Bab 1. Gadis Lelangan
Keputusan Agatha yang memilih bersama pria lain membuat Jayden hancur sehancur-hancurnya. Pria yang semula memiliki angan ingin merajut kisah dengan wanita yang paling dicintai itu mulai tak tau harus menentukan arah hidup yang seperti apa. Jayden bak tenggelam dalam lumpur penyesalan yang sangat menyiksa.
Marka—menjadi satu-satunya teman yang sudi menemani Jayden dalam titik terendah dalam hidup. Menjadi saksi sosok Jayden yang benar-benar hancur hingga menutup hatinya untuk wanita mana pun.
"Malam nanti ada undangan dari Hazel, acara kayak biasa. Ethan juga bakalan ikut, gimana?"
Jayden bergeming di tempatnya, menatap ke sebuah foto besar yang dipajang pada dinding. Di tangannya memegang sebatang rokok yang dihirupnya dalam-dalam dan dihembuskan perlahan.
Jayden masih menatap foto besar itu tanpa ada niat untuk menjawab perkataan Marka. Dirinya seperti terbelenggu pada kenangan manis di masa lalu yang begitu membekas di dalam hati.
Sebuah kenangan saat terakhir dirinya bisa menghabiskan waktu bersama wanita yang paling dicintai dan juga anaknya.
"Jay?" Marka kembali memanggil karena tak kunjung mendapatkan jawaban.
Jayden melirik Marka sejenak lalu mengalihkan pandangannya ke foto besar itu kembali. "Besok tanggal 27 Oktober, nggak kerasa udah 3 tahun Rafa pergi," ucap Jayden.
Dadanya kembali sesak jika mengingat luka masa lalunya yang sangat dalam. Jayden harus menutup mata rapat-rapat untuk menghilangkan rasa sakit yang terus menghantam ulu hati. Disaat mengingat anak itu, hati Jayden benar-benar sakit sekali. Ada sekelumit rasa tak rela yang membuatnya terus berkubang dalam dosa yang tak berkesudahan.
"Semua ini salahku, dia pergi gara-gara aku." Jayden ingin sekali memutar waktu kembali, jika bisa dirinya saja yang pergi, bukan Rafael.
"Dia sudah tenang, Jay. Sudah saatnya kau melanjutkan hidup kembali. Percayalah, Rafael juga tidak akan suka kau seperti ini," tutur Marka, rasanya ia sangat kasihan melihat sahabat sekaligus atasannya itu terus bersedih karena luka masa lalu.
Jayden menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan untuk mengurangi rasa sesak di d**a. Saat rasa sakit itu muncul, ia kembali meminum obat yang selama ini membantu dirinya agar tetap waras.
Banyaknya luka di masa lalu benar-benar merubah sosok Jayden yang sekarang. 3 tahun lamanya yang Jayden lakukan hanyalah bekerja dan menikmati waktu dengan minuman, serta obat-obatan. Pria itu mungkin saja bisa gila tanpa itu semua.
"Aku menunggu jawabanmu, Jay."
"Aku pasti datang, urus saja. Sekarang pergilah," usir Jayden.
***
Suara dentuman musik terdengar memekakan telinga. Sorot lampu yang sedikit redup dan terang tampak menghiasi sebuah ruangan di samping kolam renang yang kini dipenuhi oleh beberapa orang. Ada pria dan juga wanita yang menggunakan bikini seksi.
Beberapa minuman juga disediakan, lengkap dengan sedikit amunisi yang membuat orang bisa melupakan dunia untuk sesaat.
Jayden datang ke pesta yang diadakan salah satu temannya, Hazel. Disana juga ada Ethan yang kini tengah diapit oleh dua wanita. Melihat pria itu Jayden menyipitkan matanya.
"Woho, Jay!" Ethan berseru kaget tatkala melihat Jayden, ia mengangkat gelas ke arah pria itu sebagai sambutan.
Jayden mendekat, dirinya senantiasa bersama Marka yang ada di belakang. Begitu duduk, ia langsung melirik ke arah para wanita yang ada di sisi Ethan, menunjukkan jika tak suka dengan para wanita itu.
"Ck, gara-gara satu wanita jadi membenci semua wanita." Ethan berdecak pelan. "Babe, pergilah sebentar. Nanti malam aku akan datang ke Apartemenmu," ucap Ethan pada wanitanya, tak lupa memberikan ciuman manis agar mereka tidak marah. Ethan tentunya tak ingin mengambil resiko karena malam nanti butuh ngecas daya baterai tubuhnya.
"So?"
Begitu para wanita itu pergi, Ethan baru memusatkan perhatiannya pada Jayden.
"Nggak bosen gitu terus?" Jayden bertanya dengan gaya malas, mulai menuangkan wine ke gelas dan meminumnya.
"Nggak ada alasan buat berubah juga," sahut Ethan acuh tak acuh.
"Kemarin ada yang ngabarin, wilayah selatan ada yang mau ambil."
Ethan mengangkat alis, ikut meminum wine miliknya sambil menatap ke arah riuhnya pesta yang digelar.
Gemerlap pesta yang benar-benar membuat manusia lupa dunia akan sesaat. Jiwa muda yang menyala-nyala membuat mereka seperti tak memikirkan hari esok. Ethan tersenyum sinis, ia mengambil dua permen di dalam saku lalu menikmatinya dengan santai.
Jayden sendiri langsung menyulut rokoknya. Kedua pria itu seperti memikirkan hal yang sama tanpa mereka mengatakannya.
"Ditunggu aja sih? Lagian siapa yang berani sama elu? Mau mati pelan apa cepet?" Ethan tertawa kecil, tak meragukan bagaimana perangai Jayden yang sangat buruk jika sudah ada yang berani mencari masalah dengannya.
Jayden menarik sudut bibir, kembali menikmati minuman tanpa menghiraukan hiruk pikuk pesta itu. Jayden datang kesana hanya murni ingin bertemu dengan Ethan. Pria itu sangat susah dihubungi akhir-akhir ini, jadi bisa disimpulkan Ethan pun sepertinya sedang menghadapi beberapa masalah.
Selama 3 tahun ini ia seperti merusak dirinya sendiri dengan minuman dan obat-obatan terlarang. Keputusan Agatha malam itu benar-benar membuat Jayden kembali seperti dulu lagi, seorang Jayden yang gelap dan tak punya arah hidup.
"b******k. Hazel nggak main-main ternyata!" umpat Ethan secara tiba-tiba.
Jayden ikut mengalihkan pandangannya ke arah yang kini dilihat oleh Ethan. Di sana, beberapa orang tengah menyeret seorang wanita dan dibawa ke sisi kolam.
"Maksudnya apaan sih? Itu cewek kenapa?" tanya Marka ingin tau, sejak tadi dia diam dan ikut menganalisa.
Ethan tertawa terbahak-bahak, dirinya justru betepuk tangan. "Ini gila sih, tadinya gue pikir bercanda, tapi ternyata beneran."
"Anjing, lu belum jelasin apa maksudnya?" Marka mengumpat kesal, dirinya penasaran.
"Lihat aja."
Semua orang yang ada di sana ikut memandang ke arah satu titik, begitu pun Jayden. Sejak tadi belum mengalihkan pandangan dari sosok gadis yang terus diseret dengan kasar. Gadis itu sudah berusaha meronta, tapi tetap saja para pria yang menariknya tidak peduli.
"Ini apaan?" Jayden mulai merasa tak nyaman. Merasa dejavu dengan kejadian di masa lalu.
"Gue dengar Hazel bakalan lelang cewek itu malam ini."
"Lelang?"
Siapa yang tidak terkejut mendengar jika ada wanita yang akan dilelang? Seumur hidup menjadi b******n, Jayden baru pertama kali ini mendengar acara seperti itu. Dulu, pernah ada yang ingin mengajaknya bertukar pasangan, itu saja sudah tidak etis. Sekarang justru dunia semakin gila dengan melelang seorang wanita.
"Guys! Kalian pasti kenal 'kan siapa dia? See, wanita sombong ini sudah tidak ada harga dirinya lagi. Mungkin dari kalian ada yang berminat, kalian bisa menawar dari angka 50 juta!" Hazel—selaku pemilik acara tersebut berteriak memberikan pengumuman.
Bersambung~