tahun ini ditinggal kekasihnya. Apakah Deya menakjubkan di mata Erlan? Sama sekali tidak. Baginya Deya tetap saja anak kecil yang waktu itu masih SMP, manja, slebor, petakilan, cantik? Biasa....dan kesan itu tak berubah saat mereka dipertemukan kembali setelah delapan tahun tidak bertemu.

Erlan pikir Deya sudah berubah menjadi lebih baik setelah menjelma menjadi gadis 21 tahun yang cukup menarik dan Deya pun berpikir bahwa Erlan sudah berubah menjadi lebih ramah seiring bertambahnya usia, namun ternyata dua orang ini masihlah sama dan masing-masing sudah saling tak menyukai sejak malam pertama.

Erlan yang super freak akan kerapian dan kebersihan harus menghadapi Deya yang super berantakan. Bagaimana kehidupan pernikahan mereka?

chap-preview
Free preview
Wedding Night
Deya’s POV Kuamati sekeliling ruangan yang begitu mewah ini. Seumur-umur aku belum pernah menginap di kamar hotel bintang lima yang begitu nyaman dan dilengkapi banyak fasilitas seperti sekarang. Maklum aku bukan anak orang kaya dan aku juga tak memiliki banyak uang. Aku baru saja lulus kuliah. Pekerjaan utamaku saat ini adalah memasukkan lamaran dari satu perusahaan ke perusahaan lain dan menunggu panggilan. Untuk mengisi waktu dan demi menjaga kelangsungan hidup kantongku, aku berjualan online. Jualan online ini sudah aku geluti sejak awal kuliah dan hasilnya, ya sangat lumayan. Kadang aku bisa membayar spp kuliah sendiri dari tabunganku tanpa meminta uang dari orangtua. Cita-citaku, aku ingin memiliki toko offline suatu saat nanti. Aku berjualan keperluan perempuan, mulai dari baju, kerudung, tas, sepatu, kaos kaki, kosmetik, dompet, bahkan juga lingerie dan pakaian dalam wanita. Aku mematut diri di depan cermin. Kuamati wajahku detail. Sebenarnya tak jelek, tapi entah kenapa Abisakha, sahabat baikku yang biasa kupanggil Sakha memilih Utari. Yang membuatku shock, Utari dinikahi Sakha karena hamil duluan. Kami bertiga bersahabat baik. Bodohnya, aku mengungkapkan perasaanku di saat Sakha sudah menjalin hubungan dengan Utari. Aku tak tahu mereka berpacaran karena mereka serempak untuk menyembunyikan hubungan mereka di depanku. Karena inilah, hubungan kami sempat merenggang. Persahabatan kami seolah hanya tinggal kenangan. Dan kini aku mematung dengan wedding dress berwarna putih yang begitu elegan. Aku bukan seorang yang expert di bidang fashion, tapi aku tahu gaun ini dibuat dengan bahan yang berkualitas dan harganya pasti mahal. Ibu mertua yang menyiapkan untukku. Bisa dibilang pernikahanku dan Erlan begitu kilat persiapannya. Bayangkan saja aku dan dia hanya bertemu sekali setelah delapan tahun kita tak bertemu, setelah itu tahu-tahu persiapan pernikahan yang diatur keluarga Erlan telah selesai dan kami pun menikah. Pertemuan pertama kami terjadi saat aku masih duduk di kelas delapan SMP dan dia sudah kuliah semester empat. Tidak ada kesan berarti. Aku rasa waktu itu, umur kami berselisih cukup jauh. Dan sekarang setelah kami menikah, kadang aku berpikir kami seumuran karena wajah baby facenya. Kuakui wajahnya tampan dengan alis simetris dan mata setajam elang, bibirnya tipis tapi terkesan padat dengan lekukan di tengah bibir bawahnya, kalau kata Vira, bibir yang cipokable banget. Aku selalu tertawa saat Vira memandang lekat bibir-bibir para bintang kpop yang menurutnya cipokable banget. Jelas aku tak paham bagaimana sebuah bibir dinilai cipokable karena aku sendiri belum pernah berciuman, bahkan juga belum pernah berpacaran. Status jomblo sedari lahir ini seringkali menjadikanku bulan-bulanan teman-temanku, diledek jomblo karatan, jomblo ngenes, atau lebih kasar lagi “nggak laku”. Tapi aku nggak tersinggung karena kebanyakan teman-teman mainku itu koplak, somplak, nyablak dan sering bertingkah yang membuat orang pingin menggeplak. Jadi aku tinggal membalas meledek mereka juga. Karena itulah berita pernikahanku ini begitu menggemparkan. Mereka bilang dunia tak adil, orang yang nggak pernah pacaran eh nikahnya duluan. Kulirik Erlan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Wangi sabunnya begitu menenangkan dan maskulin. Entah sabun apa yang dia pakai, sabun dari hotel atau dia bawa sendiri. Aku yakin jika Vira berada di sini, mungkin dia akan kejang-kejang disuguhi pemdangan cowok bertelanjang d**a dan hanya mengenakan handuk melingkari pinggangnya, bonusnya perut sixpack, lengan berotot dan....rasanya speechless, body goal banget deh. Aku jadi membayangkan yang iya-iya, bagaimana jika malam ini dia meminta jatah? Kok rasanya belum siap menyerahkan sesuatu yang menjadi harga diri dan nyawa keduaku malam ini, untuk orang yang tidak kucintai? “Kenapa kamu bengong? Kamu nggak pingin mandi?” Aku tersentak mendengar pertanyaannya. Erlan ini sosok yang irit bicara, ya seperti itulah kesan yang kutangkap di pertemuan kedua kami sebelum menikah. Kami dijodohkan saat kami sama-sama tengah berkubang dalam penderitaan patah hati yang begitu menyesakkan. Sahabat baik yang kucintai menikah, begitu juga dengannya, dia ditinggal kekasihnya yang lebih memilih menikahi pria lain. Mungkin karakternya yang kaku, nggak asik dan kurang gaul inilah yang menyebabkan kekasihnya bosan padanya. Akhirnya kami sepakat untuk menikah. Kami pikir dengan menikah, kami akan lebih mudah move on dari kegagalan cinta kami masing-masing. “Iya ini aku mau mandi.” Aku melangkah menuju kamar mandi. Begitu masuk ke dalam kamar mandi, aku dibuat terkesima dengan penampakan kamar mandi yang luas dengan design interior yang begitu menakjubkan. Aku menganga sekian detik, biar saja aku dibilang norak. Bayangkan saja kamar mandi di rumahku itu ukurannya 2x3 meter, dan kamar mandi ini bahkan lebih luas dari kamarku. Kulepaskan wedding dress yang cukup menyiksa karena roknya selebar umbrella dan aku seperti terjebak dalam gaun berat yang aku harap hanya kukenakan sekali seumur hidup. Kulirik beberapa handuk di dekat bathub, ada pula yang tergantung di atas bathub dan dudukan toilet. Buseettt...banyak bener, aku mesti pakai handuk yang mana? Sesuai feeling saja, pakai handuk yang ukurannya paling besar. Rasanya nyaman sekali bisa berendam di bathub. Ini pertama kalinya aku mandi di bathub. Kamar mandi di rumahku menggunakan bak mandi biasa. Aku juga suka aroma sabun dan shampoo yang sudah disediakan di hotel ini. Aku yakin tarif menginap di sini pasti mahal. Kami akan menghabiskan honeymoon tiga hari di sini. Erlan tak bisa cuti lama-lama. Dia dosen yang padat jadwal mengajarnya. Sejenak, anganku melayang saat moment ijab qobul berlangsung dengan lancar. Saya terima nikah dan kawinnya Deya Dheandita binti Herman Ramdhan dengan mas kawin emas seberat 70 gram dan seperangkat alat sholat tunai. Saat kata “sah” membahana di seantero ruang, aku menyadari bahwa statusku saat itu telah resmi menjadi istri Erlan Afta Affandra. Seseorang yang begitu kaku, jutek dan terlalu formal. Aku tahu dia juga belum mencintaiku. Rasanya kikuk dan canggung saat berhadapan dengannya. Entahlah akan seperti apa pernikahan kami ke depan. Tapi aku berharap jalan yang kami tempuh adalah yang terbaik untuk kami. Aku keluar kamar mandi sudah lengkap dengan pakaian rumahan, kaos oblong dan celana kulot panjang. Aku letakkan wedding dress di atas kasur. Kutoleh Erlan yang tengah duduk selonjoran di ranjang melirikku dan mendelik. “Kenapa bajunya ditaruh di situ? Pakaian itu sudah dipakai seharian, jangan biarkan menyentuh ranjang karena akan membuat ranjang ini kotor.” Aku menyeringai, belum apa-apa dia sudah komplain dengan begitu ketusnya. Padahal ini cuma masalah sepele. “Apa aku harus menyucinya saat ini juga? Ada nggak detergent di sini?” Tukasku sedikit ketus. “Kan bisa pakai fasilitas laundry, nggak perlu dicuci sendiri.” Jawabnya datar. “Ya maaf, ini pertama kali aku menginap di hotel bintang lima. Aku nggak paham fasilitas di sini apa saja.” Kesan pertama sudah menyebalkan seperti ini, bagaimana ke depan? Dia begitu angkuh dan ketus. Aku mematung di depan ranjang. Kulirik sofa di sebelah. Apa aku tidur di sofa saja ya? Aku rasa dia tak menginginkanku. Dia begitu cuek. Sedari tadi tatapannya terfokus pada buku di tangannya. Entah buku apa. Aku duduk di sofa, lalu kerebahkan badanku. Rasanya nyaman sekali dan seolah rasa pegal seharian karena berdiri dalam waktu lama menyalami tamu undangan lenyap sudah. “Kenapa kamu tidur di sofa? Tidur aja di sini. Di sini lebih nyaman.” Aku terkesiap mendengar ucapannya. Aku mengganti posisiku ke posisi duduk. Kulihat dia tajam. “Kamu menginginkan sesuatu malam ini?” Erlan mengerjap, “menginginkan apa? Aku hanya meminta kamu tidur di sini. Jangan salah paham. Kita menikah tanpa cinta Dey. Aku tak akan menyentuhmu.” Sebenarnya hatiku agak mencelos, tapi aku juga lega karena malam ini dipastikan statusku tetap perawan. Aku juga belum siap memberikan mahkotaku padanya. Aku menuruti kemauannya. Sekarang aku duduk di ranjang. “Kenapa kamu nggak ganti baju tidur?” Tanyanya tanpa menolehku. “Aku biasa tidur pakai baju seperti ini. Kaos oblong dan celana kulot adalah kombinasi yang santai dan tepat untuk tidur.” “Ya memang santai, tapi kurang enak aja dilihat. Namanya tidur ya enaknya pakai baju tidur. Kayak apa yang aku pakai sekarang, piyama.” Ucapnya sambil menatapku dengan raut wajah yang terlihat datar. Aku tak menduga karakternya ini begitu menyebalkan dan suka mengatur. “Aku akan tetap pakai pakaian ini.” Jawabku tegas. Pandangannya menyisir dari ujung kepalaku sampai ke bawah. Seketika matanya mengerjap. “Apa itu? sehelai rambut rontok sampai ke bantal.” Wajahnya bengong dan melompong. Kulirik sehelai rambut yang memang ada di atas bantal yang sedang aku pangku. “Ini bukan hal aneh kan? Rambut rontok itu hal biasa.” Selaku. Cara dia menatap sehelai rambutku yang rontok terlalu berlebihan. “Rambut kamu bakal bikin kotor sarung bantal ini. Belajarlah untuk rapi.” Ucapnya dengan kejutekannya. Ya ampuunnn ini orang asalnya dari planet mana. Benar-benar menyebalkan. Aku bom baru tahu rasa dia. “Dan tolong panggil aku mas atau kakak. Aku ini kan enam tahun lebih tua dari kamu.” Sahutnya lagi masih dengan kejutekan yang nggak habis-habis. Aku menatapnya tajam, “jangan harap. Nggak sudi.” Dia mendelik dan menatapku lebih tajam. Dia dekatkan wajahnya dan membuatku gugup. Mau apa dia? Apa dia akan menciumku? “Pertama kali kita ketemu, kamu masih SMP waktu itu. Kamu ini masih kecil. Dan sudah seharusnya kamu belajar besikap sopan pada orang yang lebih tua.” “Tergantung orangnya dulu. Kalau orangnya sejudes dan semenyebalkan kamu untuk apa aku sopan? Kamu aja nggak tahu caranya bersikap sopan padaku. Dan tolong aku bukan anak kecil.” Cerocosku dan sepertinya dia tak suka mendengarnya. Tanpa kuantisipasi sebelumnya, dia dorong tubuhku hingga terbaring di ranjang dan dia menindihku. Dadaku berdebar tak karuan. Benar-benar deg-degan luar biasa. Bagaimana kalau dia berniat memberiku nafkah batin malam ini juga? “Bukan anak kecil ya? Yakin? Berarti bisa donk kalau malam ini aku melakukan sesuatu padamu?” Matanya menyipit dan seringainya seperti singa buas yang kelaparan. Ya Allah aku harus bagaimana? Sungguh aku belum siap. Ini pertama kali aku ditatap sedemikian lekat oleh laki-laki. Kurasakan desiran dan getaran aneh seakan menyengatku di semua titik. Dia semakin memperpendek jaraknya. Wajahnya semakin dekat dan aku makin salah tingkah. Hembusan napasnya bisa kurasakan menyapu wajahku. Kupejamkan mataku erat-erat. “Kamu pikir aku akan menciummu? Jangan harap. Aku nggak nafsu ama anak kecil dan orang yang nggak rapi seperti kamu. Kamu terlalu berantakan.” Telingaku meremang. Kubuka mataku. Dia menjauhkan wajahnya dariku dan berbaring di sebelahku dengan terpisah jarak yang cukup lebar. Aku mencelos. Aku pikir dia cukup bijak dan dewasa di usianya yang sudah 27 tahun itu. Tapi kelakuannya seperti anak kecil yang super annoying, sok kecakepan, dan terang-terangan meremehkanku, menganggapku anak kecil dan berantakan. Fix, aku rasa aku menikahi orang yang salah dan sangat menyebalkan. Kulirik dia yang tengah mengedarkan pandanganya ke sekeliling ruangan. Tiba-tiba dia menggeleng, “astaga apa-apaan ini. Kamu naruh sepatu sembarangan. Masa iya kamu letakkan gitu aja di sana.” Aku tercenung dan seketika pandanganku menyisir pada sepasang high heels yang tergeletak di atas karpet. “Taruh di tempatnya, jangan di situ. Di sini disediakan rak sepatu.” Ucapnya begitu songong. Aku jadi gregetan dibuatnya. Apa dia tak bisa diam sejenak dan membiarkan aku beristirahat? “Memangnya kenapa kalau ditaruh di situ? Besok aku taruh di rak. Sekarang aku capek banget dan ingin tidur.” “Aku tuh paling nggak suka lihat sesuatu berantakan dan tidak pada tempatnya, nggak rapi dan merusak pemandangan.” Balasnya sewot. Kuacak rambutku. Benar-benar mengesalkan. Dengan terpaksa aku turun dari ranjang dan kuambil sepasang high heels itu lalu kuletakkan di rak sepatu. Setelah itu aku kembali naik ke ranjang dengan tampang muka cemberut dan aku sempat meliriknya sesaat. Dia juga menatapku dengan muka juteknya. Mau setampan apa kalau sifatnya menyebalkan begini, maka level kegantengannya bakal turun mendekati minus. Fix, I married a neat freak husband..!! Sangat berkebalikan dengan sifatku yang cenderung berantakan, kurang rapi. Aku rasa aku harus bersiap menghadapi hari-hariku yang bakal lebih berwarna dan menjengkelkan dengan kehadiran orang di sebelahku, yang lebih bisa dibilang teman berantem dibanding teman berbagi, apalagi bersandar..!! ******

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
835.7K
bc

Will You Marry Me 21+ (Indonesia)

read
611.6K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
285.7K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.0K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook