bc

Jarak Waktu dan Restu

book_age16+
839
FOLLOW
3.5K
READ
possessive
family
goodgirl
drama
sweet
bxg
campus
city
first love
friends
like
intro-logo
Blurb

Jihan harus menelan pil pahit ketika hubungannya bersama Damar tak di restui oleh orang tua Damar. Penolakan Ibu Damar membuat Jihan akhirnya menjauhi Damar meski hubungan mereka masih belum ada kata putus. Hal tersebut membuat Damar bingung dengan kekasihnya, sampai Jihan memilih untuk mengambil kesempatan ke Jepang membuat jarak dan waktu mulai membatasi hubungannya dengan Damar.

Damar marah saat tahu kekasihnya mengambil keputusan sendiri dan dia lebih marah lagi saat tahu Ibunya sendiri yang menjadi penyebab kepergian Jihan ke Jepang.

Bisakah Damar mendapatkan restu dari sang ibu untuk hubungannya bersama dengan Jihan? atau Damar harus melepas Jihan selamanya? Lalu Apa yang menjadi penyebab Ibu Damar tak merestui hubungan Damar dan Jihan?

**

Cover : Haruchi @siskavarynt

chap-preview
Free preview
1. Cerita pertama
Jihan baru saja keluar dari kelas bersama dengan Nana -teman satu kelasnya- mereka berjalan menuju kantin karena sekarang memang sudah menunjukkan waktu makan siang. Hari ini ada tiga mata kuliah dengan waktu yang lumayan berbeda jauh setelah jam kedua ini selesai, kelas pertama tadi mulai pukul 08.40 lalu di lanjutkan dengan kelas kedua tanpa jeda lebih dulu di jam 10.20 berakhir jam 12 tepat dan nanti Jihan baru akan masuk kelas lagi di jam 14.40 yang berakhir pada jam 16.20. Begitu melelahkan namun memang sudah sewajarnya di alami oleh mahasiswa jurusan bahasa Jepang seperti dirinya. Jadwal yang cukup padat sudah biasa di terima saat semester awal sampai semester ke tiga ini. Baru semester akhir-akhir akan sedikit lenggang karena mata kuliah pun mulai sedikit. Jihan dan Nana duduk di kursi yang letaknya di tengah kantin, kursi yang memiliki meja panjang cukup untuk enam orang setelah mereka memesan nasi katsu dan juga membeli air mineral. Sambil menunggu pesanan mereka di antar ke meja, sesekali Jihan menatap ke sekeliling kantin yang cukup ramai dengan mahasiswa dari berbagai jurusan. Ada empat jurusan di kampus ini dan semua jurusan merupakan bahasa asing dengan dua jurusan bahasa yang bisa di bilang paling di minati karena ada sampai tiga kelas di setiap angkatannya. Sementara dua bahasa lain hanya satu sampai dua kelas saja. "Han, ini lihat grup deh nama lo jadi perwakilan buat panitia ospek nanti. Wiihh divisi acara Han," ucap Nana sambil menatap layar handphonenya. Jihan yang merasa di panggil mengalihkan pandangan dari sekeliling kantin. "Jangan bercanda lo!" seru Jihan tidak begitu percaya dengan apa yang di katakan oleh Nana. "Perasaan gue nggak ajuin diri buat jadi panitia," lanjutnya. "Ih ... Beneran ini, kalau nggak percaya lo cek tu di grup kelas. Gue yakin ini kerjaan si Sinta yang masukin lo ke list panitia ospek tahun ini," ucap Nana. Jihan mengeluarkan handphonenya dari dalam tas kemudian membuka aplikasi chat dan mencari grup kelas mereka. Memastikan apa yang di ucapkan oleh Nana. Benar saja dia melihat ada namanya tertera di list kepanitiaan sebagai divisi acara. Jihan berdecak kesal kenapa dia harus di libatkan dalam acara ospek kampusnya padahal dia sama sekali tidak tertarik, lebih baik dia libur saja dari pada ikut dan menjadi bagian dari acara tersebut. Sungguh Jihan memang orang paling malas dalam acara kampus seperti itu. "Ya elah, bener-bener kerjaan si Sinta kalau ini. Lagian itu anak satu ngapain juga ajak gue di acara ospek, gue males banget mendingan di rumah bisa rebahan sambil nonton drakor," cerocosnya agak kesal mengingat kelakuan teman satu kelasnya -Sinta- yang sudah pasti menuliskan dia dalam kepanitian ospek tahun ini. "Udah terima aja, siapa tau lo bisa deket sama cowok di luar jurusan kita," ucap Nana. Jihan memutar bola matanya malas, kalau urusan cowok saja temannya ini memang paling semangat. Lagi pula mau cowok di dalam jurusan atau luar jurusan kalau tidak menarik di matanya tetap saja percuma. Boro-boro berpikir tentang cowok, huruf kanji saja sudah membuat Jihan pusing tujuh keliling. "Bisa di batalin gak ya, sumpah gue gamau jadi panitia," rengek Jihan kali ini menatap ke arah Nana, temannya itu malah mengangkat bahu tanda tak tahu membuat Jihan menelungkupkan wajah di atas meja. Bisa-bisanya dia menjadi panitia ospek. "Udah terima aja, biar lo mandiri dan gak manja." "Siapa yang manja?!" Jihan menekuk wajahnya sebal dengan ucapan Nana tadi. Nana terkekeh karena memang begitu faktanya, Jihan adalah cewek manja menurut dia. Jihan memikirkan tentang kepanitiaan itu, acara ospek di kampusnya memang sebentar lagi akan di laksanakan mungkin sudah seharusnya ia ikut dalam kepanitiaan karena jika sudah berada di list mau tidak mau dia harus setuju, akan sulit juga kalau harus menolak dan Jihan tak bisa melakukannya. Jihan mengembuskan napas pelan kemudian kembali menyantap makanan yang tadi di pesan sebelum makanan itu dingin dan tak enak di makan. Urusan kepanitiaan biarlah nanti dia pikirkan kembali. *** "Ta, lo kenapa pake bawa nama gue masuk ke panitia ospek sih?" tanya Jihan pada Sinta, dia baru saja selesai kelas terakhir dan menghampiri Sinta yang masih membereskan buku ke dalam tas. "Apa salahnya sih, Han?" Sinta menatap Jihan yang berdiri dengan tangan dilipat dan wajah yang tampak kesal. "Sekali-kali lo ikutan kegiatan kampus," sambungnya. "Ya salah, gue kan gamau ikut!" seru Jihan kesal. "Kali ini aja, Han. Kesempatan bagus buat lo ketemu sama cowok di luar jurusan kita," balas Sinta di akhiri dengan kekehan kecil. "Lo sama Nana sama aja, cowok mulu bahasannya dan kenapa juga gue yang terlibat sih." "Nah kan, Nana aja setuju sama gue. Gini ya Han, lo udah hampir setahun lebih kuliah jadi udah waktunya lo deket sama cowok." "Mau deket kek, nggak kek, urusan gue kali kenapa kalian yang jadi ribet!" perkataan Jihan kali ini agak ketus. Dia paling tidak suka jika sudah mulai melibatkan dirinya dengan laki-laki, lagi pula masalah dekat atau memiliki kekasih ya itu masalah nanti. "Maksud kita ini baik, Han. Udah ya lo terima aja jadi panitia lagian itu udah keputusan final dan kalau lo nolak ya lo harus bilang langsung sama Ketua Panitia nanti." "Siapa Ketuanya?" tanya Jihan. "Kak Damar, masih satu jurusan sama kita." Jihan yang mendengar perkataan Sinta hanya bisa diam, kalau menolak harus bicara dengan Ketua Panitia makin saja urusannya panjang apalagi dia sama sekali tidak kenal dan tidak pernah bertemu dengan laki-laki bernama Damar yang merupakan kakak tingkatnya. Jihan juga paling tidak suka jika harus berurusan dengan Ketua apa pun itu karena dari bicara saja harus dengan bahasa formal, bukan dirinya sekali. Kalau begini ya seperti yang sudah dia perkirakan tadi dia harus menerimanya. Jihan pun berjalan keluar dari kelas bersama dengan Sinta setelah pembicaraan tadi, lalu mereka masuk ke dalam lift dan turun ke lantai satu. "Gue duluan," pamit Jihan pada Sinta yang memilih untuk pergi ke ruang himpunan lebih dulu. Sementara dia ke arah parkiran di mana mobilnya berada. Sesampainya di parkiran, Jihan langsung memasuki mobil dan menyalakan mesin mobil kemudian meninggalkan area parkiran kampus. Jihan mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, sepanjang perjalanan pulang dia mengingat lagi apa yang terjadi di kampus tadi meski mencoba melupakannya dan menerima semua tapi tetap saja masih kesal dengan keputusan teman satu kelasnya itu. Kenapa harus dia yang menjadi panitia ospek? ** Satpam yang berjaga di depan rumah Jihan membukakan gerbang melihat mobil milik anak majikannya akan masuk ke halaman rumah, mobil putih itu pun langsung memasuki halaman rumah yang cukup megah dengan taman kecil yang letaknya berada di samping rumah, juga ada kolam ikan yang tak jauh dari taman tersebut. Jihan keluar dari mobil sambil membawa tas dan beberapa buku modulnya, lalu berjalan menuju pintu rumah bercat putih. Terdengar jawaban salam dari dalam rumah saat dia mengucapkan salam dan masuk ke dalam rumah. Seorang wanita paruh baya namun masih terlihat begitu cantik sedang duduk di ruangan tengah sambil membaca sebuah majalah. "Sore Ma," ucap Jihan kemudian duduk di samping wanita yang sedang membaca majalah tersebut. Niken -Ibu Jihan- mengalihkan tatapan dari majalah dan tersenyum menyambut anaknya. "Gimana kegiatan hari ini?" tanya Niken pada Jihan. Selalu seperti itu setiap kali anak-anaknya pulang dari kegiatan di luar rumah. Jihan mengembuskan napas pelan, membuat Ibunya mengerutkan alis keheranan, sepertinya ada hal yang terjadi pada anaknya hari ini. Jihan menegakkan tubuhnya dan menatap Niken dengan tatapan memelas, begitulah di mata Niken. "Tahu gak, Ma. Masa aku bakalan jadi panitia ospek di kampus tahun ini," ucap Jihan agak merengek pada Ibunya. Niken yang mendengar hal tersebut hanya bisa tersenyum kecil, kenapa anaknya seperti menyesal dengan hal tersebut. Bukannya itu kegiatan yang menyenangkan bisa menjadi bagian dari acara orientasi mahasiswa baru di kampus. Dulu saat ia menjadi mahasiswa juga selalu ingin terlibat dalam kegiatan tahunan tersebut. "Bagus dong, jadi ada kegiatan juga dan bisa terlibat di acara kampus," ucap Niken yang malah membuat Jihan semakin cemberut. "Ih Mama ... Bagus dari mana sih, aku nggak mau ikutan kegiatan itu," rengek Jihan bahkan sekarang matanya sudah berkaca-kaca. Persis seperti anak kecil yang tidak ingin makan sayur karena di paksa. "Eh ... kok malah mau nangis. Kalau gitu kan kamu bisa nolak," ucap Niken. "Nolak gimana, di suruh langsung ke Ketuanya Mama ..." Jihan malah makin merengek seperti anak kecil, "Nanti kalau aku capek gimana, terus pegel kakinya." Niken menggeleng pelan, begini kalau dia dan suami terlalu memanjakan Jihan. Meski usianya sudah menginjak kepala dua tapi kelakuannya masih seperti anak kecil. Belum lagi kedua kakak laki-laki Jihan yang juga memanjakan adiknya, anak perempuan, bungsu di keluarga mereka itu semakin saja manja. "Terus gimana? Papa yang bilang sama ketua acaranya?" tanya Niken yang di balas dengan gelengan oleh Jihan. "Nanti dikira anak TK, gini aja masa harus sama orang tua," ucap Jihan cemberut. "Ya udah ikut aja, kegiatannya tiga hari doang kan sama kaya kamu waktu itu ospeknya." "Iya deh," gumam Jihan pasrah. ** Jihan menuruni tangga menuju ruang makan setelah tadi asisten rumah tangganya mengatakan kalau dia sudah di tunggu oleh anggota keluarga lain di ruang makan untuk makan malam bersama. Sudah ada Papa, Mama dan juga kedua kakak laki-lakinya, Dio dan Sean. Jihan duduk di samping kakak keduanya -Sean- setelah meminta maaf karena membuat yang lain menunggu. Semua anggota keluarga pun mulai menikmati makan malam termasuk Jihan yang sedari tadi diam tak seperti biasanya. Sadar akan tingkah adiknya yang terus diam tak seperti biasa, Dio -kakak pertama Jihan- berdeham membuat semuanya secara bersamaan melihat kode yang di berikan Dio dan mereka memandang ke arah Jihan. "Dek, makanannya gak enak?" tanya Ayahnya -Pram- pada Jihan. "Enak Pa," balas Jihan dengan suara pelan dan wajah menunduk. "Kenapa?" tanya Sean yang duduk di samping adiknya, dia mengelus rambut Jihan yang terurai. Sebenarnya Sean sudah mengetahui apa yang membuat Jihan murung seperti ini dari Ibu mereka tapi dia ingin mendengar dari mulut adiknya sendiri, begitu juga dengan yang lainnya menunggu Jihan berbicara pada mereka semua. Jihan yang merasakan semua mata menatap dirinya kemudian mengangkat wajahnya dan menatap mereka berempat. "Jihan kesel!" serunya. "Kesel kenapa? Cerita sama kita," ucap Dio yang pertama kali merespon. "Udah tahu juga kan dari Mama," balas Jihan menggerutu. Mereka tersenyum melihat Jihan yang menggerutu seperti itu. "Kalau gak mau, kan tadi juga udah Mama bilang nanti Papa yang bilang ke ketua acaranya," ucap Niken kembali masih menawarkan seperti tadi sore. "Gak mau! Masa sama Papa." Jihan kembali merengek. "Kalau gitu sama abang aja gimana? Atau sama Kak Dio?" Sean yang kali ini memberi tawaran, namun jawabannya masih tetap sama Jihan menggeleng. "Jadi maunya gimana?" tanya Pram yang masih sabar melihat tingkah anak perempuannya itu yang masih sangat kekanakan. "Ikut aja," lirihnya. Meski dalam hati Jihan kembali menggerutu, ini memang gara-gara Sinta!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
464.7K
bc

You're Still the One

read
117.3K
bc

Rujuk

read
908.6K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.2K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Mas DokterKu

read
238.6K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook