bc

My Coldest Mafia

book_age18+
1.8K
FOLLOW
8.8K
READ
dark
possessive
contract marriage
dominant
manipulative
goodgirl
drama
bxg
mystery
virgin
like
intro-logo
Blurb

#1 in Action w*****d.

Lucy Setya Febriana adalah gadis cantik asal Indonesia yang harus pindah ke New York untuk melanjutkan study di Universitas pilihannya. Hidup Lucy baik-baik saja sebelum dirinya menginjakkan kaki di sebuah Night Club. Ia dipertemukan dengan Hans Stone, penguasa mafia Amerika. Hingga suatu waktu, mereka dihadapkan pada sebuah perjanjian yang mengharuskan mereka untuk menikah. Nyatanya, Lucy malah jatuh cinta pada Hans, meski ia tidak tahu pria itu mencintainya atau tidak, yang pasti ia nyaman dengan perubahan sikap Hans yang lebih lembut terhadapnya.

Sampai kenyataan menjungkirbalikkan keadaan sebelumnya. Cinta yang begitu dalam itu harus berubah menjadi kebencian yang mengubahnya menjadi perempuan jahat demi membalaskan dendamnya secara diam-diam kepada suaminya.

chap-preview
Free preview
Prologue
"Shera, kenapa kau membawaku ke sini?!" tanya gadis berambut coklat gelap menahan amarahnya pada perempuan berambut pirang di sampingnya. "Astaga Lucy, ini hanya club malam! Berapa usiamu, sayang? Kau sudah kuliah!" ucap perempuan berambut pirang bernama Shera itu. "Shera, sudah kubilang aku tidak terbiasa dengan budaya kalian." ucap gadis bernama Lucy. "Oh ayolah, kau terlalu alim kau tahu? Biasakan dirimu, ini di New York, sayang." "Shera, kumohon." "Lucy, ayolah nikmati saja. Tidak akan terjadi apa-apa kalau kau terus berada di sampingku, karena itu jangan jauh-jauh dariku. Ok?" Gadis bernama Lucy itu hanya menghembuskan napasnya pasrah dan mengikuti Shera, sahabatnya. Wanita-wanita memakai pakaian minim, berbau alkohol, lampu yang remang-remang. Benar-benar membuat gadis bernama Lucy itu pusing. Lucy melihat gadis bermain dj itu sambil berciuman dengan pria di sampingnya, Lucy yang melihat ciuman mereka yang menggelikan itu langsung mengalihkan pemandangannya. Gadis itu menatap di depannya, Shera sedang bersama seorang pria sambil berciuman. Sudah pasti pria itu Nicholas, pacar Shera. Lucy memutar kedua bola matanya, bagaimana bisa Shera menjaganya jika ia saja sedang asik sendiri? Lucy menatap seluruh ruangan, ia benar-benar takut ia ingin pulang. "Shera, aku mau pulang!" jerit Lucy sedikit berteriak karena musik di sana sangat nyaring. "Lucy, nikmatilah!" "Sudah kubilang aku tidak bisa, sudahlah aku pulang sendiri saja." "Lucy, kau marah?" "Tidak, aku hanya tidak enak padamu, kalau begitu, dah!" "Hati-hati! Kalau terjadi sesuatu telepon aku!" teriak Shera saat Lucy sudah beranjak. Lucy menganggukan kepalanya, ia berusaha keluar dari club tapi ia malah keliling-keliling sudut ruangan itu karena tidak tahu di mana pintu keluar. Lucy mengepalkan tangannya, ia benar-benar takut banyak pria yang memandangnya lapar dan bahkan sempat memukul bokongnya tapi ia lari. Lucy ingin menangis tapi ia tidak boleh karena ia tahu itu hanya akan memancing mereka mendekat. Lucy terus menunduk dan berjalan dengan cepat, ia harus segera keluar. Harus! Bruk! "Aw!" rintih Lucy saat tubuh seseorang berhasil menabraknya. "Ah, maaf aku tidak sengaja," ucap wanita yang menabraknya itu. Lucy terkesiap, wanita di hadapannya ini benar-benar cantik hanya saja baju minimnya yang mengganggu pengelihatan. Lucy menggelengkan kepalanya dan tersenyum kaku. "Hey, apa kau orang asia? Oh tuhan, kau cantik dan imut sekali!" ucap wanita berpakaian minim itu, kemudian mengulurkan tangannya. "Aku Chelsea Stone." Lucy tampak sedikit gugup dan perlahan menjabat tangan wanita bernama Chelsea itu, "A-aku Lucy." Chelsea terlihat sedikit bingung, "Nama margamu?" "Ah... aku tidak punya." Lucy menunduk. "Dari penampilan dan sikapmu, sepertinya kau orang baik. Maukah kau jadi temanku?" tanya Chelsea antusias. Lucy hanya mengangguk dalam menunduk, Lucy nampak mengepalkan tangannya membuat Chelsea tersadarkan sesuatu. "Oh, itu kalau kau mau. Aku tidak memaksa, sungguh." Lucy dengan cepat mendongakkan kepalanya. "Tidak! Bukan begitu! Hanya saja.... aku tidak suka di tempat seperti ini." Lucy mengecilkan suaranya pada kalimat paling akhir dan dibalas kekehan oleh Chelsea. Chelsea mengangguk mengerti dan Lucy menceritakan kalau ia tidak sudah berputar berkali-kali tetapi ia tidak menemukan pintu keluar. Akhirnya Chelsea tertawa nyaring dan beberapa saat mereka sampai di depan club. "Ah, aku tertolong. Terima kasih karena sudah mengantarku," ucap Lucy berterima kasih. "Chelsea...." panggilan suara berat nan sexy yang membuat keduanya mencari sumber suara. Sorot mata Lucy menatap pria tampan berahang tegas, bibir pria itu sedikit tipis warnanya pink pucat yang terbungkam, hidungnya mancung yang terpahat sungguh sempurna menghembuskan napas dengan sangat tenang, rambut sadikit blonde-nya tertiup angin malam, dan mata birunya menatap Lucy juga dengan tatapan yang dingin. "Ah, kakak. Baru saja aku akan mencarimu," ucap Chelsea kemudian kembali melirik Lucy. "Lucy kenalkan, ini kakakku Hans. Dan Kakak, ini temanku, Lucy." "Kau tidak punya teman perempuan, Chelsea," ucap pria bernama Hans itu dingin. "Aku punya! Dia temanku!" balas Chelsea kesal. "Aku yakin dia tidak menganggapmu teman." Hans masih menatap Lucy dingin tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. "Tidak! Chelsea itu temanku!" ucap Lucy membela Chelsea karena Lucy merasa benar, Chelsea adalah temannya sekarang. "Itu karena kau belum mengenalnya," ucapnya masih dingin. Kini Hans melangkah perlahan dan menarik paksa Chelsea, Chelsea yang diseret menjerit kesakitan saat merasakan tangan kakaknya begitu kuat mencengkram pergelangan tangannya yang putih pucat itu. Chelsea sesekali menjerit dan meminta tolong pada Lucy, tapi Lucy terlalu takut. Ia bukan siapa-siapa, ia tidak berhak ikut campur. Tapi ia berusaha meyakinkan dirinya sehingga ia menarik lengan Lucy. "Dia temanku, jangan sakiti dia!" ucap Lucy yang sedikit bergetar. "Kau ingin mati?" tanya pria itu tajam tapi matanya masih dengan tatapan dingin. Lucy terhenyak, ia sedikit kesal dengan pria di hadapannya. Lucy menautkan keningnya kini tidak ada lagi ketakutan di wajahnya hanya raut marah yang ada di mimiknya. Lucy tiba-tiba menarik Chelsea dari Hans dengan sekuat tenaga karena tiba-tiba Hans terlepas dari Chelsea. "Ayo lari!" Hans masih dengan mimiknya yang dingin, ia menarik jas hitamnya dan mengambil sesuatu di sana. Mata Lucy membulat sempurna melihat pistol yang dibawa Hans. Chelsea langsung berdiri di hadapan Lucy, ia tidak akan rela jika temannya dibunuh oleh kakaknya itu. Ia tidak rela! "Chelsea, minggir," ucap Hans dingin, sorot matanya sedingin es. "Tidak! Ada apa dengan kakak? Kenapa—" Chelsea berbicara terputus karena Hans langsung menyambar perkataannya. "Dia melawanku, Chelsea," ucap Hans dingin. "Dan kau tahu apa yang terjadi jika ada orang yang melawanku." "Dasar gila! Manusia tidak pernah tidak punya salah!" teriak Lucy bergetar sekaligus kesal. "L-Lucy.... kau berani sekali." Chelsea memperingati Lucy dan berbisik, "Tidak ada satu orang pun berani melawannya." Lucy menunduk, tangan Hans kini menarik pelatuk itu. Lucy langsung menarik Chelsea dan melindunginya dan.... "Well, Well. Sepertinya kalian sedang bersenang-senang tanpaku, ya?"  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

A Secret Proposal

read
376.2K
bc

Mrs. Rivera

read
45.2K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Accidentally Married

read
102.5K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.0K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
579.6K
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook