Jelita kembali sendiri dalam kamarnya. Sejak pertama menginjakkan kaki disitu, ia memang belum pernah sekalipun dengan sengaja mengamati ruangan yang selama beberapa hari ini menjadi kamar tahanannya. Sekarang; saat pikirannya sedang terbuka seiring adrenalin mengalir dalam tubuhnya kembali, ia mencoba dengan lebih seksama lagi menyusuri ruangan yang tidak terlalu luas itu. Lalu satu hal baru yang tak ditemukan sebelumnya, tiba-tiba saja langsung dapat ia lihat begitu matanya menyapu ruangan. Tirai tebal penutup sebuah tempat yang merupakan jendela, tadinya belum pernah memancarkan cahaya remang seperti itu. Ia ingat persis jika dulu pernah mencoba membuka tirai tersebut, dan menjumpai jika dibaliknya ternyata hanya ada papan kayu rapat tanpa sedikitpun celah untuk memandang kelu