Suara gaduh di luar rumah membuatku terbangun dari tidur nyenyakku, aku melihat jam dinding dan ternyata masih pukul satu dini hari membuatku merasa heran apa yang sebenarnya terjadi di luar sana. Perlahan, aku mengambil tongkatku yang selalu berada di samping tempat tidurku. Aku berusaha menyeimbangkan tubuhku dan berjalan menggunakan tongkat tersebut ke luar kamar. Sayup-sayup aku mendengar suara ibu yang terdengar menangis membuatku bertambah khawatir dengan yang terjadi di luaran sana. Namun, ketika aku sampai di teras aku benar-benar dikejutkan dengan kedatangan Meriska yang dalam keadaan sangat marah. Aku melihat ibuku yang bersimpuh di hadapannya dengan wajah yang berderai air mata. “Astagfirullah, Ibu. Apa yang terjadi? Dan kamu Meriska, sedang apa kamu di tempat tinggalku?” tan