Sesuatu yang kita inginkan belum tentu akan kita dapatkan. Begitupun cinta tidak mudah untuk kita dapatkan dengan begitu mudah, karena pada akhirnya, cinta akan kita dapatkan jika kedua insan memang adalah jodoh yang sudah tuhan garis kan untuk kita sendiri.
****
Seorang gadis cantik dengan tubuh mungilnya tengah duduk di sebuah kantin sekolah. Di mana ini merupakan jam istirahatnya, gadis yang tidak lain adalah Fenny Marcello Anindito. Yaitu putri dari Alvaro Marcello Anindito. Putri kesayangan dan putri tercinta dari Alvaro Marcello Anindito orang terkaya di kota perancis.
Bukan maksud Alvaro Marcello Anindito sombong. Tapi memang itu benar adanya, harta Alvaro Marcello Anindito tidak akan habis sampai 7 turunan dan di sinilah Fenny berada. Gadis berusia 15 tahun yang saat ini tengah duduk di kelas 9 mungkin sebentar lagi ia akan naik ke kelas 10.
Prestasi Fenny cukup baik di sekolah membuat gadis itu selalu di senangi oleh para siswa siswinya.
"Fenny iiihh. Kau kemana saja sih? Aku mencarimu di perpustakaan dan di taman sekolah, tapi ternyata kau di sini. Kau sangat menyebalkan sekali Fenny, karena kau tega meninggalkan aku sendiri tadi," Ujar seorang gadis menahan rasa kesalnya pada sosok Fenny. Membuat gadis mungil yang di panggil Fenny itu hanya mampu terkekeh geli saja. Saat seorang gadis memarahi dirinya seperti itu.
"Maaf. Habis kau sangat lama. Sedang aku sudah sangat lapar karena pagi tadi aku tidak sempat sarapan," Balas Fenny sambil menyedot jus jeruk miliknya tanpa memperdulikan jika gadis bernama Yuni tengah cemberut saat ini.
"Kau sangat menyebalkan Fenny. Untung saja aku sayang pada dirimu, jika tidak. Mungkin aku sudah mencari teman yang lain yang lebih mengerti aku," Kesal Yuni sambil duduk di kursi bersebelahan dengan Fenny.
"Hehehe. Maaf, Sebagai tanda maafku kau boleh memesan makanan apapun aku yang traktir deh," Tawar Fenny sambil menarik turunkan alisnya, membuat Yuni membulatkan kedua mata dan bibir mungilnya saat mendengar ucapan Fenny barusan.
"Kau serius?" Tanya Yuni sambil mendekatkan wajahnya di depan Fenny, membuat Fenny memutar bola matanya saat melihat tingkah laku sahabatnya itu.
"Iya aku serius dan jangan menatap aku seakan kau ingin menelan aku secara hidup - hidup," Kesal Fenny sambil memukul kepala Yuni membuat Yuni meringis karena kepalanya di pukul oleh Fenny.
"Kenapa kau memukulku? Kau jahat sekali," Kesal Yuni dengan wajah masamnya kali ini.
Jika melihat sahabatnya sudah marah seperti itu, membuat Fenny tidak berniat lagi untuk membuat kesal sahabatnya itu.
"Maaf Yuni aku hanya bercanda. Kau itu sahabat terbaikku dan juga sahabat yang bukan hanya cantik tapi juga lembut. Jangan marah lagi ya. Yuni," Kata Fenny dengan wajah memerasnya membuat gadis bernama Yuni itu hanya mampu menghembuskan nafasnya.
Jika sudah begini ia akan kembali ke Mode biasa. Yuni sangat tahu sifat sahabatnya itu. Yang sangat. Sangat pintar merayu, membuat Yuni selalu kalah saing dari sahabatnyanya itu.
"Iya. Iya, Aku ma...!!! Ucapan Yuni terhenti seketika, saat kedua matanya menatap dua orang pria tampan tengah melangkah memasuki kantin sekolah.
****
"Vin. Kau ingin pesan apa? Kalau aku ingin pesan nasi goreng saja karena aku sudah sangat lapar sekali. Kau tahu gara - gara sibuk mengajari anak - anak cara melempar bola basket ke atas ring. Aku jadi lupa makan tadi" Adu seorang pria tampan dengan fostul tubuh tinggi tegapnya.
Membuat Fenny dan Yuni segera menoleh ke asal suara itu. Kedua mata Yuni membulat penuh saat melihat seorang pria, bukan seorang saja. Tapi dua orang pria dengan tubuh tinggi tegapnya. Yang masing - masing memiliki ketampanan yang sama membuat Yuni seakan tidak dapat memutuskan pandangannya kali ini. Kedua pria itu tengah duduk di meja sebelah kiri mereka.
"Oh ya ampun. Kak Stevan dan kak Marvin ada di sini? Aku harus berdandan secantik mungkin di depan kedua pria tampan itu," Ujar Yuni sambil mengeluarkan peralatan make up miliknya, membuat Fenny menganggap saat melihat tingkah centil dari sahabatnya itu.
"Yuni. Apa yang kau lakukan? Ayo simpan peralatan make up mu itu, kau membuat aku malu saja," Bisik Fenny dengan suara mengecil tetapi Yuni justru mengabaikan ucapan dari sahabatnya itu. Ia sangat tahu sifat sahabatnya itu, yang memang terlalu pemalu dan Yuni tidak mau seperti sahabatnya itu. Melihat kecentilan Yuni membuat Fenny hanya mampu menepuk jidatnya saja saat ini, sungguh ia sangat malu saat melihat tingkah centil dari sahabatnya itu.
"Bagaimana? Apa aku sudah terlihat cantik?" Tanya Yuni dengan wajah bersemu merah kali ini. Ia sangat mengidolakan kedua pria tampan itu yang merupakan seniornya di sekolah.
"Euhm," Dehem Fenny dirinya saat ini sangat malu saat di tatap intens oleh seorang pria tampan yang merupakan seniornya di sekolah. Jantung Fenny berdebar tidak karuan saat ini, ia sungguh sangat malu. Mendengar hanya suara deheman saja membuat Yuni mengerucutkan bibir mungilnya saat melihat sifat jutek dari sahabatnya itu.
"Fenny iihh. Kau menyebalkan sekali," Kesal Yuni sambil menggoyangkan pergelangan tangan Fenny, membuat gadis itu tersadar dari rasa malunya.
"Maaf," Sesal Fenny menahan malu saat dirinya menundukkan kepalanya agar tidak kembali di tatap oleh pria itu.
****
"Euhm. Kau melihat apa?" Tanya seorang pria pada sahabatnya yang tengah duduk di sebelahnya.
"Ah. Tidak Vin, aku hanya melihat kapan nasi gorengku itu di antar. Aku sangat lapar kau tahu itu," Kata pria itu seakan membalikkan fakta yang sebenernya.
Pria yang di panggil Vin adalah singkatan dari nama Marvin Kevin Archelaus, ia adalah putra tunggal dari Alexander Kevin Archelaus dan Rosalind archelaus.
"Benarkah? Kau hanya melihat tukang nasi goreng itu. Bukan melihat kedua gadis yang tengah duduk di sisi kanan kita kan?" Tanya Marvin tepat sasaran membuat pria bernama Stevan itu menggaruk bagian belakang kepalanya saat ini.
"Hehehe. Kau tahu saja," Jawab Stevan yang tengah menahan malu saat dirinya tertangkap basah oleh sahabatnya itu.
"Tentu saja aku tahu. Van, kita ini sudah bersahabat sejak semasa SMP siapa yang tidak mengenal dirimu. Kau itu adalah pria playboy yang aku kenal," Ujar Marvin dengan senyum miringnya sambil menatap sahabatnya yang ia panggil Van adalah singkatan dari Stevan Hector anak tunggal dari Antoni Hector.
"Jangan mengungkit masa lalu. Vin, sumpah aku sudah berubah, benaran deh suer," Kata Stevan kembali sambil menatap sosok Fenny. Stevan bisa melihat senyuman manis Fenny yang membuat d**a Stevan berdesir. Entahlah. Sejak pertama kali melihat sosok Fenny jantung Stevan selalu berdebar.
Mendengar ucapan Stevan membuat Marvin hanya mampu tersenyum manis. Dia juga ikut senang bila sahabatnya mau berubah, jika saja sahabatnya seperti dulu maka Marvin akan merasa sakit kepala setiap harinya. Bila melihat sahabatnya berganti - ganti pasangan, untuk saja hanya berganti pasangan. Jika berganti dalam arti berganti pasangan di atas ranjang?.
Mungkin Marvin pastikan bahwa ia akan menghajar sahabatnya hingga babak belur, Marvin tidak peduli mau Stevan sahabatnya atau bukan. Tetap saja Marvin jijik jika sahabatnya berbuat hal laknat itu.
Marvin menoleh menatap seorang gadis yang merupakan incarannya sejak 1 tahun yang lalu. Siapa lagi jika bukan Fenny, tapi. Marvin takut untuk mendekati Fenny ia takut di tolak oleh gadis itu. Sungguh marvin ingin seperti kedua orang tuanya yang saling mencintai dan saling menyayangi hingga maut memisahkan mereka.
Mengingat Rosalind membuat hati Marvin merasakan rasa nyeri. Ya, pengorbanan mamanya sungguh sangat. Sangat berarti bagi Marvin, meskipun Marvin pernah menyalahkan dirinya. Karena dirinya-lah mamanya jadi? Marvin menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh mengingat masa lalu lagi. Sudah 15 tahun Marvin melupakan masa lalu dari keluarganya.
Marvin tidak boleh mengingat masa lalu yang sangat... Sangat menyedihkan bagi dirinya. Tidak boleh, cukup mamanya saja yang di buat papanya menderita dulu dan Marvin tidak mau seperti papanya. Yang mudah salah paham kepada orang lain.
****
"Cantik," Batin Marvin sambil menatap wajah cantik Fenny, gadis incarannya yang belum bisa Marvin ungkapkan di depan gadis itu, Marvin sedikit malu jika dirinya mengungkap perasaannya di depan umum. Ia takut di tolak. Hei, wajar saja jika Marvin memikirkan jauh sebelum ia mengungkap cintanya bukan.
"Yuni memang cantik dia cocok untuk sahabatku Stevan," Batin Marvin. Selama ini Marvin kira jika sahabatnya menyukai sosok Yuni. Sahabat dari Fenny. Tapi sebenarnya, Marvin salah prediksi yang di sukai oleh Stevan bukan Yuni melainkan Fenny.
"Sahabatku ini memang pintar. Yuni lumayan cantik dia pantas untuk sahabatku Marvin, karena sifat Marvin sedikit pendiam dan Yuni sedikit centil bukankah keduanya sangat cocok." Batin Stevan terus saja menatap sosok Fenny yang tengah menikmati makan siangnya.
Pikiran Stevan juga meleset. Ia kira sahabatnya Marvin menyukai sosok Yuni, padahal sebenernya. Marvin sudah sangat lama menyukai sosok Fenny. Dan Stevan salah prediksi begitu pun sosok Marvin.
Kedua pria itu salah memprediksikan semua hal tentang sahabatnya, Keduanya memang dekat tapi urusan menyukai lawan jenis tidaklah sama. Keduanya sudah lama berbagi semua hal? Apa kisah cinta dan cinta akan mereka bagi berdua? Itu masih tanda tanya sampai saat ini. Cinta memang mampu membuat seseorang terpecah belah hingga tidak seorang pun yang bisa menyelamatkan permusuhan atau kesalahpahaman.
Tbc,