bc

Boleh Lirik Jangan Kedip

book_age16+
275
FOLLOW
1.6K
READ
possessive
family
age gap
powerful
confident
drama
comedy
bxg
humorous
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Penggalan-penggalan / serpihan quotes yang terkandung dalam cerita 'Boleh Lirik, Jangan Kedip' :

"Cowok itu nggak usah video bokep buat belajar bikin anak, soalnya cowok udah belajar eksklusif sama Allah lewat mimpi." - (1/3)

"Cowok itu ibarat serabi. Sepolos-polosnya serabi, di dalamnya pasti ada kelapanya. Sama kayak cowok. Sepolos-polosnya otak cowok, di dalamnya pasti ada unsur ngeresnya." - (2/3)

"Cowok sealim apapun matanya pasti langsung beremot love-love kalau lihat Paha sama d**a. Yang membedakan adalah cara dia lawannya. Dia memilih lirik tahan kedip, atau alihin pandangan?" - (3/3)

chap-preview
Free preview
Muhammad Ali Raziq Hanan
"Jodoh di mana jodoh?!! Hueeeee," rengekan manja seorang gadis memenuhi kantin yang sedang sepi ini. Gadis berhijab berpenampilan santai itu tampak mengerucutkan bibir tipisnya kala sepasang mata hazel berhiaskan bulu mata lentiknya itu menangkap sebuah pict di layar smartphonenya yang berisi sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu. Lalu kenapa dia seterpuruk itu melihat pasangan yang dimaksud? "Rilly ... Rilly. Masih aja lo follow si Choki-Choki itu!" gertak sahabatnya. "Gue ini bukan tipe orang yang suka unfollow mantan, Mel. Dih, anak TK kali ah." "Gue ini bukan tipe orang yang suka unfollow mantan, Mel. Dih, anak TK kali ah," cibir Melati seraya menoyor kepala sahabatnya itu. "Tapi kalau nggak baik buat keadaan liver dan akal sehat lo ya bagus-bagus lo unfoll dia. Kasihan gue lihatnya, sampai kedenger kretaak dari d**a lo barusan." "Gue bukan cemburu ya, bodo amat dah dia mau nge-post foto tutorial bikin anak juga." Melati terkikik mendengarkan gertakan Rilly, tangannya dengan spontan menoyor kepala Rilly untuk kedua kalinya. "Gue cuma kesel aja dia dengan gampangnya dapet pengganti gue, sampai kawin lagi. Sedangkan gue di sini masih aja jomblo. Kasihan kasihan kasihan." "Ya terima nasib aja sih. Lagian gue dukung lo putusin dia, karena gue tahu dia ini nggak baik buat lo. Emak, Babeh dan Abang lo juga nggak akan setuju kalau anak gadis kesayangannya jatuh sama badboy macem dia," kata Melati menggebu-gebu. Rilly meneguk sisa minumannya lalu berkata, "Iyalah! Siapa juga yang mau bertahan sama cowok bandel yang juga udah dijodoh-jodohin sama orangtuanya? Ettt gue udah move on ya, yang jadi masalahnya sekarang adalah gue belum juga dapet pengganti dia. Makin jumawa dong dia." "Yang suka sama lo itu banyak, Rill. Tyo, Rizky, Bagas, Rafli, Sandi, eum siapa lagi sih yang minggu kemarin nembak lo?" "Panji." "Nah! Panji pas kan, Rill. Dia seangkatan sama lo. Nggak ada alesan lo nolak mereka dengan bilang --Lo lebih muda dari gue, gue nggak suka brondong--, kayak yang lo lakuin sama cowok-cowok yang gue absen-in tadi. Panji juga mapan di usianya yang seumuran sama kita." "What?! Lo mau gue sama dia? O, please, Mel! Sama aja kayak gue jatuh ke lubang yang sama. Dia kan playboy cap kaki tiga. Aing nggak mau sama dia. Ewwww!!!" protes Rilly diakhiri kekehan. "Minuman panas dalam kali ah, cap kaki tiga." Melati menyeruput es jeruknya dan meneliti Rilly yang masih tenggelam dalam lamunannya. "Udahlah, Rill. Sekarang kita fokus dulu aja sama kuliah. Bagus-bagus lo nggak pacaran dulu, seminggu lagi tuh Bulan Ramadhan, bulan suci penuh ampunan. Pacaran itu dilarang dalam islam. Kalau lo nggak bisa ngejomblo di bulan lain, ya minimalnya di Bulan Ramadhan lo bisa nahan. Iya nggak?" . . . "Pulang, Chef?" Pertanyaan berbau penghormatan, Ali terima dari Chef-chef juniornya. "Iya nih. Saya duluan ya." Muhammad Ali Raziq Hanan. Kepala Chef di sebuah hotel berbintang lima pelataran Kota Bandung. Pria yang kerap dipanggil Ali ini adalah pria matang yang kental akan pengetahuan agamanya. Dia sempat menimba ilmu selama enam tahun lamanya di sebuah pesantren besar daerah Jombang. Dari lulus Sekolah Dasar sampai lulus Sekolah Menengah Atas. Ketekunan dan kepandaiannya dalam menuntut ilmu agama membuatnya selalu di percaya Buya --Guru Besar-- di pesantrennya dulu. Kerap kali dia selalu mengisi Khutbah Jumat dan Imam kala salat Tarawih. Di umurnya yang masih belia, 18 tahun, dia ditunjuk untuk memimpin sebuah pesantren cabang di Gorontalo. Namun dengan berat hati Ali menolak, karena dia merasa jika dirinya belum layak dipercayai amanah sebesar itu. Buya yang saat itu hanya menawarkan, tidak bisa berlaku memaksa jika Ali tak menginginkannya. Bahkan di bulan selanjutnya, Ali berpamitan dari pelataran Pesantren untuk melanjutkan kuliahnya di kampus yang ia mau. Di tahun pertamanya kembali hidup bersama orangtua, dia menjalani kuliah di Universitas Islam Negeri di Bandung jurusan Tafsir Qur'an. Hanya butuh waktu tiga tahun lebih empat bulan, ia sudah menambah gelar Sarjana di belakang namanya. Satu tahun setelah menyandang gelar Sarjana, dia mengisi waktu kosongnya dengan mengajar di Masjid Jami' yang keluarga besarnya bangun. Bukan rahasia lagi, jika Ali ini adalah cucu dari Kiayi besar yang sangat disegani masyarakat. Ayah Ali pun merupakan Ketua DKM Masjid Jami' As-Salam yang sudah terdaftar sebagai Masjid yang menyediakan yayasan pendidikan Al-Qur'an. Dari Taman Kanak-kanak Al-Qur'an (TKA), Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA, untuk anak-anak SD kelas 1-3), Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA, untuk anak-anak SD kelas 4-6), Majlis Ta'lim Remaja (Untuk remaja dari kelas 1 SMP sampai seterusnya), dan juga Majlis Ta'lim Ibu-ibu dan Bapak-bapak yang diisi pengajian rutinan setiap minggunya. Setiap hari, sekeliling rumah Ali tak pernah sepi. Pagi hari diisi oleh anak-anak TKA, sehabis Dzuhur diisi oleh anak-anak TPA, sehabis Ashar diisi oleh anak-anak DTA, dan sehabis Maghrib diisi oleh Majlis Ta'lim Remaja, baik Ikhwan maupun Akhwat, tentunya berbeda tempat. Tambahan lainnya pengajian rutinan di malam Minggu ba'da Isya untuk Bapak-bapak dan juga hari Minggu ba'da Ashar untuk Ibu-ibu. Yayasan ini berdiri sudah 8 tahun lamanya. Perekrutan Guru juga sangat memenuhi kualifikasi. Terbilang 18 orang yang mengajar di Yayasan tersebut. Termasuk Ali yang sempat mengajari ilmu Murotal Al-Qur'an sebelum dia memutuskan untuk meneruskan kuliahnya di jalur yang berseberangan. Dia meneruskan S2 nya di Sidney mengambil jurusan yang sesuai hobinya. Dia gemar bereksperimen dengan alat-alat dan bahan-bahan dapur. Wow! Bahkan jika yang baru pertama kali melihatnya, takkan menyangka jika dia ini gemar memasak. Dilihat dari perawakannya, profesi Tentara, Pilot, Nahkoda, Dokter, Pengusaha dan Polisi pun dia masih pantas. Namun apadaya, tekadnya ingin menjadi Chef hebat sudah ia tanamkan dalam hatinya semenjak keluar dari Pesantren. Dia tidak melepaskan begitu saja ilmu-ilmu Pesantrennya, dia berbagi ilmu pada adik-adiknya yang terdiri dari satu lelaki dan dua perempuan, juga pada sahabat dan kerabatnya. Jangan lupakan juga Santri-santri Yayasan yang pernah diajarinya. Oiya, Ali ini anak kedua dari lima bersaudara. Kakaknya bernama Muhammad Bilal Raziq Hanan, sudah menelusuri bahtera rumah tangga bersama salah satu guru yayasan bernama Azizah. Yang kedua Ali sendiri, yang masih melajang di umurnya yang ke-25, hampir 26 ini. Yang ketiga Azzahra Fathiya Khairunnisa, masih kuliah di semester ke-3. Yang ke empat Muhammad Annizam Raziq Hanan, remaja SMA kelas 11. Dan si bungsu Assyifa Fitria Khairunnisa, yang masih duduk di bangku SD kelas 4. Oke kembali ke pembahasan sebelumnya. Singkat cerita, kesuksesan akan senantiasa melimpah bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh. Seperti hadis Rosul yang bersabda, Orang-orang yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Ali berhasil dengan pendidikannya dan baru di langkah awal kariernya di bidang Tata Boga, ia sudah diberi rezeki serta keberkahan dari Allah dengan didatangkannya berbagai tawaran luar biasa, salah satunya menjadi seorang Kepala Chef di Hotel berbintang lima di Bandung. Profesi yang kini ia tekuri. "Astaghfirullah, ini mobil ngadat lagi. Di waktu yang nggak tepat." Ali memeriksa mesin mobil yang sekarang sedang mogok, mencoba memahami apa kerusakannya sekarang. Kalau hanya mengganti ban mobil, dia bisa. Tapi dia yang hanya tau teflon, panci, bawang bombai, dan cabe, bisa apa jika dihadapkan dengan mesin? O ayolah, tak ada yang sempurna dan segala bisa di dunia ini. Semua sudah mendapatnya porsi skill masing-masing. Dia merogoh saku celananya dan mendial nomor adiknya. "Assalamu'alaikum, Zahra. Bilangin sama Abi, mobil Aa kumat lagi. Minta bantuan anak santri Ikhwan dong buat jemput." "Wa'alaikum salam. Aa di mana posisinya emang? Mau Zahra aja yang jemput? Kebetulan Zahra lagi di Bread Talk IP nih." "Ya Allah malem-malem begini masih di luar. Nggak baik heh!" "Jangan ngomel dulu. Orang aku baru pulang ngampus ini. Terus disuruh Umi beli Bread Talk buat Teh Azizah yang lagi ngidam. Ngomel mulu Aa mah." "O, tapi nggak sendiri kan?" "Hehehe sama Andri. Tapi tapi__." "Hah? Astaghfirullah, berduaan sama yang bukan mahram malem-malem." "Ya asal punya batesan aja, 'A. Zahra juga punya iman kok. Tenang aja ah, jangan posesif mulu. Zahra sumpahin dapet cewek lho, biar ngerasain gimana rasanya berduaan tapi diganggu." "Bawel kamu. Yaudah jangan macem-macem. Aa percaya kok sama Andri, dia anak yang sholeh. Tapi kalau sampai Aa lihat kalian pegang-pegangan, awas ya! By the way, sumpah kamu barusan Aa Amiinin ya, Aamiin semoga cepet dapet istri." "Ciyee kebelet nikah ciyeee ... Gini nih anak keluaran pesantren mah. Pengin cepet-cepet nikah karena tahu ilmu dan nikmatnya berkeluarga. Atau jangan-jangan di handphone Aa ada video bokep lagi." "Zahra ngomongnya. Nggak perlu video bokep. Kitab Uqu Dulujain dan kitab blablabla kamu nggak perlu tahu, udah cukup bahkan lebih dari video bokep doang. Lagian nih ya, cowok itu udah less eksklusif sama Allah lewat mimpi, nggak perlu panduan-panduan. Ya Allah ini omongannya ngelantur gini. Cepet jemput Aa di deket RS Cicendo. Samping kegubernuran." "Hahahaha siap, Boss kebelet nikah!" Tut tut tut! "Nggak sopan, nggak ucap salam dulu. Anak itu," dengus Ali sambil terkekeh pelan. Ali memundurkan tubuhnya ketika sebuah Angkutan Kota berhenti tepat di sampingnya. Seorang gadis cantik keluar dengan buku-buku besar dalam rengkuhannya. "Ini, Mang!" Gadis itu menyodorkan uang pada si sopir angkot. "Kurang atuh, Neng." "Biasanya juga goceng doang," gerutunya seraya merogoh saku celana bahannya dan menyodorkan uang dua ribu rupiah kepada si sopir itu. Gadis itu melongokkan kepalanya menunggu angkot kedua yang akan mengantarnya langsung ke depan perumahannya. Sebenarnya dia tak pernah berani naik angkot semalam ini. Tapi salahkan saja mobilnya yang tadi pagi manja tak bisa menyala. Setiap gerakannya, diawasi oleh sepasang mata berbola matakan hitam dan berbulu matakan lentik. Ali orangnya. Bukannya mau menambah dosa dengan menatap lawan jenis sebegitu intensnya, tapi Ali khawatir pada gadis berhijab yang cantik dan imut dengan badan mungil itu terlihat pucat pasi. Bibirnya memutih dengan pandangan redup. "Astaghfirullah. Hey!" Di lima belas detik selanjutnya gadis itu pingsan. Dengan gerakan cepat, Ali menghampiri gadis itu dan membopong tubuh mungilnya yang terkulai lemas menuju mobil. "Bangun, bangun. Hey! Aduuh gimana ini?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook