bc

Different Places

book_age18+
146
FOLLOW
1K
READ
murder
revenge
badboy
student
drama
twisted
mystery
highschool
friendship
school
like
intro-logo
Blurb

Peringatan, cerita ini mengandung beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan (21+)

Lee Seojin adalah seorang pelajar yang bekerja paruh waktu di sebuah cafe. Kehidupannya begitu menyedihkan ketika kedua orang tuanya harus meninggal karena kecelakaan saat umurnya lima belas tahun. Seojin yang mempunyai ambisi kuat pun meneruskan hidupnya hingga semuanya berjalan sesuai dengan apa yang ia inginkan. Suatu hari, saat ia telah mengenal seorang wanita tua yang sering mengunjungi cafenya, kehidupannya berubah. Seojin merasakan bahwa ia memiliki seorang Ibu kembali, dan ia sangat menyayangi wanita itu. wanita yang sering menceritakan anaknya yang bersekolah di kota.

Hari itu adalah hari di mana wanita tua itu menangis pada Seojin dan mengatakan bahwa anaknya telah meninggal dunia karena bunuh diri. Juga pada hari itu Seojin mulai mengalami hal aneh yang terus terulang di dalam mimpinya.

Di dalam mimpinya, Seojin bertemu dengan seseorang yang menjadi korban bully yang di bunuh oleh teman sekelasnya. Seojin yakin bahwa dirinya bisa mengendalikan mimpi tersebut sehingga ia bisa menyelamatkan siswa itu.

Tetapi ada sebuah kendala yang harus ia hadapi... Saat ia memimpikan tentang kejadian pada sekolah tersebut, temannya menyadari bahwa dirinya tidak bernafas selama ia memejamkan mata. Dan hal tersebut adalah hal yang bisa saja membuat dirinya mati di saat ia tengah bermimpi.

Apakah mimpi yang di alami Seojin adalah kejadian yang nyata? Siapakah siswa yang di bully itu, dan apa hubungannya dengan Seojin? Bagaimana cara Seojin menyelamatkan siswa tersebut dalam mimpinya?

chap-preview
Free preview
Musim semi di Cheongdo
Cheongdo Provinsi Gyeongsang utara, Korea Selatan. Pagi itu cuaca di desa Cheongdo cukup hangat, sekitar 24 Celcius mengingat musim semi telah tiba. Beberapa orang bahkan sudah meninggalkan coat yang biasa mereka gunakan untuk menghangatkan diri dan menggantinya dengan pakaian dengan bahan yang ringan. Seorang pemuda yang bekerja di salah satu cafe terbaik di desa itu pun tidak terlihat terlalu sibuk seperti saat malam hari atau pun malam di mana hari libur akan tiba. Pemuda bernama lengkap Lee Seojin itu dengan setia mempersiapkan beberapa meja dan mengelapnya hingga bersih. Sebenarnya hari itu adalah hari senin, namun Seojin tidak berangkat ke sekolahnya karena ia terkena skors selama tiga hari akibat perkelahian yang ia lakukan dengan beberapa anak lainnya dua hari yang lalu. “Seojin! Cepat bereskan semua meja dan kursinya lalu segera bersihkan kaca!” Teriak sang pemilik cafe padanya, Seojin hanya mengangguk-anggukan kepalanya paham tanpa menjawab perintah tersebut. Jeonsu pria berumur empat puluh tahunan itu cukup baik dengan menerima Seojin sebagai salah satu karyawannya di cafe itu, ia juga memberikan izin pada Seojin untuk tetap bersekolah meski ia bekerja di cafenya. Sehingga Seojin akan langsung bekerja setelah ia pulang sekolah, dan terkadang Jeonsu memberikan waktu luang pada Seojin jika musim ujian tiba untuk beristirahat dan belajar. Jeonsu yang mengetahui bahwa Seojin adalah seorang yatim piatu yang tinggal sendiri tanpa kedua orang tuanya itu pun, mengatakan pada Seojin bahwa dirinya siap untuk menjadi wali dari Seojin kapan pun dirinya di butuhkan. Hal itulah yang membuat anak nakal seperti Seojin berubah menjadi anak yang baik ketika berhadapan langsung dengan Jeonsu, meski Seojin tetap merupakan seorang yang cukup di takuti oleh teman-temannya. Seojin tidak tinggal bersama Jeonsu di rumah yang besar, ia hanya cukup tinggal di dalam sebuah apartemen peninggalan kedua orang tuanya yang meninggal saat dia berusia lima belas tahun. Seojin tidak ingin lebih jauh membuat Jeonsu kerepotan dengan tinggal bersamanya meski sebenarnya Jeonsu dan Istrinya menawari agar Seojin tinggal bersama mereka. Bagi Seojin, mengenal mereka dan bekerja bersama mereka sudah lebih dari cukup membuatnya merasakan kembali memiliki keluarga.   “Kapan kau kembali bersekolah?” Jeonsu keluar dari arah dapur dengan sekeranjang sampah yang ada di kedua tangannya. Ia kemudian membuka bak sampah yang tersimpan di pinggir cafe miliknya, seraya menatap pada Seojin yang sekarang sedang membersihkan kaca depan retoran itu. Seojin menoleh dan menatap pada Jeonsu yang sekarang melipat kedua tangannya ke depan dan bersandar pada salah satu pohon yang ada di sana. Seojin memperhatikan Jeonsu yang menggunakan kemeja biru yang lengannya ia gulung hingga siku, dengan celana jeans hitam dan apron dapur berwarna hitam. Melihat cara berpakaian lelaki itu pun membuat Seojin terkekeh pelan, sehingga Jeonsu yang di tertawakan itu terlihat kebingungan dan melihat pada dirinya sendiri. “Ya! Apa yang salah denganku?” Tanyanya seraya melihati seluruh tubuhnya sendiri dan kemudian menatap pada Seojin yang kini mencoba untuk menghentikan tawanya. Seojin mengibas-ngibaskan tangannya, dan menghapus air matanya yang jatuh karena tertawa. “Hyung… Kau akan pergi kemana dengan pakaian rapi seperti itu?” Tanya Seojin di tengah tawanya yang masih berlangsung itu. *Hyung adalah sebutan untuk kakak laki-laki dari seorang adik laki-laki. Jeonsu yang mendengar pertanyaan itu pun menghembuskan nafasnya dan kembali melipat kedua tangannya ke depan, seraya menatap pada Seojin yang kembali tertawa. “Aku akan pergi selama satu minggu ke Seoul!” Tawa Seojin terhenti saat ia mendengar jawaban dari Jeonsu yang kini terlihat memiringkan kepalanya dan menatap padanya. Seojin dengan cepat menoleh pada Jeonsu yang masih menatapinya, “Seoul?” Tanyanya kembali, seolah ia tidak mendengar ucapan yang di berikan oleh Jeonsu padanya tadi. Kedua alis Seojin saling bertautan saat ia mengetahui bahwa Jeonsu akan pergi menuju Ibukota. Jeonsu kembali menarik nafasnya dengan dalam kemudian ia kembali berjalan ke arah pintu retoran miliknya, “Benar! Aku dan Soomin akan pergi ke Saoul hari ini dan akan pergi selama satu minggu.” Jawabnya. Seojin yang terkejut pun melemparkan lap yang ia gunakan untuk membersihkan kaca itu ke atas meja makan yang sudah ia bereskan yang sengaja di sediakan di depan cafe untuk pengunjung yang ingin merokok dan nongkrong di sana. “Hyung! Satu minggu? Lalu siapa yang akan mengurus cafe?” Tanya Seojin seraya menyusul langkah Jeonsu yang kini berjalan ke arah mesin kasir. “Kau!” Jawab nya dengan sangat santai. Seojin yang mendapatkan sebuah tugas itu pun terdiam di tempatnya untuk beberapa saat, ia masih mencerna semua ucapan yang di katakan oleh Jeonsu padanya. Dan saat dirinya sudah dapat menyimpulkan semua ucapan yang di katakan oleh Jeonsu barulah dirinya protes sebanyak yang ia bisa. “Ya… Hyung! Aku tidak bisa memegang cafe ini! Aku harus pergi bersekolah dan mengerjakan tugas-tugas, hyung tidak bisa begitu saja memberikan tugas itu!” Protes Seojin, ia duduk di atas salah satu kursi sambil melihati Jeonsu yang menghitung uang yang ada di dalam mesin itu dan menyamakannya dengan yang ada di dalam komputer. “Kalau begitu, bukalah cafe ini saat kau sempat!” Jawab Jeonsu kembali, dengan sangat santainya ia mengatakan hal tersebut sambil masih menghitung uang-uang tersebut. Dak! Jeonsu yang terfokus pada pekerjaannya itu pun terkejut saat ia mendengar suara sebuah benda yang terbentur dengan keras ke atas meja. Ia segera melirih padan Seojin yang kini dahinya menempel di atas meja di hadapannya dengan mata yang terpejam seolah marah tetapi dirinya tidak bisa. “Aish! Kau bisa hilang ingatan jika kau melakukan hal itu terus menerus Seojin-a!” Tergur nya dan kembali pada kegiatannya menghitung uang. Seojin menggelengkan kepalanya dan meringis kesakitan karena ulahnya sendiri yang sengaja membanting kepalanya ke atas meja. Klang! “Permisi?” Suara seorang pelanggan yang datang masuk ke dalam cafe tersebut, Seojin pun segera bangkit dari posisinya dan berbalik untuk menghadap pada pelanggan yang datang. Sedangkan Joensu dengan ramahnya menyapa pelanggan itu sambil memberikan sebuah isyarat pada Seojin agar cepat melayani pelanggan mereka. Seojin berjalan untuk mengambil menu, tetapi Jeonsu telah lebih dulu mengambil menu tersebut dan melemparkan padanya, yang dengan sigap langsung menangkap buku hitam bertuliskan menu itu. Seojin berdehem pelan kemudian berjalan mendekati wanita paruh baya yang memberikan senyuman lebar padanya. Wanita itu mengenakan coat berwarna hitam bermotif coklat dengan sabuk yang besar, yang terpasang di bagian pinggang. Coat itu sangat sosok dengan wanita paruh baya tersebut, mungkin karena bentuk tubuh wanita itu juga tidak begitu besar sehingga itu terlihat pas. Melihat senyuman itu, secara otomatis Seojin pun memberikan senyuman miliknya. “Silahkan Ajumma!” Ucap Seojin memberikan buku menu itu pada wanita paruh baya yang menggunakan parfum khas harum bunga daisy.  To be continued

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

PEPPERMINT

read
369.3K
bc

Rujuk

read
904.5K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

Sepenggal Kisah Gama ( Indonesia )

read
5.0M
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
53.9K
bc

HELP ME - BAHASA INDONESIA (COMPLETE)

read
9.9M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook