bc

MY IDOL (Because I'm Stupid)

book_age12+
31
FOLLOW
1K
READ
family
student
journalists
K-pop
drama
friendship
secrets
lonely
BTS
friends
like
intro-logo
Blurb

Cover by @Niapple_red15

Bagai mendapat durian runtuh, Sinb mendapat tiket fanmeet BTS VVIP dari So Yeon-eonninya- di hari ulang tahunnya. Berharap pertemuannya langsung dengan sang idola akan membawa keberuntungan untuknya tetapi pada kenyataannya malah ia merasa s**l karena seseorang yang menjadi bagian dari BTS.

"Gwaenchanayo?"-Jungkook

"Nan gwaenchana." - Sinb

"Kenapa kau menjadi tidak bersemangat saat bertemu denganku?"-Jungkook

"Karena aku malas melihat wajahmu." -Sinb

"Wae?" -Jungkook

"Kau menyebalkan!" -Sinb

"'Mworago?"-Jungkook

"Hei,Jungkook-ssi sang golden maknae yang sok kegantengan,ingat baik- baik! Aku menyukai BTS tapi hanya enam membernya saja. Kau tahu kan siapa yang tidak kusukai?" -Sinb

"Siapa?"-Jungkook

"Dirimu,bodoh!"-Sinb

"...."-Jungkook

Penasaran? Kuy baca!!!

chap-preview
Free preview
Prolog
^Aku harap awan datang padaku. Tak lagi bersama badai dan hujan tapi dengan pelangi yang mewarnai langitku.ㅡ Hwang Eun Bi ^ ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ [Seoul,November 2015] ㅡ ㅡ ㅡ Gadis berseragam sekolah itu mengerjap kala menyaksikan kertas hasil ujian Suneung-nya terhempas ke lantai. Sama dengan lembaran itu,perasaannya tercampakkan. "Nilaimu sangat sempurna,Hwang!" sarkas pria berkacamata yang duduk di sofa ruang tamu. Tatapannya bagaikan badai saljuㅡbegitu dingin. Hwang Eunbi meremas ujung roknya. Matanya mulai memanas. Dengan susah payah ia menelan salivanya. "Cheosonghamnida." Dari sekian ungkapan yang sudah mengumpul di kalbu hanya kata itu yang keluar. Pria berdasi rapi itu tersenyum miring. "Maaf? Permintaan maaf tak cukup untuk mengembalikan reputasi keluarga ini. Gara-gara kau,satu keluarga menganggung malu." Jung Bi yang duduk bersandarkan sofa tiga dudukan mengamati putrinya yang semakin hari membuatnya naik darah. "Aku tak menyangka memiliki anak yang bodohnya minta ampun." Sial,kenapa telinganya tidak tuli saja? Lama-lama Sinb jenuh mendengar kalimat-kalimat ibunya yang selalu menyudutkan dirinya. Sinb menundukkan wajah. Kali ini ia harus bisa menahan cairan bening agar tetap di tempatnyaㅡkelenjar air mata. Pandangan Hyung Shik beralih ke istrinya. "Kau juga,Jung. Selama ini apa yang kau lakukan sebagai ibu? Kau hanya sibuk dengan butikmu." "Sebagai ibu aku sudah melakukan yang terbaik. Aku sudah menyuruhnya untuk bimbel. Jangan lupakan siapa yang selama ini membereskan aib-aib Eunbi di sekolah! Berhenti menyalahkan aku karena kau juga sama-sama sibuk!" seru Jung Bi melipat tangannya di d**a. Tatapan Hyung Shik kembali ke arah putri bungsunya yang kepalanya  semakin condong ke bawah. "Lalu kenapa nilaimu masih seperti ini,Bi? Apa yang selama ini kau lakukan di sekolah? Tidur? Bolos? Mau jadi apa kau?" Hening. Sinb merasa seolah pita suaranya terkikis. Apa ia harus membuat diary dan video aktivitasnya selama di sekolah maupun di rumah supaya kedua orang tuanya tahu apa saja yang ia lakukan? Yang benar saja. Itulah akibatnya jika orang tua terlalu sibuk dengan dunia masing-masing sampai mengabaikan kehidupan anak-anaknya. "Hei,jawab appa sekarang! Apa yang harus kami lakukan? Menguliahkanmu? Mencarikanmu pekerjaan? Atau menikahkanmu dengan sebarang orang? Siapa yang akan mau menerimamu?" Sinb menghela napas. Sungguh ucapan kedua orang tua itu sudah kelewat batas. Meski hinaan sudah menjadi menu kesehariannya tetapi kali ini cacian ini sungguh berat untuk diterima. "Aku tahu aku bodoh tapi bisakah kalian menghargai jerih payahku? Sedikit saja," seru Sinb mengangkat wajahnya. "Jerih payah katamu?" Jung Bi terkekeh,"lihatlah kakakmu! Tiada hari tanpa belajar. Sekarang sudah berada di kampus terbaik di Seoul. Kau? Bahkan sejak dulu namamu tak pernah bertengger di urutan peringkat sepuluh besar. Apalagi kejuaraan,mimpi." Sinb tersenyum kecut. Setiap hari ia menyempatkan diri ke perpustakaan untuk belajar dan terus belajar. Ia tak akan makan sebelum berhasil mengerjakan soal-soal matematika yang jumlahnya ratusan. Meskipun nilai ulangannya tidak pernah sempurna tapi ia pantang menyerah. Seringkali Sinb depresi karena kesulitan dalam belajar. Bimbel hanya membuatnya semakin malu dan stress. Setiap bangun tidur kepalanya terasa sangat pusing akibat menghafal rumus sebelum tidur. Kenyataannya kemampuan intelektualnya hanya sebatas siswa pada umumnya. Ia berbeda dengan keluarganya yang punya otak jenius. Apa semuanya itu mendapat perhatian dari orang tuanya? Bahkan tidak ada yang tahu ketika masa-masa pra-ujian ia sempat menenggak pil anti depresan karena mendapat banyak tekanan hingga depresi. "Kalian tidak tahu apa-apa. Yang kalian tahu hanya bisnis dan uang," decih Sinb. "Jaga ucapanmu! Tanpa bisnis kami,mau makan apa kamu?" bentak Hyung Shik. "Jika kau selalu belajar lalu kenapa tak ada hasil yang memuaskan?" cibir Jung Bi. "Tak ada hasil eomma bilang? Nilai di lembaran itu eomma anggap apa?" "Nilai serendah itu apanya yang mau dibanggakan?" "Cukup! Kumohon satu hal,terima hasil Suneung-ku. Hanya itu. Aku lelah." "Ne,itu semua urusanmu. Orang bodoh mustahil untuk sukses. Jadi,jangan menyalahkan eomma jika masa depanmu suram!" Jung Bi meraih tas jinjingnya kemudian bangkit dari sofa. Bersamaan dengan itu,seorang gadis berambut pirang muncul dari balik pintu. "Aku pulang!" seru So Yeon berjalan riang ke ruang tamu. "So Yeonie,bogoshipeo." Jung Bi menghampiri So Yeon lantas memeluk putri kesayangannya. So Yeon melepas pelukan Jung Bi kemudian memungut kertas berisi daftar nilai ujian Suneung tersebut. "Ini kertas hasil ujian Sinb 'kan? Kenapa ada di lantai?" So Yeon menatap Sinb penuh tanya. Sinb bungkam. Ia tahu apa akibatnya bila ia berterus terang bahwa ayahnya yang melakukan itu. Sudah pasti kakak perempuannya itu marah besar pada ayahnya. "Jawab eonni!" desak So Yeon. "Aku yang membuangnya. Kau lihat saja sendiri!" sahut Hyung Shik. So Yeon memeriksa nilai yang tertera pada kertas tersebut. Tak ada yang salah,batinnya. Menurutnya nilai yang Sinb raih sudah cukup meskipun sangat jauh dengan nilai ujiannya dulu. Namun,jika melihat kemampuan adiknya,nilai ini sungguh memuaskan. "Wae? Sinb mendapat nilai rata-rata tujuh puluh tiga." "Nilai itu belum cukup untuk standar perguruan tinggi negeri !" kata Jung Bi menaiki tangga menuju kamar. "Universitas negeri mana yang akan menerimanya?" tanya Hyung Shik. "Ini tidak terlalu buruk kok. Tapi kalau untuk kampusku mungkinㅡ" Hyung Shik terkekeh. "Yang benar saja,mustahil ia bisa masuk Seoul National University. Jangan samakan dia denganmu,nak! Belum tentu dia bisa tahan berkuliah di sana." Lagi,rasa sakit menggerogoti hati Sinb. Kalimat itu seakan peluru yang menembus sekat hatinya. Walaupun dirinya juga membenarkan kenyataan itu. "Aku yakin Sinb bisa." Membenarkan letak kacamata,Hyung Shik bangkit dari duduknya. "Keputusanku sudah bulat. Hwang,kau pilih kerja di perusahan appa atau masuk Sinkook University?" "Kenapa harus swasta?" tanya So Yeon. Jujur dia tidak begitu setuju Sinb masuk ke kampus itu. Pasalnya kampus itu memiliki reputasi yang tak terlalu bagus pasca insiden kematian mahasiswa beberapa bulan yang lalu. "Sinkook University," jawab Sinb pasrah. Dia tidak tertarik bekerja di perusahan ayahnya. Pasti ia tak akan betah karena ayahnya akan memarahinya jika ia melakukan kesalahan meski kecil sekalipun. "Ne. Ini adalah bukti bahwa aku masih peduli padamu. Jangan kecewakan appa-mu lagi!" tutur Hyung Shik hendak beranjak pergi. "Gidaryeo!" cegat So Yeon menyandera tangan Hyung Shik. "Mwo?" "Jika Sinb bisa mengikuti perkuliahan dengan IPK tinggi,tolong bersikaplah adil pada kami!" pinta So Yeon penuh harap. Hyung Shik berpikir sejenak sebelum ia menjawab,"Ne,appa janji. Bahkan jika adikmu bisa,appa bersedia memindahkannya ke kampusmu." Pria itu kemudian melesat ke ruang kerjanya. "Kkokjonghajima! Eonni akan membantumu agar appa menepati janjinya." So Yeon membelai surai adiknya penuh kasih. (Don't worry) "Shireo! Aku tak perlu dikasihani!" "Kau bicara apa,Bi-ya? Aku ini kakakmu." So Yeon memeluk Sinb erat. Dalam dekapan sang kakak,air mata Sinb tumpah. Perasaannya bercabang. Di satu sisi ia bersyukur memiliki seorang kakak yang menjadi perisainya tapi di sisi lain ia merasa tersisihkan karena kehadiran sang kakak. Entahlah,yang jelas ia berusaha untuk tidak membenci perisainya. Akankah ketidakadilan dalam keluarga ini berakhir? Akankah kebodohan ini menentukan baik buruknya takdir? Hidup ini mengalir seperti air,meski terkadang kau harus melawan arus. Dan kau harus bertahan sampai akhir sebelum tersingkir ###### *Suneung (Ujian Kemampuan Skolastik Tahunan /CSAT) : ujian masuk perguruan tinggi semacam SBMPTN,sekali setahun. Diadakan setiap November

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
199.7K
bc

Si dingin suamiku

read
489.8K
bc

Unpredictable Marriage

read
280.5K
bc

Dear Doctor, I LOVE YOU!

read
1.1M
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
464.5K
bc

Nur Cahaya Cinta

read
358.5K
bc

Love You My Secretary

read
242.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook