bc

My Second Life Become Mother

book_age18+
353
FOLLOW
2.2K
READ
possessive
second chance
comedy
sweet
bxg
city
coming of age
soul-swap
stubborn
substitute
like
intro-logo
Blurb

Gandis Ruli Indiarta, wanita 32 tahun yang baru saja merayakan kenaikan jabatan namun harus mengucapkan selamat tinggal pada kehidupannya akibat mati tertabrak mobil.

Surga mungkin akan menjadi yang cocok untuknya namun siapa sangka, wanita sebatang kara itu mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup kembali dan memperbaiki sifat buruknya menjadi lebih baik.

Namun saat berpikir akan mengejutkan teman kantornya karena kembali hidup, Gendis malah terbangin ditubuh seseorang bernama Gendis Khalila. Ia tiba-tiba menjadi seorang isteri dan ibu tiga orang anak. Dan yang paling menyebalkan adalah suaminya yang pemarah.

Belum sampai disitu, sosok kekasih masa lalu Gendis Khalila tiba-tiba muncul untuk menganggu keluarganya dan fakta bahwa pemilik asli tubuh ini meninggal bukan karena kecelakaan melainkan di bunuh!

Bagaimana Gendis menjalani hidup barunya? Apakah ia bisa mencintai keluarganya dan menangkap pelaku itu?

Cover by Me.

Pict form Pexel.

Font from Canva.

chap-preview
Free preview
Part 1 - Mati
"Lho Mbak Gendis belum pulang?" Seorang OB yang mendapat giliran untuk membersihkan salah satu lantai di sebuah perusahaan itu terkejut ketika menemukan seorang wanita yang masih sibuk atas meja kerjanya. Merasa terganggu, Gendis mendongakan kepalanya sambil menatap tajam ke arah OB yang sekarang tersenyum canggung ke arahnya. "Kalo saya masih disini, itu artinya saya belum pulang. Kamu enggak punya mata apa?” tanya wanita itu pedas. "Ma—maaf, Mbak. Kalo begitu saya permisi untuk bersihin ruangan yang lain. "Seterah. Pokoknya kamu enggak boleh bersihin ruangan ini sebelum saya pulang,” balas Gendis tersenyum miring. Petugas kebersihan itu meneguk ludahnya pelan, itu artinya ia akan pulang larut malam karena ia harus menunggu Gendis pulang agae bisa membersihkan seluruh ruangan di lantai ini tanpa terkecuali satu pun. Pria itu tidak bisa membantah sosok Gendis Ruli Indiarta, wanita 32 tahun yang mencatat sejarah karena menjadi Manejer termuda di perusahaan tempatnya bekerjanya. Siapapun yang bekerja di perusahaan ini, entah itu karyawan biasa hingga pemimpim perusahaan mengenal sosok Gendis. Jika ada sebutan yang lebih tinggi dari workholic, maka itu adalah sebutan yang paling cocok disematkan untuk perempuan yang masih betah melajang diumurnya yang yang sudah kepala 3. "Udah, kamu pergi sana!" usir Gendis, wanita itu kembali sibuk dengan lembaran pekerjaan yang membuatnya bisa betah duduk disini dari pagi hingga malam. Petugas kebersihan itu mengangguk, toh ia tidak akan bisa membantah perintah dari wanita yang jabatannya lebih tinggi darinya itu. Pegawai rendahan sepertinya akan dengan mudah kehilangan pekerjaaan jika melawan pegawai yang lebih tinggi. Gandis mendengus keras, ia hendak kembali fokus dengan kerjaannya namun tidak bisa karena mendapat gangguan tadi yang menghancurkan konsentrasinya. Perempuan itu menggerang, kenapa orang-orang di dunia ini sangat suka sekali menganggunya? Wanita itu akhirnya bangkit dari bangkunya, menatap ke arah jam yang menujukan pukul 11 malam. Sepatu hak tingginya melangkah menuju salah satu dinding ruangannya yang berlapis kaca tembus pandang yang tebal. Dari sini ia bisa melihat kotanya yang masih nampak terang-menerang padahal waktu hampir menujukan tengah malam. Sebagain teman-teman kantornya pasti sudah berada di rumah masing-masing, bertemu dengan keluarga, pasangan mereka atau menghabiskan waktu malam ini dengan berpacaran. Sungguh hal yang tidak akan pernah bisa Gendis lakukan. Entah berapa lama waktu yang digunakan wanita itu untuk menatap pamandangan malam diluar sana, hingga sebuah suara kembali membuatnya menoleh. "Mbak Gendis!” Wanita itu mendengus ketika melihat OB tadi berdiri di ujung pintu ruangannya. "Apa?" tanya Gandis malas. "Saya izin untuk berisin ruangan Mbak Andis—" "Saya bilang tunggu saya pulang!" maki Gendis. "—anak saya hari ini ulang tahun, Mbak. Saya udah beliin kue untuk ulang tahunnya. Saya pengen pulang." Petugas kebersihan itu menatap mohon ke arah Gendis, tak peduli kalo ia baru saja diteriaki seperti tidak ada harga dirinya. Tapi, apa Gendis peduli? "Saya enggak peduli kalo anak, isteri, kakek atau nenek kamu itu ulang tahun atau enggak, itu bukan urusan saya." "Saya janji bakal bersihin pelan-pelan, saya mohon, Mbak. Saya udah janji sama anak saya untuk pulang dan bawa kue ulang tahun untuknya." Petugas kebersihan itu sampai menangkup kedua telapak tangannya, benar-benar memohon. Ada putri kecilnya yang mungkin sedang terkantuk menunggu sang Ayah untuk pulang membawakan kue saat tepat pergantian hari. Selali tidak, tetap tidak untuk seorang Gendis. "Ckck, saya tidak peduli." Gendis kembali duduk di bangkunya, tak memperdulikan pria yang menjadi tugas kebersihan itu menatap benci ke arah Gendis. Tangannya bahkan mencengkram erat, seolan ia ingin meremukan leher wanita yang tak berperasaan itu. "Enggak usah berpikir ingin membunuh saya, itu hanya membuat kamu enggak akan bisa bertemu putri kamu seumur hidup kamu," ucap Gendis tanpa menoleh dan sibuk dengan laptopnya. Petugas kebersihan itu menghela nafasnya panjang, mengangguk walau wajahnya nampak begitu kecewa. Ia kembali menuju ruangan OB, terduduk lemas di bangku sambil menatap sebuah kotak berisi kue ulang tahun yang tidak akan ditiup oleh putrinya. Gendis tidak peduli jika dirinya sudah berperilaku jahat atau tidak. Selama hidup, ia tidak pernah memperdulikan omongon yang keluar dari mulut orang lain. Dirinya mungkin sudah lama mati atau menjual dirinya jika memusingkan perkataan yang melewati telinganya. Tepat pukul satu malam, Gendis keluar dari ruangannya. Petugas kebersihan yang menunggu tak jauh dari pintu ruangan, bergegas untuk membersihkan ruangan Gandis. Pria itu masih berusaha untuk tidak mengecewakan putrinya terlalu lama walau tahu jika ia sudah terlambat. Gendis sendiri berjalan menuju lift untuk turun ke bawah. Ketika pintu lift terbuka, wanita itu mendengus saat melihat siapa yang sudah lebih dulu berada di kotak besi itu. Mungkin ini hari sialnya karena harus bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan. "Oh, wow. Lo belum pulang, Ndis?" sapa seorang pria yang tersenyum lebar ke arahnya. Vano, pria 35 tahun yang bisa menduduki posisi yang cukup tinggi di perusahaan ini. Namun, setiap kali mengingat bagaimana pria itu bisa mendapatkannya, membuat Gendis ingin tertawa. Sosok pria di depannya itu membuatnya yakin, bahwa setiap manusia tidak akan segan memberikan harga diri dan kesetiannya demi harta. "Btw, maaf kemarin gue enggak hadir di pesta naik jabatan lo. Gue ada acara lain,” lanjutnya ketika Gendis sudah berada di dalam lift. "Acara sama Buk Ismi?" celetuk Gendis sambil menatap ke arah Vano dengan seulas senyum tipis yang membuat pria itu bungkam. "Gue enggak nyangka pria kayak lo bisa suka sama Oma-Oma," tutur Gendis sambil menatap layar yang menujukan lantai mereka berada sekarang. Bruk! "Akh!" Gendis meringgis, ketika tiba-tiba tubuhnya ditarik dan dibanting ke bagian dinding lift oleh Vano yang sekarang seperti seseorang yang ketakutan. "Darimana lo tahu?" tanya Vano menatap tajam ke arah Gandis. Tangannya yang berada di kerah kemeja wanita di depannya mengerat. "Apa yang enggak gue tahu," balas Gendis yang malah tersenyum santai. "Apa yang lo mau?" tanya Vano, dunia kerja tak ada bedanya dengan hutan. Dimana yang kuat bisa mengancam dan membunuh yang lemah. Namun, tidak jarang juga yang lemah dan kecil dapat membunuh yang lebih kuat darinya. "Gue cuman minta keuangan divisi gue, enggak usah pake ditahan!" pinta Gendis yang setiap kali mengingatnya jadi kesal, apalagi pada sosok Buk Ismi yang memang memiliki jabatan tertinggi di bidang keuangan. Vano melepaskan tangannya yang mencengkram leher perempuan itu. "Oke,” ujarnya berusaha terlihat tenang. "Gue juga minta mobil terbaru." Sekali berenang, dua pulau terlampaui. "Lo!" seru Vano namun Gendis sama sekali tak takut. Wanita itu malah tersenyum manis, namun malah terlihat menakutkan. "Fine, besok udah ada di depan apartemen lo." Vano tidak bisa membiarkan gadis itu membocorkan rahasianya, bahwa ia berselingkuh dari isterinya dan bermain api dengan petinggi perusahaan. TING! Pintu lift terbuka, Gendis lalu melangkah keluar disusul dengan Vano. Wanita itu tiba-tiba membalikan tubuhnya, menatap ke arah Vano dengan mata memicing. Grap! Bugh! "Akhhh!" teriak Vano kesakitan ketika Gendis tiba-tiba menarik dasinya hingga ia membungkuk dan melayangkan tendangan di selangkangannya. "Balasan untuk lo," balas Gendis lalu melangkah dengan riang. Malam ini, ia hanya harus tidur tenang dan menunggu mobil barunya sampai. Ah, ia juga harus menyelesaikan presentasinya yang akan ditampilkan minggu depan dengan petinggi perushaaan. Presentasi yang aman membuat orang-orang terkejut luar biasa! ———— Gendis sudah siap dengan busananya, ketika keluar dari apartemen dan sampai di parkiran. Ia melihat sebuah mobil mewah berwarna hitam—pasti diberikan Vano. Wanita itu mendengus karena warna mobil itu tidak cocok dengan pakaian yang ia pakai sekarang. Ia pun akhirnya memutuskan untuk naik taksi online saja. Karena hendak membeli sarapan, Gendis meminta sopir taksi itu berhenti di sebuah toko roti yang tak jauh dari kantornya. Setelah mendapatkan sarapannya, ia pun kembali melanjutkan langkahnya. Ketika sedang berjalan kaki menuju kantornya, Gendis menemukan OB yang kemarin malam membuatnya kesal sedang berjalan bersama putrinya. Pria itu nampaknya sedang membujuk anaknya. “Nanti Ayah beliin es krim gimana? Mau ya, nak? Ayah minta maaf karena enggak bisa pulang cepat malam tadi.” “Aku pokoknya kesal sama Ayah!” “Oi, Ndra! Sini dulu!” Seorang karyawan yang bekerja diperusahaan yang sama tiba-tiba memanggil petugas OB tadi, membuatnya harus meninggalkan putrinya. “Beliin gue rokok dulu disana!” suruh karyawan yang memanggil tadi. Gendis yang melihat itu jadi jengkel, karyawan itu tak seharusnya memanggil OB tadi karena mereka belum berada di kantor, menyebabkan meniggalkan putrinya dipinggir jalan. Saat kembali menatap ke arah anak perempuan tadi, Gandis membulatkan matanya ketika bocah itu berjalan menuju tengah jalanan padahal Ayahnya sedang pergi ke mini market. "AWAS!" teriak orang-orang dipinggir jalan ketika ada mobil dengan kecepatan tinggi yang bisa menabrak anak kecil itu. "Eh?" Gendis mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya ketika menyadari bahwa ia sudah di tengah jalan. Ia juga tidak menyadari bahwa gadis kecil tadi sudah ia dorong ke pinggir jalan. BRAKKKK! Gandis tidak merasakan apapun lagi saat tubuhnya tiba-tiba melayang. Namun sebelum ia mati rasa, tubuhnya terasa luar biasa sakit hingga rasanya hendak teriak. Tapi itu semua tertahan diujung leher. Apa ia akan mati? Tapi jika ia mati, pasti akan masuk surga karena sudah menolong seseorang. Iya kan? Iya kan? —— "HAHAHAHA." "HAHAHA!" Gandis tersentak bangun, ia mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya ketika melihat seseorang aneh berada di depannya. "Kamu pasti penasaran dengan saya?" tanya orang itu membuat Gandis mengerutkan dahinya. "Perasaan gue enggak gosok lampu ajaib tapi kok sekarang ada jin depan gue," ujar Gendis, ia pun mengabaikan sosok tak jelas di depannya dan sibuk memperhatikan dirinya yang mengenakan sebuah gaun putih polos. Kira-kira berapa harga gaun ini karena Gandis tidak bisa mengenakan pakaian murah. "Orang yang sudah mati, ternyata bisa sombong juga," kata orang aneh itu dalam sekejap merubah pakaian miliknya membuat Gendis takjub. "Eh, ini keluaran baju terbaru kan?" tanya Gendis mendekat dan memegang baju itu dengan iri. “Kok bisa dapat sih?" "Jelas dong, saya itu Malaikat,” sombong orang itu membuat Gendis terdiam. "Malaikat? Jadi gue beneran mati?" tanya Gendis yang tak memasang wajah terkejut, memangnya siapa yang tak mati jika sudah ditabrak seperti itu? "Pintu surga dimana?" Tawa melengking terdengar lagi. "Surga? Manusia kotor seperti kamu pantasnya berada neraka paling bawah!” Gendis sontak meneguk ludahnya susah payah, teringat dengan dosa yang ia perbuat saat masih hidup. “Tapi gue udah nyelamatin anak kecil kan?" tanya Gendis yang tak terima disebut sebagai manusia kotor. Toh, masih banyak manusia yang lebih kotor darinya. "Bener, sih, kalo kamu menyelematin anak kecil. Jadi sekarang kami para malaikat sedang bingung memasukan kamu kemana?” "Satu milliar," ucap Gendis tiba-tiba mendekat dan berbisik. "Satu miliar, tapi hidupin gue lagi. Gue tahu, sih, ini enggak baik, tapi gue janji enggak akan ngasih tahu siapapun,” jawab Gendis sambil tersenyum manis. Namun dalam hatinya, ia tengah membuat rencana. Setelah malaikat ini mengambil uangnya, maka ia akan mengancam Malaikat ini agar menuruti permintaannya yang lain atau ia akan membocorkannya. "HHAHAHAA,” ejek Malaikat tadi sambil menatap jijik ke arah Gendis yang ia dengar pikirannya. "Kamu pikir semuanya bisa dibeli dengan uang?" tanya Malaikat itu lagi. "Iya,” angguk Gendis polos. Tiba-tiba Malaikat itu terdiam dan wajahnya berubah serius. “Gendis Ruli Indiarta, hidup kamu sudah diputuskan. Kamu akan dihidupkan kembali,” ucap Mailkat itu tiba-tiba saat keputusan tentang hidup wanita di depannya sudah ada. Gendis tersenyum. Pasti orang-orang kantornya sekarang tengah berpesta karena kematiannya tapi lihatlah nanti, ia akan bangun dan mengejutkan orang-orang. Sebuah ide yang benar-benar luar biasa. "Tapi, ingat satu hal,” kata Malaikat itu ketika tubuh Gendis perlahan menghilang dari ujung kaki. “Di kehidupan kamu selanjutnya, tidak ada yang boleh tahu tentang kamu siapa sebenarnya!” Gendis yang mendengar itu mengerutkan dahinya, bingung. Apa maksudnya tentang tidak ada yang boleh tahu tentang dirinya siapa? Apa jangan-jangan ia nanti—— BLUSHHHHH! “Ughh...” Gendis mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya ketika terbangun dan melihat dimana ia berada. Tunggu, ini bukan ruang inap Rumah Sakit kelas VVVIP? "Ibuk udah bangun?" tanya seorang anak laki-laki berusia sekitar 9 tahun di samping ranjangnya. "Hah? Ibuk?” tanya Gendis bingung. “AYAHHH IBUK UDAH BANGUN!” teriak anak itu membuat Gendis makin terkejut.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook