Tok tok… Tidak ada jawaban. Pada ketukan yang kedua, pintu terbuka dan Justin menyembul keluar. Lelaki itu hanya mengenakan singlet saja hingga memperlihatkan lengannya yang berotot. “Mm…” Je tidak tahu harus memulai bicara dari mana. Tiba-tiba ia merasa norak sendiri, mendatangi kamar Justin hanya untuk memberikan kado yang mungkin tidak diharapkan. Tapi ia mengumpulkan nyali. Peduli amat dengan semua yang ia pikirkan. Kembali ke niat awal, ia hanya mengikuti perasaan. Kedua tangannya masih bersembunyi di belakang memegangi kado. “Ada perlu nggak?” desak Justin. Je masih memikirkan kata-kata yang tepat ketika Justin mengayunkan pintu dan kembali menutupnya. Je balik badan untuk segera pergi. Tapi percuma ia membeli kado jika tidak diberikan. Akhirnya ia kembali ke pintu