1. FIRST
Rea tengah panik karena mantel yang akan dibawanya liburan tidak ia temukan.
“Aduh Rea, kamu nggak usah bawa mantel itu. Daripada ribet gini nyari nggak ketemu.” Adel ikut gerah melihat kepanikan adik sepupunya.
“Nggak bisa kak, itu mantel kesayangan Rea. Pokoknya harus ketemu,” Ria mengeluarkan semua isi lemarinya dan menciptakan suasana bak kapal pecah di kamar miliknya sendiri.
“Astaga, kamar anak gadis udah macem pasar tumpah.” seru Gio kakak sepupu Rea. Ia heran melihat kekacauan ini.
Rumah Rea memang berdampingan dengan rumah kakak sepupunya. Adel sendiri memang tinggal di rumah Rea karena ia bekerja di Jakarta sementara orang tuanya ada di Bandung.
“Ini lho adikmu kehilangan mantel udah kayak kehilangan duit sekoper. Saking frustasinya semua isi lemari di keluarin,” gerutu Adel.
“Aku nggak mau ya kamu bawa barang yang nggak perlu. Karena yang bakalan repot kita-kita ini.” Gio duduk di sofa kamar Rea.
“Nggak kok, Rea udah selesai packing. Tuh kopernya udah penuh, tinggal nyari mantel Rea aja kak,” ucapnya tanpa melihat Gio.
“Kalau nggak ketemu gimana?” tanya Adel kembali.
“Ya udah, nggak usah bawa.” Rea mengangkat bahunya enteng.
“...” Gio hanya menggeleng tidak percaya dengan sikap adik sepupunya.
“Astaga, bikin susah aja,” Adel mengacak rambutnya karena frustasi.
Saat Gio dan Adel tenggelam dalam pikiran masing-masing menyaksikan kegilaan Rea, muncul Gery cucu tertua dari keluarga Berata.
“Ck! Dasar rempong banget sih kamu, Re. Packing liburan aja kayak mau pindah rumah,” Gery langsung menghempaskan tubuhnya pada kasur milik Rea.
“Diem deh kak. Nanti juga Rea beresin kok,” Rea mendelik Gery.
Rea Rosanne Berata adalah cucu paling bontot dari keluarga Berata, anak dari Vina Agastia dan Putra Berata. Rea tumbuh tanpa kasih sayang dari sang mama dan di asuh oleh ayahnya, seorang pengusaha yang bergerak di bidang pengadaan alat kesehatan terkemuka di Indonesia. Papa Rea adalah anak tertua dan memiliki adik bernama Adam Berata ayah dari Gery dan Gio seorang pengusaha properti terkenal. Arya Berata adik kedua Putra seorang pengacara terkenal dengan karir yang sangat bagus, yang memiliki anak bernama Dimas dan Raka, mereka saudara kembar. Sedangkan Adel adalah anak dari Mike, adik perempuan Putra, Adam dan Yuda yang menikah ke Bandung.
Tumbuh tanpa asuhan seorang mama, tidak mengurangi keceriaan dalam hidup Rea. Istri dari Adam dan Arya yaitu Santi dan Emile, senantiasa mengasuh Rea sejak gadis itu duduk di bangku SMP. Rea juga memiliki kakak sepupu laki-laki yang sangat sayang dan protektif padanya. Apa yang Rea inginkan, para saudara sepupu senantiasa mengabulkannya. Rea tumbuh menjadi gadis manja namun selalu bertanggung jawab atas dirinya. Rea juga menjadi sumber keceriaan pada keluarga Berata.
“Kenapa pada ngumpul disini sih?” protes Rea setelah menyerah mencari benda kesayangannya.
“Mau liatin ratu rempong,” goda Gery.
Rea berkacak pinggang melihat kakaknya, “Awas aja besok Rea lihat kak Anya bawa barang banyak, Rea orang pertama yang akan ketawain kak Gery.”
Anya tunangan dari Gery juga ikut dalam liburan mereka ke Paris.
“Sshh! Nggak usah bangun macan tidur, kalau kalian mau liburannya selamat.” Gio tahu sifat Anya yang mood-nya bak roller coaster, jika ada hal yang menyinggung perasaannya.
Semua tertawa mendengar kejahilan dari Gio, membuat Gery nyengir mengingat bagaimana sifat calon istrinya.
***
Semua sudah berkempul di tempat keberangkatan setelah melakukan serangkain pengecekan dokumen. Pada liburan kali ini memang terasa spesial karena Gery dan Anya akan melakukan sesi foto prewedding. Yang menjadi photografer-nya adalah Dimas dan Raka. Dimas memiliki bisnis di bidang photografi dibantu oleh adiknya yaitu Raka. Klien dari Dimas bukan ecek-ecek. Banyak orang penting dan terkenal menggunakan jasanya untuk berbagai jenis acara. Keduanya tidak berminat mengikuti jejak sang ayah yaitu menjadi pengacara sukses.
“Kak Dim, kalau Rea kehabisan bekal jangan biarin Rea terlantar ya.” Rea memasang wajah paling imut pada Dimas.
“Adiknya kak Dim ini, mana mungkin bisa melarat. Noh atm berjalan siap nanggung hidup kamu.” Dimas menjawil hidung Rea yang duduk di sebelahnya.
“Rea memang adik yang paling beruntung punya abang yang super baik.” Rea memeluk Diman dari samping.
“Oh Dimas aja yang di peluk? Padahal tadi bilang semua abangnya baik,” protes Raka yang duduk di sebelah Rea.
“Duh cup cup, sini kakak Rea yang paling cemburuan” Rea memeluk Raka bergantian dengan Dimas.
“Rea ini passport kamu, simpen baik-baik awas jangan sampai hilang,” Adel menyerahkan passport milik Rea.
“Siap boss.”
“Re, kamu mau pergi kemana aja pas di Paris?” tanya Raka.
“...” Rea berpikir sejenak.
“Paling dia mau pergi ke tempat yang ada bule gantengnya,” jawab Dimas.
Rea melirik Dimas dengan bibir mengerucut, “Rea mau ke toko kue yang punya Croissant paling enak.”
“Jauh-jauh ke Paris, ujung-ujungnya nyari Croissant.” Raka menggelengkan kepala.
“Secara dia Miss Croissant, cuma belum di nobatkan aja.” Dimas tertawa geli.
“Nggak apa-apa, siapa tahu beneran jadi duta Croissant jadi bisa keliling dunia buat nyicipin semua jenis Croissant,” jawabnya bangga.
“Kenapa kamu nggak nikah sama pembuat kue aja sih? Lumayan kan dibuatin Croissant tiap hari,” tanya Adel.
“Lama-lama bentulnya si Rea kayak Croissant.” Dimas tergelak.
“Kak Dimas, ih nyebelin.” Rea memukul lengan Dimas yang rasanya tidak beda jauh dari gigitan semut.
Anya menghampiri mereka berempat, “Kalian suka banget godain adik sendiri. Buruan ah udah di panggil”
“Siap kak Anya..” mereka berempat saling lirik sambil tersenyum jahil. Bagi mereka Anya seperti seorang ibu yang selalu mengawasi dan memperingatkan mereka jika terjadi keributan.
Ketujuh anak tersebut berbaris menunggu antrian untuk masuk dalam pesawat. Rea dan kakak kembarnya asik mengobrol cekikikan tanpa peduli dengan sekitar. Rea yang tidak menyadari antrian berhenti, tanpa sengaja menabrak penumpang yang ada di depannya.
“Maaf maaf, saya tidak sengaja” Rea membungkuk minta maaf sambil membantu pria tersebut memungut passport yang jatuh.
“Iya tidak apa-apa,” jawab pria itu santai sambil menerima kembali passport yang serahkan oleh Rea.
“Makanya hati-hati,” bisik Dimas.
“Ngobrol aja sih,” imbuh Raka.
“Kok nyalahin aku, kan kak Dimas sama kak Raka ngajak aku ngobro.l” Rea dongkol kesal terhadap kakak kembarnya.
Mereka sudah masuk dalam pesawat dan mencari kursi milik masing-masing. Rea duduk dengan Adel dekat dengan jendela. Raka dan Dimas duduk di belakangnya, sementara Gery dan Anya duduk di depan Rea. Gio kebagian duduk di seberang Adel.
Suasana pesawat cukup penuh karena sebelum ke Paris pesawat akan transit terlebih dahulu. Rea mengedarkan pandangannya, melihat situasi pesawat sebelum lepas landas. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang ia tabrak dari belakang saat antri. Walaupun ia tidak sempat melihat wajahnya, tapi Rea yakin pria yang duduk di sebelah Gio adalah pria yang sama. Rea tertegun, perasaannya aneh seakan tidak rela melepaskan pandangan matanya pada sosok pria yang terlihat lebih dewasa dan matang dari Gery. Gio yang menyadari Rea terus menatap ke arahnya membuat Gio penasaran.
“Kenapa?” tanyanya tanpa mengeluarkan suara.
“...” Rea tidak menyadari panggilan Gio.
Adel melihat interaksi Gio menoleh kepada Rea “Rea, kamu liat siapa?”
“Sepertinya aku lihat malaikat kak,” jawabnya tanpa melepas pandangan pada pria di samping Gio.