bc

Last Affection

book_age18+
3.6K
FOLLOW
28.7K
READ
love-triangle
fated
drama
tragedy
bxg
Writing Academy
Girlpower Revenge Writing Contest
Supreme Me Fiction Writing Contest
like
intro-logo
Blurb

Titania Kiaraswari tak bisa mengelak bahwa dia masih mencintai Nataniel Hendra Liam. Dia bahkan rela menjalani hubungan aneh dengan Nata meskipun calon Bos besarnya itu telah bertunangan dengan Saras.

Disaat hidupnya kembali kacau karena kedatangan Nata kembali, Tania dihadapkan pada kenyataan bahwa ibunya ingin menikahkannya dengan seorang pemuda yang juga datang dari masa lalunya.

Bima Alfarizi Gunawan.

Sayangnya perasaan Tania hanya kepada Nata. Tak pernah pudar sampai Nata yang menghapus rasa cinta itu sendiri.

dan Bima harus mengerti akan hal itu.

*

Titania Kiaraswari.

Tidak pernah sedikitpun akal sehat Bima berpikir untuk kembali bertemu gadis itu. Gadis yang dulu mengejar-ngejarnya kini berubah menjadi wanita yang benar-benar membuatnya jatuh cinta.

Sayangnya, Titania bukan lagi gadis yang tergila-gila padanya, wanita itu mencintai Nata dan sialnya, mereka saling mencintai.

Bima tak akan melepaskan Tita meskipun dia menangis untuk dilepaskan.

Dia akan membuat Tita tergila-gila padanya, seperti dulu.

Camkan itu

chap-preview
Free preview
Prolog
Aku menghentikan gerakan mouse dan melirik ke arah seseorang yang baru datang dari arah lorong. Lelaki itu tampak gagah dengan balutan jas coklat dan dasi merahnya. Aku menghela nafas dalam dan melempar senyum seadanya saat lelaki itu melewatiku, masuk ke dalam ruangannya. Baru setelah memastikan lelaki itu sudah menutup pintu dan tidak melirik dari dinding transparan dari ruangannya, Aku menghela nafas dalam. Masih sama sesaknya, masih sama sakitnya. Aku sudah berusaha meredam perasaan ini setiap melihat lelaki itu berada didekatku. Sayangnya, jantungku masih berdebar kencang dan perasaan yang kurasakan juga masih sama, sakit sekali Aku harus tetap bersikap profesional. Mengenyahkan perasaan yang mulai menyentuh ambang batas itu, aku kembali menyibukkan diri dengan proyek yang sudah dua bulan ini aku kerjakan. Jujur saja, selama tiga bulan terakhir, pergi ke kantor adalah hal terberat yang kulakukan. Aku tidak bisa bersikap baik-baik saja saat aku harus berhadapan dengan lelaki itu. Tidak akan pernah bisa. Karena aku masih mencintainya. Semudah itu. "Tania, berikan kepada saya laporan kemarin" suara orang yang berada di pikiranku ternyata sudah mulai menginterupsi pagiku. Aku menengadahkan kepala, melihat laki-laki itu sekilas seraya mengangguk ringan. Aku sudah terbiasa menjalankan akting cantik ini. Berlindung dibalik kata profesionalitas. Tidak ada yang curiga selama ini. Seharusnya, begitu juga hari ini. Aku membuka laci dibawah meja. Mengambil print-out draft laporan yang diminta oleh lelaki itu kemarin. Merapikan sejenak rok pensil sebatas lutut baru kemudian lamat-lamat berjalan ke arah ruangan wakil direktur itu. Jantungku kembali bergemuruh, namun sebisa mungkin kucoba menahannya. Aku mengetuk pintu dua kali sebelum masuk ke ruangan tersebut, Nataniel Hendra Liam ternyata sudah menungguku di sofa di tengah ruangan itu. Aku berjalan dan menyerahkan draft tersebut padanya. Nata-ku. "Silahkan duduk" Aku merinding. Suara berat dan cool itu tak pernah kudengar dari lelaki lain. Hingga saat ini, hanya suara laki-laki itu yang bisa membuatku seperti ini. Suara baritone yang siap mengacaukan pertahananku. Suara yang sangat menenangkan juga membuatku jatuh berkali-kali dalam lubang kerinduan. Seperti robot, Aku duduk di sofa single dan memperhatikan gerak-gerik atasanku itu. Mungkin ini sudah gila, tapi salahkan dia dengan stylenya yang sangat terlihat menawan itu. aku benar-benar ingin memeluknya sekarang. Dasar jalang. "Saya akan membaca draft ini dulu, tolong kirimkan softcopynya ke email saya" Aku mengangguk. "Baik pak" tepat saat itu dia menatapku, dua mata coklat terangnya itu membuat sekujur tubuhku melepas oksitosin dalam kadar yang tak seharusnya. Kami bertahan beberapa saat sebelum dia mengalihkan pandangan. "Ah ya" dia berjalan ke mejanya dan kembali dengan tangan yang tidak kosong. Dia memberiku sesuatu. Aku menegang melihat undangan berwarna biru muda itu. Semua sistem imunku berhenti dalam satu detik, bukan hanya sistem imunku, tapi juga jantungku. "Datanglah. Kamu termasuk salah satu orang berpengaruh dalam hidup saya" ujarnya tetap tenang, membuatku menelan ludah dengan susah payah. Undangan pertunangan Nataniel H Liam dan Sarasvati Bratawijaya. Mengalihkan perasaanku yang sudah kacau, aku mengambil undangan itu dan mengangguk. Berusaha bersikap professional seperti biasa. Namun air mataku yang menggenang tidak bisa dicegah lagi. Rasanya sakit sekali, Ya Tuhan. "Selamat, Pak. Semoga dimudahkan sampai ke pernikahan" aku berusaha tersenyum kearahnya. Dia tau betul bahwa itu adalah senyum paling terpaksa yang pernah kuberikan padanya. "Tania" suaranya kembali menginterupsi niatku untuk keluar dari neraka ini. aku mengalihkan pandangan. "Saya juga nggak bahagia" Aku menatapnya datar. "Bahagia atau tidak, ini sudah menjadi pilihan hidup anda. Pak, saya permisi" ujarku berjalan secepat yang kubisa, melarikan diri sejauh mungkin. Sungguh, aku tidak bisa lagi berhadapan dengannya lagi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Dependencia

read
186.2K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook