Menunggu Kamu

862
Pertanyaan Alma membuat kedua bodyguard itu tercengang. bagaimana tidak, ia melontarkan pertanyaan dengan begitu banyaknya sehingga keduanya tidak bisa menjawabnya. "Kenapa kalian diam saja?" tegas Alma. "I-itu! Dia masih disana," tunjuk Akmal sembari gelagapan. "Kalau begitu kami permisi dulu, Nona!" ucap Farhan sembari menarik lengan Akmal agar secepatnya pergi dari tempat itu. Melihat gelagat kedua bodyguard itu, membuat Alma keheranan. Namun ia sudah tidak peduli lagi karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan malam itu. "Dasar orang aneh, ditanya begitu saja, seperti ditanya sama hantu!" gerutu Alma. ***** Ketika bar itu sudah mulai sepi, Daffa berusaha mendekati Alma yang sedang membereskan botol minuman. Daffa ingin lebih dekat dengan gadis itu, karena ia mulai menyukainya. Sesuatu yang disukai, harus ia dapatkan sampai ke dalam genggaman tangannya. "Nona!" panggil Daffa sembari mendekati Alma dan beberapa bartender lainnya. "Panggil saja saya Alma, Tuan," sahut gadis itu tanpa melirik sedikitpun kepada Daffa. "Oh, okey. Alma! Kamu juga panggil saya Daffa saja, hehe," kata Daffa menyengir. "Kapan kamu pulang? Semalam inikah?" tanya Daffa penasaran. "Ya nanti kalau sudah sepi, baru aku pulang," ucap Alma yang masih fokus membereskan botol-botol. "Kenapa gak sekarang aja pulangnya? Masa perempuan pulangnya malam terus, apa kata orang nanti," celetuk Daffa. Seketika Alma berhenti sejenak untuk membereskan botol-botol itu. Ia merasa tersinggung dan merasa risih dengan pertanyaan Daffa yang terlalu menohok. "Apa kamu perlu sesuatu Tuan Daffa? Atau mau bayar sekalian sama yang kemarin itu?" ucap Alma mengalihkan pembicaraannya Daffa. "Oh, okey siap! Mana bon-nya?" tanya Daffa dengan sumringah. Tanpa basa-basi lagi, Alma segera mengambil bon milik Daffa di tempat kasir. Setelah itu, ia memberikannya tanpa menoleh sedikitpun ke arah wajah Daffa. Padahal sedari tadi Daffa memperhatikannya terus tanpa berkedip sekalipun. Ia benar-benar telah menyukai gadis itu tanpa memikirkan resiko yang akan membuat seseorang terluka. Daffa pun langsung mengambil beberapa uang tunai dari dalam dompetnya. Lalu ia berikan uang itu kepada Alma. Seketika Alma tercengang melihat uang yang diberikan Daffa yang begitu banyak sekali. "Maaf, Tuan! Uangnya kelebihan, kan dibon tertera hanya—" Belum juga selesai bicara, Daffa langsung memotong pembicaraan Alma, "Sisanya buat kamu dan teman kamu yang kemarin bantuin aku, saat aku mabuk, ya anggap saja itu uang tip buat kalian." "Tapi—" "Ya sudah kalau tidak mau sini balikin lagi uangnya." Daffa langsung berusaha mengambil uangnya lagi dari tangan Alma. Seketika Alma pun menghindarinya agar uang itu tetap ada pada genggamannya. "Iya-iya mau Tuan! Eh Da-Daffa maksudnya!" Daffa pun tersenyum melihat Alma yang kegirangan setelah diberi uang oleh dirinya. Alma pun langsung memberitahukan kepada rekan kerjanya, ia juga tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Daffa. Karena selama ia bekerja di bar itu, yang memberi uang tip sangat banyak adalah Daffa. "Dasar wanita, dikasih uang segitu aja girang banget. Gimana kalau aku kasih satu koper? Pasti dia kelepek-kelepek," batin Daffa yang masih melihat Alma dan teman-temannya kegirangan. "Aku mending nunggu dia di luar saja deh, siapa tau dia mau pulang bersamaku, udah berjam-jam disini masa gak membuahkan hasil," pikir Daffa dengan pedenya. Daffa pun langsung segera keluar dari bar itu, selang beberapa lama kemudian, akhirnya bar itu tutup juga. Daffa hampir saja ketiduran lagi di kursi yang ada di luar bar, saking lamanya menunggu Alma. Apalagi malam semakin larut, cocok untuk para orang-orang beristirahat dengan damai. "Loh! Itu kan pria yang ngasih uang tip ke kita? Kenapa masih ada disini ya?" celetuk Ikhsan. "Apa mungkin dia mabuk lagi dan ingin tidur disini lagi?" tanya Doni kepada Alma dan Ikhsan juga beserta bartender lainnya yang siap untuk segera pulang. "Aku rasa tidak! Ini menyangkut soal Alma deh!" celetuk yang lainnya. "Iya, sepertinya ini urusannya sama kamu deh Al, soalnya baru kali ini aku dapat uang tip banyak banget. Apa jangan-jangan waktu malam kemarin dia—" Seketika pembicaraan Ikhsan terhenti. Ia menatap Alma sambil berpikir yang macam-macam. Ia pun tertawa kecil dan berkata lagi, "Hayo! Waktu kemarin malam apa yang kalian lakukan?" "Apaan sih Mas, aku tidak melakukan apa-apa kok," ucap Alma yang pipinya mulai merah karena malu. "Jangan-jangan, dia sedang menunggu kamu deh, Al," tutur salah satu bartender lainnya. "Nah loh, Al! Dia pasti sudah mulai menyukaimu. Biar bagaimanapun juga, kami udah tau dan sudah berpengalaman juga, kalau ciri-ciri orang yang sedang kasmaran itu tidak lain ya seperti ini. Tuh lihat! Dia sedang menatap kamu terus kan," ledek Doni sambil menyeringai. "Masa sih! Ya ampun kenapa aku jadi dag dig dug begini? Kenapa rasanya beda terhadap pria ini? Apa benar aku sedang kasmaran juga? Ya Tuhan!" ucap Alma dalam hatinya. "Ya sudah Al, kita pulang duluan, jaga diri baik-baik ya," ucap Doni tersenyum kecil. Doni dan Ikhsan serta rekan kerja lainnya pulang terlebih dahulu, sementara Alma ditinggal sendirian. Di depan bar itu, hanya Ada Alma dan Daffa yang sama-sama berdiam diri sambil saling menatap satu sama lainnya. Alma pun berjalan menghampiri Daffa dan bertanya, "Kamu kenapa belum pulang?" "Nungguin kamu!" jawab Daffa singkat. Deg ... Jantung Alma kian berdetak kencang. Ada rasa yang tidak biasa terhadap Daffa, sementara Daffa pun merasakan hal yang sama atas perasaan yang salah itu. Memang bagi Daffa cinta ini sangat salah, tapi dia pun tidak bisa menahan rasa sukanya karena ia pun laki-laki yang normal pada umumnya. * * * BERSAMBUNG ...
신규 회원 꿀혜택 드림
스캔하여 APP 다운로드하기
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    작가
  • chap_list목록
  • like선호작