Chapter 02

1831 Kata
2003, Korea Selatan. Era Joseon telah berlalu, invasi Jepang telah berakhir. Era baru telah dimulai, Joseon hanya tinggal menjadi monumen bersejarah. Memasuki abad ke dua puluh satu, era modern telah diberlakukan. Semua orang berubah terlalu banyak. Korea Selatan seperti tak bisa menerima orang Joseon, atau mungkin sebaliknya. Bangunan-bangunan tinggi yang seakan ingin menyamai tingginya pegunungan telah menggantikan dataran tinggi yang dipenuhi dengan pepohonan yang hijau di masa lalu. Tak ada lagi kuda yang berperan sebagai alat transportasi, semua hal dapat dilakukan dengan mudah. Tak hanya satu negeri, Joseon telah terpecah. Istana Gyeongbok menjadi monumen bersejarah yang dimiliki oleh Korea Selatan, sedangkan Baekdusan menjadi bagian dari wilayah Korea Utara. Dan di sinilah Shin Chang Kyun pada abad dua puluh satu ini. Seakan tak terpengaruh oleh era baru, di zaman modern ini Shin Chang Kyun masih berpenampilan layaknya orang pada era Joseon. Hanbok dengan paduan warna putih dan hitam, serta rambut panjang yang menutupi punggungnya. Si Gumiho tidak berubah sama sekali sejak kematian Yi Tae Hyung. Berdiri di tepi danau yang tampak hijau dan dikelilingi oleh pepohonan serta rumput hijau yang menutupi tanah, tatapan lembut si Gumiho mengarah pada permukaan danau. Sesekali ia melihat beberapa burung yang mencari ikan di permukaan danau. Dan selama itu pula Yeon Joon terus mengambil para bayi laki-laki yang lahir saat bulan purnama. Selama bertahun-tahun rumor itu telah menjadi cerita rakyat, dan tentunya kabar tentang menghilangnya para bayi laki-laki itu sampai ke telinga Chang Kyun. Chang Kyun sudah lama mendengarnya, namun si Gumiho tak berniat untuk mencari tahu siapa dalang di balik menghilangnya para bayi laki-laki itu. Setelah kematian Yi Tae Hyung, Chang Kyun benar-benar menjauhi urusan manusia. Dia bahkan tinggal di tempat terpencil yang tidak akan didatangi oleh manusia. Si Gumiho memilih untuk mengasingkan diri sejenak setelah kehilangan tuannya. "Tuan Muda," suara teguran dari arah belakang. Chang Kyun tak merespon, tetap memandang ke arah yang sama. Dan saat itu Eun Kwang, si rubah tua yang kini sudah beradaptasi dengan era modern berdiri di samping Chang Kyun. Mengenakan setelan jas yang cukup rapi serta rambut yang dipangkas sangat pendek, penampilan Eun Kwang saat ini tak terlihat bahwa dia adalah orang Joseon. Eun Kwang memandang Chang Kyun dan kembali menegur. "Tuan Muda ingin mendengarkan sebuah kabar?" "Katakan." Chang Kyun menyahut dengan nada bicara yang dingin. Semalam adalah bulan purnama, tentunya Chang Kyun sudah tahu kabar apa yang dibawa oleh Eun Kwang. Eun Kwang kemudian berbicara dengan nada yang serius. "Terjadi lagi. Semalam ada lima bayi laki-laki yang lahir, tapi dua di antaranya menghilang." "Hanya dua?" tanya Chang Kyun. Meski tak pernah menunjukkan ketertarikan pada topik itu, namun Chang Kyun selalu menyimak kabar yang dibawa oleh Eun Kwang. "Benar, Tuan Muda. Kali ini dia hanya mengambil dua. Apa alasannya?" Di balik wajah tenangnya Chang Kyun mencoba mencari jawaban. Kenapa pencuri bayi kali ini hanya mengambil dua bayi dari lima bayi yang terlahir di hari yang sama. Hal itu tentunya belum pernah terjadi sebelumnya. Eun Kwang kemudian bergumam, "siapa sebenarnya yang sudah melakukan hal mengerikan seperti ini?" "Sudah selesai," ucap Chang Kyun secara tiba-tiba dan membuat Eun Kwang bingung. "Kenapa Tuan Muda tiba-tiba mengatakan hal itu? Apanya yang sudah selesai?" Chang Kyun menemukan jawabannya. Selama beratus-ratus tahun baru kali ini pelaku menyisakan bayi yang lahir di bulan purnama. Itu berarti apa yang dibutuhkan oleh si pencuri bayi sudah tercukupi. Chang Kyun berkata, "dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan." Eun Kwang bertanya dengan hati-hati. "Siapa?" Pandangan Chang Kyun terjatuh. Siapa? Untuk tujuan apa? Kedua hal itulah yang tidak diketahui oleh Chang Kyun karena dia telah memutuskan hubungannya dengan manusia. Apapun yang terjadi pada manusia, Chang Kyun tak lagi ikut campur. Bahkan saat invasi Jepang berlangsung, Chang Kyun berdiam diri di Baekdusan meski ia mendengar suara tangis dari ribuan jiwa di negeri itu. Seakan kematian Yi Tae Hyung telah memberikan luka mendalam bagi Chang Kyun, si Gumiho menolak untuk kembali berurusan dengan manusia. Jangankan bertemu, dia bahkan enggan untuk menyebutkan mereka. Si Gumiho dari Baekdusan benar-benar memiliki hati yang dingin setelah kematian Yi Tae Hyung. "Kembalilah," ucap Chang Kyun setelahnya. "Tuan Muda ingin pergi ke suatu tempat? Tapi langitnya sedikit mendung, sepertinya hari ini akan turun hujan." Chang Kyun sejenak memandang langit. Cahaya redup matahari kala itu tidak disebabkan oleh mendung pertanda hujan, namun sesuatu yang lain dan Chang Kyun menyadari akan hal itu. Chang Kyun bergumam, "ini bukan karena hujan." "Tuan Muda mengatakan sesuatu?" Chang Kyun kembali menjatuhkan pandangannya dan menyahuti Eun Kwang. "Kembalilah lebih dulu, ada tempat yang ingin aku kunjungi." Chang Kyun meninggalkan Eun Kwang, berjalan menjauhi area danau dan masuk ke hutan. Tak begitu jauh dari tempat sebelumnya, Chang Kyun memasuki hutan bambu yang sering ia kunjungi di saat merasa bosan dengan rumah besarnya. Chang Kyun berjalan dengan langkah yang tenang di jalan setapak yang diapit oleh ratusan tanaman bambu yang berjajar dengan rapi. Sementara itu sinar matahari semakin meredup, seperti sesuatu tengah berusaha untuk menyamarkan keberadaan sang surya. Langkah Chang Kyun kemudian terhenti ketika hadir seseorang yang tak pernah ia harapkan. Berdiri di ujung jalan yang akan ia lewati, mengenakan pakaian modern dengan mantel berwarna hitam yang panjangnya melewati lutut. Meski terlihat sangat berbeda dengan penampilan manusia pada era modern yang dikenakan oleh pria itu, namun Chang Kyun masih mengingat dengan jelas wajah dari sosok yang kini tengah menghadang jalannya itu. Kang Yeon Joon. Tahun itu adalah kali pertama bagi Yeon Joon muncul di hadapan Chang Kyun. Terakhir kali mereka berhadapan adalah tahun 1694, tepatnya di hari sebelum Chang Kyun membunuh Bae Jin Young dan menghancurkan salah satu pilar di gunung Seorak. Sebut saja bahwa Yeon Joon sengaja melarikan diri dan menjebak Imoogi untuk berurusan dengan Chang Kyun kala itu. Tak lagi bersikap seperti seorang pecundang, kali itu Yeon Joon sendirilah yang datang menemui Chang Kyun. Namun alih-alih fokus pada penampilan Yeon Joon, perhatian Chang Kyun justru terfokus pada apa yang kini berada dalam gendongan Yeon Joon. Yeon Joon tersenyum ramah dan menegur lebih dulu karena dia adalah tamu yang tak diundang di sana. "Lama tidak bertemu, Tuan Muda Shin Chang Kyun. Atau kau ingin aku memanggilmu dengan nama Kim Si Hyeon?" Berbeda dengan senyum ramahnya, ucapan Yeon Joon justru terkesan tengah ingin membuat masalah dengan si Gumiho. Tatapan dingin Chang Kyun kemudian kembali mengarah pada wajah Yeon Joon. Si Gumiho berucap, "kau kah itu, Kang Yeon Joon?" Yeon Joon kembali tersenyum. "Apa yang sedang kau bicarakan?" Chang Kyun tak menyahut, hanya berdiam diri meski ia sudah mengetahui bahwa pelaku dari kasus menghilangnya para bayi laki-laki yang baru saja lahir adalah Kang Yeon Joon. Seakan dia benar-benar tak ingin ikut campur dengan urusan orang lain lagi. Tak melihat respon Chang Kyun, Yeon Joon kembali menegur. "Kenapa? Kau terlihat berbeda sekarang? Kau benar-benar sudah tidak lagi memiliki semangat hidup sejak Yi Tae Hyung mati?" Yeon Joon tersenyum tak percaya. "Kau benar-benar sulit untuk ditebak. Aku turut prihatin." "Tutup mulutmu," Chang Kyun memberikan peringatan secara halus. "Jangan berani-beraninya kau membuka mulutmu di hadapanku." Yeon Joon tersenyum lebar dan berbicara seakan tengah mencibir Chang Kyun. "Kau benar-benar membuatku ketakutan, Shin Chang Kyun." Sorot mata tajam milik Chang Kyun semakin menunjukkan kemarahan, dan Yeon Joon tentunya menyadari akan hal itu. Kedatangannya ke sana telah berhasil membuat si Gumiho marah. "Tahanlah dirimu, Shin Chang Kyun. Kau tidak tertarik dengan apa yang terjadi di atas sana?" Berkat ucapan Yeon Joon, Chang Kyun mulai menyadari keadaan di sekitarnya. Chang Kyun kemudian mendongak, matanya berkilat merah ketika menyadari sesuatu telah terjadi pada matahari. Gerhana matahari baru saja dimulai, perlahan kegelapan mulai menelan matahari. Sedikit demi sedikit, mematikan sinar matahari. Yeon Joon membuka payung hitam yang sering ia bawa dan menggunakannya untuk melindungi diri dari kegelapan yang akan segera merengkuh. Dan saat itu, bayi yang berada dalam gendongan Yeon Joon tiba-tiba menangis. Suara tangis bayi itu berhasil menarik perhatian Chang Kyun. Namun kala itu tatapan dingin Yeon Joon lah yang berhasil menyita perhatian Chang Kyun. Yeon Joon kemudian berkata, "tunggulah dan dengarkan baik-baik. Kau mungkin akan kehilangan kesempatan berhargamu, Shin Chang Kyun ..." Kegelapan hampir menutup matahari sepenuhnya. Hutan bambu itu menjadi semakin gelap. Suasana yang tiba-tiba sunyi membuat suara tangisan bayi itu seperti terdengar dari berbagai sudut. Dan untuk sesaat pendengaran Chang Kyun hanya diisi oleh suara tangisan bayi. Namun ketika matahari benar-benar telah tertutup dengan sempurna, Chang Kyun mendengarkan tangisan dari suara bayi lainnya ketika pandangannya sempat melihat Yeon Joon yang menyeringai di balik payungnya. Kegelapan pada akhirnya telah berhasil merengkuh matahari sepenuhnya. Dan hari itu, bayi laki-laki terlahir. Menjadi satu-satunya bayi laki-laki yang terlahir di saat gerhana matahari. Bayi istimewa yang akan membuatnya dibicarakan di masa depan. Suara tangisan bayi itulah yang berbaur menjadi satu dengan suara tangisan bayi yang kini berada dalam gendongan Yeon Joon. Dalam kegelapan, Chang Kyun mengenali bahwa suara tangisan bayi itu lebih dari satu. Namun ketika ingatannya mulai tertarik dengan hal itu, kegelapan semakin mendekatinya. Kegelapan yang seperti berasal dari sudut hatinya sendiri. Kegelapan yang kemudian menelannya. Matahari kembali terbuka, perlahan membebaskan diri dari kegelapan yang sempat merengkuh. Namun kali ini Chang Kyun tidak beruntung karena kegelapan benar-benar telah menelan jiwanya ketika ia mendengar suara tangisan bayi yang lahir pada saat itu. Ketika matahari telah berhasil mengalahkan kegelapan, Yeon Joon menemukan Chang Kyun yang sudah tergeletak di tanah dengan mata yang tertutup rapat. Si Gumiho kehilangan kesadarannya tanpa sebab yang jelas. Yeon Joon kemudian membawa langkah tenangnya menghampiri Chang Kyun. Berhenti tepat di hadapan Chang Kyun, Yeon Joon tersenyum. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Chang Kyun, namun dia tidak merasa dirugikan dengan keadaan Chang Kyun saat ini. Yeon Jeon menurunkan payung serta bayi dalam gendongannya yang sudah berhenti menangis. Dia kemudian mendekati Chang Kyun yang terbaring dalam posisi miring. Yeon Joon mengeluarkan pisau berukuran kecil dari balik mantelnya serta sebuah botol kaca dengan ukuran yang kecil. Dia mengangkat tangan Chang Kyun dan menyayat tangan itu sehingga darah segera keluar dari luka sayatan itu. Yeon Joon kemudian memasukkan beberapa tetes darah Chang Kyun pada botol kaca yang ia bawa. Dan setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan, Yeon Joon menjatuhkan tangan Chang Kyun yang bersimbah darah begitu saja. Sudut bibir Yeon Joon tersungging ketika melihat wajah Chang Kyun. Dia kemudian berkata, "akan sangat mudah bagimu jika mati seperti ini. Tunggu saja, jalan yang akan kita lewati pasti lebih menarik dibandingkan dengan masa lalu. Jangan mimpikan aku, Tuan Muda Shin Chang Kyun." Yeon Joon kemudian meninggalkan tempat itu bersama dengan bayi yang kembali ke dalam gendongannya. Sementara Chang Kyun tetap terbaring di tempat itu. Tak peduli sebanyak apapun darah yang keluar dari luka sayatan pada telapak tangannya, Chang Kyun tak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan sadar. Sedangkan di bagian lain dari negeri itu. Kota Gwangju, seorang bayi laki-laki yang lahir bersamaan dengan gerhana matahari itu kembali menangis. Dan suara tangis itu berhasil memasuki alam bawah sadar Chang Kyun. Namun meski begitu tak ada respon yang ditunjukkan oleh Chang Kyun. Bahkan setelah alam menghapus jejak keberadaan Yeon Joon di sana, serta darah yang membasahi tanah telah mengering. Shin Chang Kyun tetap terbaring di sana. Tak mampu melepaskan diri dari kegelapan yang telah menelan jiwanya. ~ ECLIPSE : IMOOGI'S REVENGE ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN