Forced to Marrid

1401
Hari demi hari waktu pun begitu cepat berlalu, Tuan Willian telah menyerahkan kuasa untuk mempersiapkan acara pernikahan antara Rafael dan Fiona. Gisel membantu Ruben untuk membuat Fiona cantik. Meskipun awalnya Fiona menolaknya tetapi pada akhirnya dia menyetujuinya. Fiona belajar berdandan menjadi wanita yang lebih baik dari sebelumnya. Namun dirinya menyadari bahwa dia tidak boleh menghabiskan uang dari pemberian Tuan Willian. “Kakak Fio, kau harus selalu berdandan ya, agar kau tetap cantik dan Mas El akan jatuh hati padamu,” ucapnya. Fiona tersenyum dan mengangguk pelan. “Enggak apa-apa kok, Gisel. Cinta itu gak harus memiliki,” sahut Fiona. “Itu berarti kakak mencintai Mas El? Cie cie. Aku sih, enggak keberatan kalau kakak mencintai Mas El. Aku senang,” gumam Gisel. Kedua wanita itu tertawa bahagia. Sementara Rafael memilih menyendiri di sudut ruangan. “Hah hih huh, apa sih. Sampai kapanpun aku itu gak akan naksir dengan pembantu,” teriak Rafael kesal. Meskipun penampilan Fiona sedikit lebih cantik tetapi Rafael masih menatapnya benci. Pria itu segera meninggalkan ruangan, tempat digelar acara resepsi pernikahan antara Fiona dan dirinya. Ketika hendak keluar dari ruangan tersebut tangan Rafael berhasil dicegat oleh Ruben. “Mau ke mana sih? Sudah dicoba belum baju pengantinnya, El?” “Sudah! Lepasin tanganku!” “Emang mau ke mana sih?” tanya Ruben. Pria itu menatap El bingung. “Mau ke kantor,” sahutnya. Dia melepaskan tangannya dari Ruben. Pria itu melangkah keluar ruangan. Dia berjalan menuju ke ke kantornya. Sementara di sisi lain, Tuan Willian sedang bergelut dengan tumpukan kertas yang berada di atas mejanya. “Besok adalah hari kemenanganku dari Roberto. Aku akan melakukan segala cara agar Rafael tidak menikah dengan gadis itu. Kita akan selalu jadi musuh, ingant itu!” gumam Willian dingin. Persaingan bisnis yang terjadi pada kedua lelaki paruh baya ini membuat hubungan Rafael dan Nadine menjadi rumit. Rafael tiba di kantor beberapa menit yang lalu. Pria itu dengan cepat melangkah ke dalam ruangannya. “Oh Tuhan, besok adalah hari pernikahanku. Hidupku akan berakhir di tangan wanita itu,” gumam Rafael. Pria itu menepiskan rasa galaunya dan kembali membuka laptop untuk menyelesaikan tugasnya. Disaat yang lain sedang sibuk mengamati persiapan penikahan yang akan digelar besok hari, Rafael justru menenangkan dirinya dengan bekerja dengan kata lain menepis rasa galaunya yang entah kapan berakhir. Malam sudah semakin larut tetapi Rafael dan Fiona tidak bisa memejamkan matanya. Hatinya resah membayangkan pernikahannya besok. Meskipun hanya pernikahan kontrak tetapi ini menjadi pengalaman pertama mereka. Fiona belum bisa membayangkan pernikahannya besok. Setelah dia melahirkan anak dari majikannya, bagaimana dia akan menjalankan kehidupannya dikemudian hari. Fiona berusaha memejamkan matanya, dia tidak mau matanya menjadi bengkak di acara pernikahannya besok. ** Tok tok tok… ketukan pintu membuat lamunan Fiona membuyar pagi ini. Semalam Fiona tidur di rumah calon suaminya. “Kakak, ini aku Gisel.” Fiona tau itu suara calon adik iparnya. “Em, Iya sebentar.” Fiona membukakan pintu kamarnya “Kakak, ayo mandi. Kau tidak usah takut, aku akan mendampingimu nanti ya,”ujar Gisel “Iya mandilah sebentar lagi perias akan datang,” timpal Willian. Tuan itu menghampiri calon menantunya di kamar. “Baik, Tuan.” Angguk Fiona. Gisel kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sedangkan Rafael masih tidur di kamarnya. Kevin membangunkan kakaknya agar tidak bangun kesiangan. “Kak El, ayo bangun. Kau akan menikah dengan wanita yang cantik,” bisik Kevin. Pria itu reflek mengubah posisinya menjadi duduk. Kedua tangannya mengucek-ngucek matanya. “Sekarang jam berapa?” “Jam 8. Buruan kakak harus siap-siapa. Nanti Papa bisa marah,” ucap Kevin. Tuan Muda El mengangguk. Pria itu langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. ** Klek Fiona keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk yang cantik milik Gisel. Wanita itu menatap kagum Gisel yang duduk di atas tempat tidur. Gisel begitu baik kepada Fiona sampai dia merasakan kasih sayang dari adiknya sendiri. “Kakak pakai ini ya,” Gisel memberikan satu set pakaian untuk Fiona. Gisel dengan setia menemani calon kakak iparnya di dalam kamarnya. Sedangkan Rafael juga sedang bersiap-siap di kamarnya dengan adiknya, Kevin. “Kakak, kau terlihat sangat tampan,” gumam Kevin. Pujian Kevin tidak direspon Rafael. Dia masih kepikiran dengan kehidupan yang akan dijalaninya bersama Fiona. Tok… Tok… Tok… “Maaf Tuan Muda, kita harus pergi sekarang.” supir keluarga Willian menghampiri Rafael di kamarnya. “Iya.” Rafael melangkah keluar ditemani oleh adiknya. Tidak banyak yang hadir dalam pernikahan ini. Hanya keluarga Willian dan Fiona saja yang akan menyaksikan upacara pernikahan ini. “Sudah siap?” tanya Willian. “Iya Pa, semua sudah siap. Mas El sudah menuju kantor sipil terlebih dahulu,” sahut Gisel. “Kakak pakai high heel ini ya.” Gisel memberikan high heel transparan dengan sentuhan gold yang mengilap di atas dan belakangnya. Di sisi lain, Rafael sudah sampai di tempat acara upacara pernikahan, kini giliran Gisel mengantarkan Fiona untuk menyusul ke sana. Fiona menggenggam erat tangan Gisel hingga tangannya mengeluarkan keringat dingin. “Kakak gugup ya?” tanya Gisel “Hem… Iya, aku gugup banget.” Fiona menjawab pertanyaan Gisel dengan jujur. “Aku jadi ikutan gugup ni, kak. semoga acaranya lancar ya. Oh ya! nanti kalau acaranya sudah selesai. Aku akan minta Papa untuk daftarin kuliah bareng aku ya, biar kita kuliahnya bareng-bareng,” gumam Gisel. Fiona menggeleng pelan, “Gak usah Non Gisel,” tolak Fiona. “Oh ya! Mulai hari ini jangan panggil non Gisel lagi ya, panggil namaku saja. Sebentar lagi aku akan punya kakak ipar,” pinta Gisel “Tapi kan saya bekerja di sini, Non.” “Pokoknya Gisel mau kakak panggil aku nama saja tanpa pakek Non ya. Anggap aku sebagai adik ya jangan sebagai majikan, please kak.” Gisel memelas. Fiona menghela nafasnya sambil tersenyum. “Baiklah, adik ipar.” Kemudian Fiona menyetujuinya. Tak lama kemudian, mobil yang ditumpangi Fiona tiba di tempat parkir. Gisel dan Fiona turun bersamaan, “Ayo kak,” gisel mengulurkan tangan ke arah Fiona. Dengan sangat anggun, Fiona keluar dari mobil. Kedua wanita cantik itu berjalan beriringan dengan calon ibu mertua. “Widih cantik banget,” celutuk Kevin yang terpesona dengan kecantikan Fiona. “Kau menyukai Fiona,” tanya Rafael. Kevin reflek mengangguknya tanpa menjawab satu kata dari kakaknya. “Idih cemburu. Jadi sekarang sudah naksir dengan Fiona? Cie-cie,” goda Kevin. “Diam! lagian siapa yang cemburu sih, cantikan Nadine dari pada dia. Pembantu gak ada cantiknya!” ketus Rafael kesal. “Eh cinta bilang benci, cie. tapi kalau kak Rafael gak mau ya gak apa-apa kok, biar aku yang gantikan hari ini,” bisik Kevin. “Berisik!” “Lagian nanti aku ceraikan dia kalau dia sudah lahiran anakku. Semua ini aku lakukan untuk Papa yang terus meneror minta cucu,” gumam Rafael. “Apa? maksutnya kawin kontrak?” tanya Kevin penasaran. Rafael mengangguk cepat sambil tersenyum licik. “Kasihan Fiona,” lirih Kevin. “Kalau kau suka dia, ambil saja dia nanti untukmu tapi setelah aku ceraikan dia,” bisik Rafael. “Huuuft,” Kevin menghela nafasnya. Dia baru tau kalau pernikan Fiona dan kakaknya itu hanyalah di atas kertas. Lalu hatinya merasa tersentuh. Apa ini artinya dia akan maju untuk mendapatkan hati Fiona. Pria itu menyukai Fiona dalam diam namun gayanya yang sedikit dingin itu tidak terlihat orang lain kalau dia menyimpan rasa. “Seharusnya aku yang di sana dampingi dia,” gumam Kevin dengan Gisel. “Kakak menyukainya?” “Iya, dia gadis yang luar biasa. Aku akan mendapatkannya setelah dia bercerai dengan Rafael,” ujar Kevin. “Apa? maksutnya bagaimana kak? Aku gak paham?” Gisel meminta penjelasan dari kakak keduanya. “Iya, kata Rafael. Dia akan menceraikan Fiona setelah Fiona melahirkan anaknya. Dia gak cinta dengan Fiona. Dia cinta Nadine. Tapi dia gak punya pilihan lain selain mengikuti permintaan Papa. Aku baru tau kalau pernikahan mereka ini hanya kontrak,” jelas Kevin. Gisel mengangguk paham. Fiona dan Rafael berjalan berdampingan. Wilson menujukan rasa bahagianya meskipun nantinya keponaannya itu akan bercerai dengan majikannya tapi Wilson gak mempunyai pilihan lain selain sabar. Fiona mendambakan penikahan sekali seumur hidup tetapi sekarang menjadi mimpi buruknya karena pernikahan ini akan segera berakhir seelah dia melahirkan anak untuk majikannya. Kedua pengantin ini saling bertukar cincin setelah mencatat pernikahannya di kantor sipil. “Selamat, Fio,” ucap Kevin sambil memeluknya. “Selamat, Mas. Jadi suami yang baik ya,” gumamnya. “Kau terlihat bahagia tapi tidak denganku. Lihat apa yang aku lakukan setelah acara ini. Aku gak menganggapmu istriku,” kerutu Rafael kesal.
신규 회원 꿀혜택 드림
스캔하여 APP 다운로드하기
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    작가
  • chap_list목록
  • like선호작