Chisa menyodorkan tangannya dengan malu-malu di hadapan seorang pria rupawan, yang ia ketahui sebagai aktor yang sedang naik daun di layar kaca.
"H- hay. Aku Chisa," ucap Chisa memperkenalkan diri.
Laki-laki itu menatap lurus ke arah Chisa. Tatapannya seolah tak tertarik dengan gadis muda di hadapannya itu.
Chisa mengernyitkan alisnya. Seingatnya, Sandra mengajak ia untuk bertemu seorang pria yang bersedia melunasi tagihan uang kuliah dan praktik Chisa. Kata Sandra, lelaki itu akan meminta Chisa menjadi sugar baby-nya sebagai balasan atas bantuan yang ia berikan. Namun, kini yang berdiri di hadapannya justru seorang aktor muda terkenal. Tidak mungkin, kan, orang seperti Orion Erlangga yang ternyata membutuhkan jasa sugar baby?
"He's Orion. Nggak perlu kenalan juga kamu pasti tahu lah, ya? Oke, Yon, ini Chisa, sahahat aku yang aku ceritain. Dia bersih, jauh dari skandal dan tidak sedang memiliki hubungan dengan siapa-siapa. Jadi, gimana? Kamu mau jadi ambil dia?" tanya Sandra pada aktor muda itu.
Ucapan Sandra benar-benar membuat Chisa tertampar. Alih-alih om-om perut buncit yang akan memakai jasanya sebagai sugar baby, ternyata justru aktor muda sekelas Orion Erlangga lah yang membutuhkannya? Apa Chisa tidak salah dengar?
"Selagi dia bisa diam, aku ambil," putus Orion.
Chisa menoleh kaget. Ia ingat dengan surat perjanjian yang sempat Sandra tunjukkan padanya sebelum bertemu dengan Orion. Di surat itu, Orion hanya butuh seorang teman untuk tinggal bersamanya, menghiburnya dan mengurus apartemennya.
Orion adalah orang yang cukup introvert. Ia tidak nyaman berada di tengah keramaian, sehingga lebih suka menghabiskan waktu di apartemen pribadinya saat tidak ada jam kerja, dan itu bisa sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Dan di situlah peran Chisa dibutuhkan.
"Kamu gimana, Chis? Oke aja lah, ya? Kapan lagi dapat daddy seganteng Orion, kan? Lagian dia bukan cowok berengsek yang akan dengan seenak jidat sebar-sebar benih kok. Aman lah buat kamu yang masih polos bin bego ini," canda Sandra.
Chisa menggigit bibir bawahnya. Selagi kesuciannya tidak dipertaruhkan, ia tak punya alasan lain untuk menolak. Sebab, ia benar-benar butuh uang tambahan, atau kuliahnya yang hanya tersisa tugas akhir itu akan putus dan berakhir mengambang.
"Oke. Jadi, kapan aku harus pindah?" tanya Chisa sambil menatap Orion dan Sandra secara bergantian.
Sandra menoleh ke arah Orion, membiarkan pria itu untuk memutuskan.
"Malam ini juga," putus Orion mutlak.
Diam-diam, Chisa sempat melebarkan pupil matanya sejenak. Ia cukup terkejut Orion akan memintanya untuk pindah mulai malam ini juga. Sedangkan sekarang sudah hampir petang, dan Chisa bahkan belum menyiapkan keperluan apapun untuk pindah ke tempat tinggal yang baru.
'Aku tahu ini salah. Tapi aku benar-benar nggak punya pilihan lain. Apalagi. Orion aktor yang sedang naik daun, kan? Dia pasti akan sangat berhati-hati dalam bertindak. Dia tidak mungkin melakukan hal bodoh yang bisa mengancam karirnya. Jadi, kemungkinan aku akan aman selama tinggal dengannya,' batin Chisa.
Chisa pikir, tak ada salahnya ia mencoba. Toh kurang dari setahun lagi ia lulus. Dengan begitu ia tak harus melanjutkan pekerjaan ini lagi nantinya.
***
"Di apartemen ini hanya ada satu kamar. Mau tidak mau, kamu harus tidur di sini bersamaku," kata Orion sambil menunjukkan satu-satunya kamar yang ada di unit apartemennya.
Chisa menelan salivanya kasar. Ia menatap Orion dengan tatapan memelas, "c- cuma tidur biasa aja, kan?"
Orion tersenyum miring, memperhatikan penampilan Chisa dari atas hingga bawah. "Seleraku cukup tinggi, jadi kamu tidak perlu khawatir."
Meski jawaban itu berhasil membuat Chisa merasa lebih lega, tapi di waktu bersamaan jawaban tersebut juga membuatnya kesal.
"Maksud kamu, aku sejelek itu sampai-sampai kamu nggak mungkin khilaf tertarik sama aku?" kesal Chisa, meski sudah berusaha ia tahan sekuat tenaga.
"Lalu, apa menurutmu akan lebih baik kalau aku bilang kalau kamu adalah tipeku lalu aku lanjut dengan mengatakan bahwa mungkin aku akan menidurimu?"
Chisa menggeleng mendengar penawaran itu. Baiklah. Kalau begitu, sepertinya memang akan lebih baik kalau selamanya Orion akan menganggap Chisa jauh di bawah standarnya.
"Eng- enggak kok, Om -eh, tunggu! Aku harus manggil kamu apa? Bukannya umur kamu udah tiga puluhan? Jadi kamu lebih tua dariku. Tapi nggak setua itu juga buat aku panggil 'Om' kan?"
"Aku dua delapan. Kamu bisa panggil namaku langsung," jawab Orion.
"Tapi selisih umur kita cukup jauh."
Tatapan dingin Orion membuat Chisa tidak berani membantah. Akhirnya ia menyetujui saja untuk memanggil Orion langsung dengan nama.
Setelah itu, Orion mengintruksikan pada Chisa untuk menata barang-barangnya dan mandi. Dengan patuh, Chisa pun melakukan intruksi tersebut. Setelahnya, ia bergabung dengan Orion yang sedang di meja makan.
"Lain kali, memasak adalah tugasmu. Bersih-bersih juga tugasmu. Sandra sudah memberi tahu semuanya, kan?" tanya Orion. Melihat bagaimana Orion mengatakannya, Chisa yakin makanan yang kini sedang mereka santap adalah hasil masakan pria tersebut.
"Padahal kamu jago masak gini. Lebih jago dariku malah. Terus soal bersih-bersih kan bisa bayar petugas kebersihan. Ngapain masih butuh orang sepertiku di sini?" bingung Chisa.
"Jadi, kamu mau langsung resign sekarang?"
Mata Chisa terbelakak kaget. Ia menggeleng cepat, tak mau kehilangan kesempatan pertamanya untuk bekerja ini.
"Ya bukannya begitu. Cuma aku nggak bisa jamin kalau aku bisa memasak lebih baik darimu, atau bersih-bersih lebih teliti daripada cleaning service. Jadi, jangan berekspektasi terlalu tinggi!" ujar Chisa.
Orion menatap Chisa dengan dingin. Kenapa? Apa ada di antara ucapan Chisa yang membuat pria itu kesal?
Kembali terancam akan kehilangan pekerjaan barunya ini, Chisa pun dengan cepat menambahkan, "t- tapi aku akan usaha kok. Aku akan terus berusaha buat kasih yang terbaik buat kamu. Aku jamin kamu nggak akan menyesal memperkerjakan aku," ujar Chisa, 'dan membayar biaya pendidikan dan tagihan-tagihanku,' lanjutnya dalam hati.
Setelahnya, Orion kembali fokus dengan makanannya sendiri. Lelaki itu seolah menganggap ucapan Chisa hanyalah angin lalu belaka.
'Sabar, Sa. Kamu yang butuh pekerjaan ini. Sedangkan dia bisa saja cari orang lain kalau kesabarannya sudah habis. Jadi aku harus berusaha ambil hatinya, agar dia nggak kepikiran lagi buat memecat aku dari pekerjaan ini. Meski ini bukan pekerjaan yang baik, tapi aku benar-benar terpaksa harus mengambilnya.
Usai makan malam bersama, dengan gesit Chisa mengumpulkan peralatan makan yang kotor. Ia berniat mencucinya tanpa Orion perintahkan, untuk mengambil hati pria itu.
Sementara itu, Orion hanya menatapnya dingin. Laki-laki itu bersikap seolah ia seorang majikan yang serang membiarkan pelayannya membersihkan area tempat tinggal mereka.
Namun, ia membayar mahal Chisa untuk tinggal di sini tidak mungkin hanya untuk melakukan itu saja, kan? Bagaimana kehidupan dua manusia berbeda gender itu di dalam satu atap yang sama? Apakah keduanya bisa mempertahankan prinsip masing-masing untuk tidak jatuh cinta pada satu sama lain?
Dan dari sinilah awal mula kisah pelik Chisa dan Orion akan dimulai.