bc

Revenge With Love

book_age18+
25.0K
FOLLOW
205.2K
READ
revenge
dark
arrogant
mafia
drama
brilliant
like
intro-logo
Blurb

Silakan tekan tombol love terlebih dahulu sebelum membaca agar tersimpan di pustaka.

Jgn lupa follow akunku^^

Cinta itu bagaikan deretan kata yang penuh mantra sihir. Cinta mampu membuat semua benci melebur. Cinta pun mampu membuat hati yang penuh dendam perlahan terkikis olehnya.

Pembalasan dendam membuat Reagan Williams Hernandez menjadi pria dingin tanpa perasaan. Demi membalaskan dendam kematian kedua orangtuanya, Reagan menghalalkan segala cara untuk menyakiti bahkan memusnahkan musuh-musuhnya tanpa ampun. Semua itu berubah ketika Reagan bertemu dengan Selina Anderson. Reagan merengut kebebasan gadis itu dan menjadikannya tawanan atas perbuatan ayah Selina kepada kedua orangtuanya dulu. Awalnya Reagan ingin membuat Selina menderita dengan memaksanya menikah dengannya. Gadis itu dijadikan tumbal atas perbuatan yang dilakukan oleh ayahnya dulu.

Menikahi seseorang yang tidak ia cintai dan tidak mencintainya. Pria itu hanya menjadikannya istri tanpa pernah memberikannya kebebasannya untuk melakukan hal yang ingin ia lakukan. Tetapi bukan Selina Anderson namanya jika ia tidak mampu meluluhkan hati pria itu. Ia berusaha mencari cara untuk keluar dari sangkar emas yang penuh dengan duri.

Mampukah Selina melepaskan diri dari jeratan pernikahan yang dibuat oleh Reagan? Bagaimana Reagan melakukan pembalasan dendam kepada Selina melalui pernikahan paksa itu? Atau Reagan malah jatuh ke dalam perangkap yang telah dibuatnya sendiri dan bertekuk lutut di hadapan Selina karena cinta?

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Pria Bermata Serigala
Terdengar derap langkah menaiki tangga dengan tergesa-gesa sehingga menimbulkan bunyi hentakan kaki yang begitu keras dalam setiap langkahnya. Seorang wanita berusia tiga puluhan dengan tergopoh-gopoh menarik tangan seorang anak laki-laki dalam genggamannya untuk naik ke lantai dua rumahnya. "Ada apa, Mom?" ucap anak laki-laki itu kepada wanita yang tidak lain adalah ibunya. "Cepat sembunyi!" perintah ibu anak laki-laki itu. Wanita itu mendorongnya masuk ke dalam lemari kecil di bawah telivisi besar di dalam kamarnya. Tubuh anak itu cukup kecil dan pas untuk masuk ke dalam lemari itu karena memang anak laki-laki itu memiliki badan yang cukup lentur sehingga ia bisa melipat tubuhnya membentuk gumpalan bola. Wanita itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah benda kecil di dalamnya, kemudian menyerahkan ke tangan putranya. "Simpan ini baik-baik. Jangan berikan kepada siapapun! Paham?" Anak kecil itu mengangguk pelan. Tampak wajah kebingungan pada wajah anak kecil itu. Ia menatap ibunya dengan tatapan penuh arti. Ibu dari anak itu hanya tersenyum sekilas melihat putranya itu. Itu adalah senyuman terakhir kepada putranya. Ia pun segera menutup lemari itu dan sempat berpesan kepadanya, "Reagan, ingat jangan bersuara apapun yang terjadi!" Anak laki-laki yang dipanggil Reagan itu hanya bisa menelan salivanya pelan tanpa tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya. Ia tidak dapat melihat apapun dalam lemari yang gelap itu. Detik selanjutnya ia hanya bisa mendengarkan teriakan suara ibunya yang bertengkar dengan beberapa pria dewasa. Pertengkaran itu semakin sengit karena nada suara pria itu yang semakin meninggi. "Serahkan chip itu!" teriak salah satu pria berbadan buntal. "Sudah kukatakan aku tidak memilikinya!" balas ibu Reagan. "Kau jangan berbohong, Nyonya Williams. Suamimu sudah mengatakan semuanya, chip itu ada padamu," ucap rekan pria yang lain, berpostur tubuh kurus tinggi. Senyum seringai jahat terlihat jelas di wajahnya. Ia berbohong dan berusaha memancing wanita itu untuk mengungkapkan kebenarannya. "Kalau kamu tidak mau menurut, maka aku akan mengirimmu untuk menyusul suami tersayangmu," ucap pria bertubuh jangkung itu mengacungkan benda pipih yang terbuat dari baja di tangannya pada kepala ibu Reagan. "Se-sebenarnya siapa yang memerintahkan kalian?" Wanita itu memberanikan dirinya untuk bertanya kepada kedua pria itu. Pria bertubuh jangkung itu menyunggingkan senyuman jahatnya dan berucap, "Tanyakan itu kepada malaikat pencabut nyawamu, Nyonya Williams." Reagan kecil menutup mulutnya rapat dengan kedua tangannya yang telah dibasahi oleh air mata yang sudah membasahi wajahnya. °°° "Tidak!" teriak seorang pria muda nan tampan. Pria itu terbangun dalam tidurnya. Ia baru saja memimpikan kembali kenangan buruknya ketika dirinya berusia dua belas tahun. Selama lima belas tahun ini, bunga tidur itu terus setia menemani hampir setiap malamnya. "Kenapa, Honey?" tanya seorang wanita cantik yang tidur di sampingnya. Wanita muda itu ikut terbangun dan menggosok matanya perlahan. Kedua manik matanya menatap pria yang sedang mengembuskan napasnya dengan tersengal-sengal karena habis bermimpi buruk. Terlihat bulir keringat yang membasahi kening pria itu. Wanita muda itu mengelus d**a pria tersebut, berusaha mencoba menarik perhatiannya. Memang pria itu tidur tanpa memakai sehelai benang pun, begitu juga dengan wanita itu. Tampak otot-otot seksi pria itu yang membungkus d**a, perut serta lengannya yang kokoh. Bentuk tubuh atletis pria itu sangat menggoda mata wanita itu. Wajah pria itu terlihat datar, bahkan sangat dingin. Ia menarik pergelangan tangan wanita itu dan mendorong tubuhnya. Tanpa ampun, ia mencium wanita itu dengan kasar dan melanjutkan aksi panas mereka semalam sekali lagi. Sudah seperti makanannya sehari-hari, pria itu melakukan hal itu untuk mengalihkan perhatiannya atas mimpi yang terus menghantuinya setiap malam. Padahal ia sama sekali tidak berminat dengan wanita yang sedang dicumbunya. Desahan dan erangan wanita itu sama sekali tidak dihiraukannya. Ia hanya melakukan pemanasan, membuat wanita itu mengerang memintanya untuk melakukan lebih jauh lagi. "Reagan, I want you," desah wanita itu. Pria yang dipanggil Reagan itu merasa jengah dan melepaskan ciumannya pada tubuh wanita itu, kemudian beranjak dari tempat tidurnya. "Kenapa kau tidak meneruskannya?" tanya wanita itu dengan manja. Wajah wanita muda itu sudah memerah menahan gelora yang melonjak, tetapi tidak terpenuhi oleh pria tampan nan seksi itu. "Pergilah!" perintah Reagan dengan wajah dinginnya. Ia berucap tanpa memandang wanita itu. Bathrobe yang berada di lantai kamarnya pun disambarnya, lalu ia melenggang masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan wanita itu yang berdecak kesal karena hasratnya tidak terpenuhi. Guyuran air dingin membasahi kepala Reagan membuatnya sedikit nyaman. Bayangan kejadian lima belas tahun yang lalu kembali menghantuinya. Ia mengepalkan tangannya dan meninju dinding kamar mandi berulang kali hingga buku-buku tangannya menjadi memutih bahkan mengeluarkan cairan berwarna merah pekat. Manik mata berwarna kuning keemasan seperti serigala itu menatap tajam lurus ke depan. Pikirannya sedang bergerilya merencanakan sesuatu dan bibirnya pun mengukirkan senyuman seringai licik. Ia pun segera membasuh tubuhnya. Sepuluh menit kemudian, Reagan keluar dari kamar mandi. Masih dengan tangan yang mengusap kepalanya dengan handuk kecil, ia memandangi wanita yang telah diusirnya tadi masih berada di atas ranjangnya. Wanita itu tidak mengindahkan ucapannya tadi. Pria itu menatapnya dengan dingin dan memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Ia melihat kemejanya yang terdapat bercak noda lipstik di kerahnya. Tanpa berpikir lagi, kemeja itu dibuangnya ke tempat sampah. Tangannya pun meraih ponselnya di atas nakas dan menghubungi asistennya. "Bawakan aku pakaian ganti sekarang!" perintahnya. Melihat Reagan bersikap biasa saja, wanita itu pun beranjak dari tempat tidurnya tanpa sehelai benang pun. Ia beringsut mendekati pria dingin itu dan memeluknya dari belakang, mencoba menggodanya kembali dengan melayangkan sentuhan jemarinya ke wajah, d**a dan bagian sensitif pria itu. Kedua alis Reagan bertaut. Bukan karena ia tergoda dengan sentuhan wanita itu, melainkan ia merasa jijik dengan sentuhannya. Rahang kokoh nan tegas itu pun mengeras. Tatapan dinginnya melayang dan menusuk kedua manik mata wanita itu dengan tajam, membuat nyali wanita itu sedikit menciut. "Dasar wanita mur4han …," desis pria itu tajam dan dingin. "Reagan!" teriak wanita itu tidak terima dihina begitu saja. Walau bagaimana pun dirinya adalah wanita yang memiliki derajat yang cukup tinggi di mata masyarakat. "Apa kamu mau pergi sendiri dari sini atau aku yang melemparmu dari jendela hotel ini, hm?" ancam Reagan dengan sorot mata tajamnya. Ancaman yang terdengar santai, tetapi tersirat bahwa ia akan melakukannya tanpa ragu. Wanita itu menelan salivanya pelan. Raut wajah marahnya perlahan memudar. Kedua bola matanya menunjukkan ketakutan yang cukup mendalam. Ia pun berusaha menampilkan senyuman manjanya dengan gugup. "Ba-baiklah. Aku akan pergi." Wanita itu mengambil pakaiannya di lantai dan segera memakainya. Ia pun segera meninggalkan kamar tempat mereka bercinta semalam. Ups, mungkin bukan bercinta, tetapi hanya sekedar pemanasan karena Reagan sama sekali tidak berniat dan berminat menanamkan benihnya di tubuh wanita itu. "Jangan lupa hubungi aku jika kau membutuhkanku lagi," pesan wanita itu sebelum keluar. Wanita itu masih tidak jera dipermainkan oleh Reagan. Reagan tidak menanggapi pesan wanita itu. Ia hanya diam memandangi pemandangan dari jendela kamar hotelnya. Padahal seharusnya wanita itu tahu dan mendengar kabar bahwa Reagan tidak pernah bermain dengan wanita yang sama setiap malamnya. Namun, para wanita itu tidak peduli karena mereka merasa sangat bangga bisa bermalam dengan Reagan. Bukan Reagan yang mencari wanita, tetapi para wanita itulah yang melemparkan dirinya sendiri ke dalam pelukannya. Para wanita pencari popularitas, kekuasaan, dan kekayaan selalu mendekatinya hanya untuk memanfaatkannya. Reagan William Hernandez nama lengkap pria itu. Pria tampan nan seksi itu merupakan CEO hotel tempat mereka melampiaskan gelora liar semalam, Hotel Grand Luxury. Selain itu, Reagan juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang jasa keamanan. Perusahaan itu sebenarnya hanyalah sebagai kedok untuk organisasi ilegalnya yang bernama Dark Wolf. Organisasi itu hanya bergerak sebagai pengumpul informasi atau yang biasa disebut sebagai mata-mata. Melalui orang-orang yang dididik dan dilatih khusus inilah, Reagan mengumpulkan informasi atas tragedi yang terjadi lima belas tahun yang lalu. Mereka adalah orang-orang kepercayaan Reagan dan kaki tangan yang akan membantunya membalaskan dendamnya itu. Dari balik jendela kamar hotel Reagan, tampak pemandangan kota London yang begitu indah dengan jalanan yang masih lenggang di pagi itu. Dari tempatnya berdiri saat ini, Reagan dapat melihat salah satu ikon kota London yang berdiri kokoh menjulang tinggi nan jauh di sana, The Tower of Big Ben. Big Ben atau yang terkadang disebut Elizabeth Tower itu merupakan menara jam berwajah empat karena memiliki empat sisi. Menara itu menunjukkan bahwa saat ini masih pukul enam pagi lewat sepuluh menit. Sejak kejadian lima belas tahun yang lalu, Reagan tumbuh menjadi pria yang dingin dan tidak berperasaan. Ia bertekad untuk menjadi kuat dan memiliki kekuasaan yang dapat membantunya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya. Secara perlahan Reagan menyelidiki kasus kematian kedua orangtuanya. Ia pun berhasil mendapatkan data semua tersangka atas kematian kedua orangtuanya. Tanpa pandang bulu, Reagan akan menghancurkan mereka satu per satu. Ia ingin mereka merasakan penderitaan yang telah dilaluinya selama lima belas tahun ini. Melihat kehancuran mereka dengan kedua matanya merupakan kesenangan dan cara balas dendam yang menarik baginya. Bunyi ketukan pintu membuyarkan lamunannya. "Masuk!" ucapnya. Seorang pria berpakaian setelan rapi masuk dengan salah satu tangannya memegang pakaian milik Reagan. Pria berkacamata dan berwajah datar itu adalah asisten sekaligus tangan kanannya, Hans Miller. "Bos, ini pakaian Anda," ucap Hans dan meletakkan pakaian itu di atas tempat tidur yang masih dalam kondisi berantakan. Hans sama sekali tidak terkejut dengan hal itu. Ia sudah terbiasa melihatnya, apalagi tadi ia berpaspasan dengan wanita malam Bosnya yang sudah berwajah masam karena diabaikan. Ia hanya bisa tersenyum kecil melihat wanita itu. 'Kasihan,' pikirnya. Namun, itu bukan urusan Hans karena dia tahu itu adalah kebodohan wanita itu sendiri. Reagan mengambil pakaian gantinya dan segera memakainya. Tentu dia mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi karena Hans masih menunggu di ruangan itu untuk melaporkan pekerjaannya. Setelah Reagan berpakaian rapi, ia pun keluar dari kamar mandi dan duduk di sofa di sudut ruangan. Menengadahkan tangannya meminta dokumen yang dimintanya semalam kepada asistennya itu. Hans menyerahkan dokumen itu ke tangan atasannya dengan sigap. Reagan membuka map berwarna hijau muda itu dan membacanya. Mata serigala berwarna kuning keemasan seperti permata amber milik pria itu menatap lembaran demi lembaran dokumen di tangannya. Sesekali senyuman sinis terukir di wajah dinginnya. "Lanjutkan rencana kita sebelumnya," ucap Reagan santai. Hans mengangguk menyanggupi perintahnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
570.3K
bc

A Secret Proposal

read
376.4K
bc

Love You My Secretary

read
242.8K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K
bc

Hello Wife

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook