Seperti biasa, di pagi harinya Tiwi tetap mempersiapkan segaala sesuatu yang diperlukan oleh Wendi untuk berangkat bekerja. Dia tidak akan melupakan hal yang terjadi semalam, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang istri. “Kamu nggak usah capek-capek siapin sarapan untuk aku lagi mulai sekarang,” titah Wendi saat melihat di meja makan sudah ada sepiring nasi goreng kesukaan Wendi sejak dulu kalanya. “Kenapa, Bang?” tanya Tiwi sengaja. “Aku sarapan di luar aja mulai sekarang, jadi nggak usah disiapin sarapan buat aku. Mending kamu urus tuh si kembar yang tiap pagi udah rewel aja,” jawab Wendi dengan nada cuek dan terus duduk untuk meminum teh hangatnya. “Oh gitu. Mau sarapan berdua sama si Karin itu, ya?” tanya Tiwi yang sengaja menyinggung nama Karin. We