Semuanya berlangsung sangat tenang sesuai rencana. Tapi tiba tiba, peluh menutupi pelipis Arka. Pendingin ruangan di hidupkan tapi wajah gusar Arka membuat Shilla yakin, kalau laki laki itu, tidak sedang kepanasan. “Bapa engga apa apa kan?” tanya Shilla memastikan. Begitu mata mereka bersitatap. Arka tak bisa menutupi apa yang ia rasakan. “Menyiksa.” Tutur Arka dengan penuh makna. “Sakitnya begitu menyiksa saat saya mencoba mengingat kamu di masa lalu.” Tutur Arka. Mata Shilla tak bergerak penuh keterkejutan. Ia menatap Arka yang sudah pucat dan mulai mencengkeram erat kepalanya. Mengerang menahan rasa sakit. “Pak Arka…” panggil Shilla saat Arka semakin mencengkeram erat kepalanya. Mencoba menyakiti diri sendiri. “Bapa baik baik aja k