PROLOG

1213 Kata
Milla Seliya, gadis berusia dua puluh empat tahun yang bekerja sebagai staff akuntan di sebuah perusahaan start up di Jakarta. Sudah sekitar setahun ia bekerja di sana. Dan perusahaannya, semakin menunjukkan kemajuan yang cukup baik sekarang. "Mil, kamu kan angkatan pertama di kantor ini. Kerjaan kamu juga bagus. Kok Pak Bos nggak naikin jabatan kamu, ya? Aneh nggak sih? Dia malah rekrut orang baru buat jadi manajer keuangan bulan lalu," bisik Renata, teman Milla. Milla menghentikan pergerakan tangannya di atas keyboard sebelum menoleh ke arah Renata. "Kamu lupa, syarat penerimaan manajer kemarin kan minimal S1. Sedangkan ijazaku cuma sampai D3. Masih boleh kerja di sini aja udah syukur-syukur, Ren," balas Milla. Benar. Secara teori, harusnya Milla yang merupakan pegawai angkatan pertama, ikut berjuang sejak perusahaan didirikan bisa mendapat sedikit penghargaan. Terlebih, pekerjaannya pun rapi. Kepribadian Milla juga cukup baik di kantor. Ia jarang terlibat masalah meski tak jarang teman sekantornya mengadakan demo kecil-kecilan. Maklum, perusahaan itu memang terhitung baru namun perkembangannya cukup pesat hingga sesekali para pegawai merasa jika perkembangan tersebut tidak diikuti pula dengan upaya perusahaan dalam mensejahterakan pegawainya. Bahkan masalah gaji, masih ada saja yang di bawah UMK meski sekarang standar yang perusahaan mereka berikan sangat tinggi. Seperti yang Milla dan Renata bahas sebelumnya, minimal harus lulusan S1. Perusahaannya tetap berpatokan pada syarat utama, yaitu riwayat pendidikan. Jika bisa, Milla pun ingin melanjutkan studinya hingga S1, tapi apa boleh buat, ia dulu gagal mendapat beasiswa S1, jadilah ia mengambil D3 saja agar bisa kuliah sambil kerja, dan dapat segera lulus. Ia bukan berasal dari kalangan berada. Ibarat jika masih ingin makan besok, maka hari ini Milla harus banting tulang bekerja. Gajinya hanya sebatas cukup untuk membiayai kebutuhan primer dan sebagian sekundernya. Menabung? Hanya jika ia mendapat uang lembur atau dinas luar saja. "Ck, Ren, Ren. Kayak nggak tahu aja gimana Milla. Dia mah dikasih apa aja udah syukur, nggak kayak kita yang apa-apa mengeluh. Hubungan Milla sama perusahaan itu udah kayak toxic relationship. Milla selalu disakiti tapi dia tetap setia," Nada ikut menimpali. Sementara Milla hanya tersenyum menanggapinya. "Eh tapi serius. Aku malah jadi curiga kalau Pak Bos ada apa-apa sama manajer baru itu. Jangan-jangan dia masuk lewat jalur orang dalem lagi," ujar Renata. "Nah itu dia. Pasti lah. Lagian sudah hal yang dianggap wajar kan sekarang apa-apa pakai orang dalem. Jangankan instansi swasta kayak kita, yang negeri pun banyak," sahut Nada. "Udah, biarin. Intinya dia lolos, kan? Ya berarti memang rezeki dia," sambung Milla yang membuat dua sahabatnya geleng-geleng kepala. Milla bukanlah malaikat yang sempurna dan baik hati. Ia hanya manusia biasa. Hanya saja, ia memang tergolong cuek dan malas mengurusi hal-hal yang tidak perlu seperti ini. Hal yang menurutnya sama sekali tidak berpengaruh untuk hidupnya. "Kamu nggak bisa terus pasrahan gini loh, Mil. Coba deh, belajar usaha mempertahankan hak-hak yang layak kamu dapatkan! Kamu tuh layak naik jabatan. Eh malah diserobot sama anak baru," usul Renata. "Bener sih. Kamu pasrahan banget orangnya. Kayak ibarat, misal kamu tahu kamu mau mati aja, kamu nggak akan peduli," sambung Nada. "Ya nggak gitu juga. Cuma ya buat apa sih, aku terlalu memikirkan hal yang bahkan nggak ngaruh ke hidup aku? Aku udah fine-fine aja kok kerja di posisi ini. Yang penting masih bisa makan, bisa hidup normal kayak yang lain. Siapa sih yang nggak pengin kaya? Tapi ya udah lah, kalau mampunya segini ya syukuri aja dulu. Nanti juga ada waktunya kita akan ada di atas," balas Milla. Nada dan Renata hanya bisa kembali menggeleng-gelengkan kepalanya heran. "Nah, selesai. Aku mau nyerahin ini ke Pak Bos dulu, ya!" ujar Milla sembari menyimpan beberapa lembar kertas yang baru ia print ke dalam map berwarna biru. Setelah itu, ia bangkit dan melenggang pergi. Meninggalkan dua rekan kerjanya yang masih asyik membicarakannya. 'Braakkk' Milla tersentak. Ternyata novelnya terbawa. Ia tidak sadar. Karena seingatnya ia hanya membawa map saja. Milla meraih n****+ kesukaannya itu. Sebuah n****+ fantasi romansa terjemahan berjudul "Lady Rania and The Prince". Milla tersenyum sebelum akhirnya menyimpan kembali n****+ itu di laci meja kerjanya. 'Tok tok tok' Milla mengetuk pintu ruangan Pak Hakim, bosnya. "Permisi, Pak. Ini saya mau mengantar laporan yang kemarin Bapak minta. Silakan dicek isinya," ujar Milla ramah. Pak Hakim tampak membolak-balik file yang Milla serahkan, sebelum akhirnya menyuruh Milla pergi. Sampainya di luar ruang kerja Pak Hakim, Milla hanya bisa menghela napas panjang. "Hasil kerjaku selalu memuaskan Pak Bos. Tapi kapan aku bisa naik pangkat? Iya sih menerima dengan lapang d**a. Tapi nggak ada salahnya dengan berharap, kan? Aku juga pengin kali, punya hidup yang mapan, dapat gaji bulanan yang cukup untuk makan berbulan-bulan, disegani orang. Ah ya pokoknya aku masih normal dan pengin ngerasain hidup jadi orang berada lah," pikir Milla. Saat ini Milla sudah kembali ke ruang kerjanya. Milla menatap n****+ di tangannya, "kapan nasibku berubah, seperti Lady Rania yang awalnya merupakan putri seorang bangsawan yang tinggal di wilayah perbatasan, dan berakhir menjadi putri mahkota yang dicintai seluruh rakyat?" gumam Milla. Milla sangat suka dengan karakter Rania. Ia merasa, dirinya dsn Rania memiliki banyak kesamaan. Yah, meskipun Rania cukup beruntung terlahir sebagai putri bangsawan dan berakhir dinikahi putra mahkota, sementara nasib Milla masih begini-begini saja. "Andai aku bisa terlahir kembali jadi Lady Rania, bukan Milla si gadis malang ini," imbuh Milla mulai berandai-andai. "Milla, katanya ada paket untuk kamu di bawah. Tapi CS nya lagi pada sibuk," ujar Nada setelah berbincang dengan lawan bicaranya di telepon. Milla terdiam sejenak. Mengingat-ingat apakah ia baru saja memesan sesuatu atau tidak. Karena penasaran, ia pun memilih untuk mengeceknya ke bawah. Siapa tahu saja paket penting. Sial! Liftnya penuh. Milla pun terpaksa harus kembali ke ruang staff akuntan melewati tangga darurat. Namun, di tengah jalan, ia mendengar keributan yang membuat kakinya refleks menghampirinya. Dilihatnya dua orang karyawan perempuan yang sedang bertengkar sampai saling menjambak. Hal seperti ini sudah bukan pertama kali Milla jumpai. Terlebih, di kantor ini memang ada banyak pegawai yang berasal dari luar daerah. Menimbulkan sering terjadinya perpecahan karena bedanya pola pikir dan sebagainya. Melihat keadaan sekitar yang sepi, rasanya tak mungkin Milla meminta tolong pada orang lain. Padahal dua gadis itu tengah bertengkar di tempat yang cukup berbahaya. "Hey! Itu bahaya!" pekik Milla sembari berjalan cepat untuk melerai dua pegawai itu. Dikarenakan satu tangannya yang masih memegangi n****+, Milla pun kesulitan melawan saat ia ditarik paksa ke dalam perkelahian itu. 'Sreetttt...' "Ahhh!" Milla menjerit saat merasakan tubuhnya terlempar dari atas gedung. Saat itu, ia terjatuh dari lantai delapan. Rasanya mustahil jika Milla dapat selamat. Ia memeluk erat n****+ "Lady Rania and The Prince" nya sembari menutup mata. 'Jika saat ini aku mati, bolehkah di kehidupan selanjutnya aku memiliki nasib yang lebih baik? Aku juga ingin hidup berkecukupan dan dihormati seperti Lady Rania. Aku juga ingin dicintai dan dihargai sepertinya. Jadi, bolehkah aku-' Dan semuanya terjadi begitu cepat. Tubuh Milla menghantam tanah dengan sangat keras. Bisa dipastikan jika ia tidak dapat selamat dari insiden itu. Milla, si gadis yang malang itu meninggal karena jatuh dari gedung saat ia berusaha melerai perkelahian staff di kantornya. Apakah ini akan menjadi akhir bagi segalanya? Setelah semua kepedihan yang Milla tanggung selama ini, tidak adakah lagi kesempatan untuk dia bisa menjalani kehidupan seperti yang ada dalam impiannya? Tidak bisakah Milla Seliya mendapay kesempatan kedua untuk merasakan kebahagiaan? Atau suatu hari dia akan terlahir kembali sebagai gadis yang memiliki kehidupan yang lebih baik? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN