Memadu Kasih

2008 Kata

“Gista?” tanya Kai, sampai berhenti melangkah. Keningnya berlipat, menyambungkan sesuatu “di telepon, sore tadi. Aku benar pas merasa ada yang mengganggu pikiranmu?” Aku hampir kelepasan menyebut Gista ketika sedang bicara dengan Kai di telepon. “Ya. Kenapa kamu tidak bilang kalau Gista sudah menikah? Pernikahannya setahun lalu. Gista menyinggung hadiah dari kita berdua karena kamu bilang sedang di Amsterdam.” Kai tidak langsung menjawabku, melainkan matanya beredar. Pada segala arah. “Kita cari tempat untuk bicara.” Aku menggeleng, “sambil jalan pulang saja.” “Baik, kita kembali ke mobil lebih dulu.” Kami keluar Bandara, menuju mobil terparkir. Duduk di sana, memasang seatbelt. Kai pun. Lalu mobil berderum sebelum melaju keluar area Bandara. Masuk ke jalan bebas hambatan, jala

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN