Chapter 1 아루미 김애 룸 (Arumi Aerum Kim)

1553 Kata
Langit biru mewarnai pemandangan hari ini. Lengkap dengan awan-awan putih yang cantik, pemandangan hari ini seperti lukisan Tuhan yang sangat sempurna. Senyum itu merekah dari bibirnya melihat pemandangan siang hari ini. Rasanya cuaca yang panas pun tergantikan dengan birunya Langit dan putihnya Awan hari ini. “Annyonng! sebuah kata yang ia pelajari dari sebuah drama korea untuk mengucapkan salam. Salam itu ia tunjukan untuk sebuah mahakarya indah Tuhan yang dapat ia nikmati hari ini. Rumi! suara nyaring memanggil namanya. Arumi! lagi-lagi suaranyaring itu memanggilnya. “Iya Mah, sabar ini aku kebawah! Arumi bergegas menghampiri wanita dengan suara nyaring itu yang ia panggil Mamah. Seorang wanita yang 20 tahun lalu melahirkannya dengan penuh perjuangan dan hingga kini ia tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik. Arumi, gadis cantik berwajah Indo dengan rambut ikal sedikit pirang dengan tubuh yang tinggi berkulit putih dan matanya yang berwarna coklat pirang. Arumi Areum Kim, gadis berusia 20 tahun yang dilahirkan dari seorang wanita berkebangsaan Indonesia bernama Yannie Larasati. Ayahnya Kim Young Hwang, lelaki berkebangsaan Korea yang akrab di panggil dengan panggilan Arka di rumahnya. Arumi adalah anak pertama di keluarga Kim. Adik Arumi ada 2, adik pertamanya laki-laki bernama Aksa Baek Hyeon Kim dan adik keduanya perempuan bernama Ananda Ara Kim. Keluarga Kim menetap di Indonesia sejak Arumi lahir. Sebelumnya Arka dan Yannie tinggal di Korea setelah mereka menikah. Selain karena pekerjaan Arka yang belum bisa di tinggal disana, juga masih ada orang tua Arka di Korea. Barulah setelah 4 tahun pernikahan mereka, Yannie pun di karuniai anak kedua. Keduanya sepakat untuk menetap di Indonesia. Selain karena orang tua Yannie yang berada di Indonesia, Yannie pun merasa lebih praktis untuk keluarga kecil mereka tinggal di Indonesia dan menetap disana. Hingga kini Arka pun sudah terbiasa berbahasa Indonesia di rumah. "Kenapa mah?" Arumi menghampiri sang mamah yang berada di teras belakang. "Ini loh bantuin mamah!" ujar Yannie yang sedang membuat kimci. "Ya ampun, gak di dapur aja sih mah? Disini kan panas." Keluh Arumi saat melihat mamahnya yang sedang membuat kimci di teras belakang rumah. "Enak disini ada pohon adem jadinya lihatnya." Jawab Yannie. "Buat apa deh mah bikin kimci banyak gini?" Tanya Arumi penasaran seraya membantu sang mamah. “Halmeoni dan Harabeoji mau datang ke Indonesia. Mereka kan masih asli orang Korea yang kalau makan musti ada kimchinya. Jadi mamah buat ini untuk mereka. Kalau buat papahmu mah, mamah bikin sedikit saja juga bisa." jelas Yannie saat memberitahukan bahwa nenek dan kakek Arumi yang berada di Korea akan datang ke Indonesia untuk menjenguk keluarga kecilnya. "Hah? Kapan mah?" Tanya Arumi dengan semangat. "Katanya sih minggu depan sudah di Indonesia." "Waahh Asik dong!" Arumi begitu antusias mendengar kedatangan Kakek dan Neneknya hanya dalam hitungan hari. "Ya, Halmeoni dan Harabeoji kan juga kangen dengan kalian. Terakhir kesini kan pas Ara baru lahir, kita juga kesana terakhir pas Ara SD. Sekarang dia sudah masuk SMP kelas 2, ya sudah cukup lama juga kita tidak menghampiri mereka." Jelas Yannie. "Iya juga ya mah! Aku kangen sekali dengan Halmeoni dan Harabeoji. Aku mau telfon mereka ah!" Arumi bangkit dari duduknya dengan bersemangat naik ke kamarnya lagi unuk menelfon kakek dan neneknya. "Ehhh Rumi! Ih malah di tinggal mamahnya, gimana sih? Kan belum selesai bantuinnya!”. Yannie berteriak kesal dengan anak semata wayangnya itu. *** Di dalam kamar Arumi mengambil Hp nya dan mencari nomor kakek dan neneknya. Ia melakukan panggilan video call via aplikasi Line. "할머니 ,할아버지 안녕하세요! 잘 지내세요? (Kakek, Nenek hallo! Apa kabar? Kabar anda baik?)" Arumi menyapa kakek dan neneknya dengan bahasa Korea. Karena kakek dan nenek Arumi tidak bisa bahasa Indonesia. Hanya sedikit yang mereka bisa, maka dari itu Arumi sebagai anak yang lebih muda harus mengerti dengan menyesuaikan bahasanya dengan kakek dan neneknya. "잘 지내요! 할머니는 어때? (Saya baik-baik saja! Bagaimana kabar nenek?)" sang Nenek dengan wajah bahagia menyambut cucunya. "나도 괜찮아. 할머니, 인도네시아에 올 거란 게 사실인가요? (Aku juga baik. Nenek, benarkah anda akan datang ke Indonesia?)" “그래, 사실이야 (Ya! Itu benar.)” Nenek Arumi membenarkan kabar tentang kehadirannya. “할머니를 기다릴 수 없습니다. 빨리와! (Saya tidak sabar menunggumu, Nenek. Cepatlah datang!)” dengan semangat Arumi menunggu sang nenek dan kakek. “예! 기다려주세요! (Hm! Tunggu ya!)” sang nenek pun merasakan hal yang sama dengan Arumi. Raut wajahnya memancarkan kebahagiaan untuk bertemu dengan cucunya. Pembicaraan antara nenek dan cucunya itu membuat keduanya hanyut. Baik Arumi ataupun sang Nenek sama-sama tidak sabar untuk bertemu dan melampiaskan rasa kangen mereka bersama. "Rumi!" panggil Yannie ketika membuka pintu kamar sang anak. "Ih Mamah ngagetin aja sih!" Arumi mengeluh karena kaget dengan panggilan sang Mamah yang nyaring dan tiba-tiba masuk ke kamarnya. "Habis kamu ih malah masuk kamar. Bukannya bantuin mamah juga, mumpung libur." Keluh sang Mamah. "Aku kan habis telfon Halmeoni dan Harabeoji mah barusan." Jelas Arumi pada sang Mamah. "Apa katanya?" Yannie ingin tahu pembicaraan sang anak dengan mertuanya yang jauh di Korea sana. "Katanya aku suruh tunggu mereka akan datang segera. Hehehe" jawab Arumi dengan santai, karena memang itu inti dari pembicaraannya. "Yeehh.. itu juga Mamah tau!" sahut Yannie. "Yaudah ayo sekarang turun kebawah lagi. Bantuin Mamah masak, sebentar lagi papah pulang dari restoran. Adik-adikmu juga sebentar lagi pulang sekolah." Pinta Yannie pada anak sulungnya itu. Sejak kepindahan Arka dan Yannie ke Indonesia, mereka mencoba memulai bisnis mereka sendiri. Karena jika harus bekerja di kantoran, Arka takut tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik saat itu. Terlebih lagi bahasa Indonesianya yang agak susah. Akhirnya Yannie dan Arka sepakat untuk memulai bisnis kecil-kecilan dan hingga kini bisnis itu sudah besar. Restoran itu kini bukan hanya menjual makanan korea, namun juga makanan Indonesia ala rumahan. Resepnya mereka padukan bersama antara Yannie dan Arka. Disaat Arumi sedang libur kuliah, biasanya ia akan menetap dirumah saja. Arumi bukan tipe anak yang suka bermain diluar rumah, karena memang Yannie bukan juga tipe ibu yang membebaskan anaknya untuk bermain terus menerus. Kini Arumi dewasa pun ia masih sering berada di rumah dari pada berkeliaran diluar tanpa tujuan. Arumi adalah anak yang terbiasa melakukan hal dengan rencana. Sangat jarang ia akan melalukan sesuatu tanpa perencanaan yang pasti. "Mamah bikin apa sih ini kok banyak banget sayurannya." Tanya Arumi saat ia rasa sejak awal membantu sang mamah kerjaannya hanya memotong sayuran atau membersihkan sayuran saja. "Mamah mau buat capcay ih. Ya banyak lah sayurannya. Biar kalian sehat juga." Sahut Yannie menjelaskan inginnya. "Terus ini lauknya apa? Masa capcay doang? Bawel ya kamu. Ini Mamah buat bulgogi, Mamah juga sudah buat mandu tadi, tinggal di kukus sama di goreng saja." Jawab Yannie. "Wahhh.. mantab Mah!" Arumi memuji sang Mamah yang selalu tepat jika masak. "Mantab-mantab aja kerjaannya. Udah itu selesaiin, abis itu kupas bawang, potong bawang sama cabenya." Perintah Yannie pada sang putri. "Iya!" Arumi mengerjakan semua yang Mamahnya perintahkan. Waktu cepat berlalu untuk Ibu dan Anak yang sedang asik memasak. Jam berdenting menunjukan pukul 16.00 WIB. Makanan sudah siap di meja makan, camilan pangsit pun sudah tersedia untuk kumpul keluarga Kim. "Assalamualaikum!" Ara pulang lebih dulu dan mengucapkan salam masuk ke dalam rumah. "Waalaikumusalam." Yannie dan Arumi menjawab salam Ara. Tidak berapa lama setelah Ara datang, Aksa dan Arka datang. Ara, Aksa dan Arka pun masuk ke kamar masing-masing dan bebersih diri. Sedangkan Yannie masih sibuk dengan membuat teh hangat dan juga menyiapkan mandu di piring untuk suaminya. Arumi sudah bergegas masuk kamar untuk mandi, ganti baju dan sholat setelah ia rasa semua yang di perintahkan sang Mamah selesai. Hanya tinggal Capcay yang harus di eksekusi terakhir sebelum mereka makan malam nanti. "Pah, ini tehnya." Yannie menyuguhkan teh dihadapan Arka yang sedang duduk di ruang keluarga setelah selesai bebersih diri dan menunaikan kewajibannya. Terimakasih ya!" Arka tersenyum hangat. "Gimana hari ini Pah di restoran? Rame?" tanya Yannie ingin tahu kegiatan suaminya dan restoran. "Ya gitu, Alhamdulillah deh!" jawab Arka sekenanya. “Oh ya, Oemeoni dan Abeoji tadi telfonan sama Arumi. Kelihatannya Rumi senang sekali Halmeoni dan Harabeoji nya akan datang ke Indonesia. Pas tau tadi, dia langsung vidio call-an." Cerita Yannie dengan bersemangat. "Oh iya, Oemma-Appa akan datang ya. Sudah di siapkan kamarnya Mah?" tanya Arka dengan lembut. "Tentu sudah!" Yannie membanggakan dirinya. Ia lalu bergelayut manja pada sang suami. Walau umur mereka sudah tidak muda, namun keduanya tetap saling cinta. 20 tahun sudah mereka membangun keluarga kecilnya. Hingga kini keduanya tetap mesra dan saling menyayangi satu sama lainnya. "Mah, aku lapar!" keluh Ara saat menghampiri kedua orang tuanya. "Ayo kita makan! Panggil kakak-kakak mu dulu sana!" Yannie bangkit dari duduknya dan bergegas menuju ruang makan dengan Arka dibelakangnya. "Kak! Ayo makan!" teriak Ara untuk menyuruh kedua kakaknya untuk makan bersama di ruang makan. "Tidak usah berteriak-teriak!" Arka menegur anak bontotnya itu. Sedang yang di tegur hanya menyengirkan wajahnya. Di malam yang sunyi itu, keluarga Kim makan bersama dengan khitmat. Sesekali mereka saling menimpali ocehan-ocehan tentang keseharian para anak-anak di sekolah dan di kampusnya. Begitu senang Arka dan Yannie melihat dan mendengar keseruan anak-anaknya di sekolah bersama para sahabat mereka yang sudah keduanya kenal dengan baik. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN