bc

Kulukis Bulan di Rahimmu

book_age16+
13
IKUTI
1K
BACA
time-travel
pregnant
goodgirl
powerful
bxg
city
spiritual
wife
husband
actress
like
intro-logo
Uraian

Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dibuat main-main. Jika sudah berikrar, haru biru dalam kapal harus tetap dijalankan agar tak karam.

“Ceraikan aku, Mas, Aku mohon!”

Betapa pilu hati Akhtar, dia tak meneteskan air mata. Namun hatinya telah hancur berkeping-keping. Wanita yang amat dicintai kini meminta sebuah perpisahan. Impian untuk membentuk sebuah keluarga hingga ke surga akhirnya harus berakhir. Hanya karena Akhtar tak bisa menjadi seorang laki-laki sejati. Dia sakit.

Sebagai bukti cintanya, Akhtar pun melepaskan wanitanya, meski remuk redam menyayat batinnya. Akankah Akhtar bisa bangkit dan kembali menemukan cintanya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Part 1 - Selembar Foto
Hati berbunga, seperti taman yang bermekaran dengan keindahan mawar yang semerbak. Itulah yang kini telah dirasakan Arin, saat sang ayah menyodorkan selembar foto. Arin pun menatap tajam. Sosok yang ada di foto itu membuat Arin tersenyum seketika. Iris matanya pun berbinar, mengeluarkan sekeping kekaguman yang kini menyelimuti dadanya.“Bagaiamana, Nak?” tanya sang ayah. “Maksud Ayah?” “Tak usah basa-basi, katakan Iya atau tidak.” Arin tak menjawab pertanyaan sang Ayah. Namun sebatas senyum itu dihantarkan untuk sebuah jawaban yang terlihat begitu malu. Sang ayah pun mengerti perihal sinyal itu, yang terwakilkan dari seutas senyum yang menenangkan. “Baiklah, Ayah akan mengatur semuanya.” Arin segera berlalu dan menuju ke kamarnya. Merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Pikirannya terbayang-bayang akan laki-laki yang telah menjalar di hatinya. Wajah tampan itu menari-nari, meriuhkan detak nadinya. Teringat beberapa waktu yang lalu mereka memang  pernah saling bertatap muka. Namun tak saling mengenal, hanya sebatas pertemuan yang tak disengaja. Arin menghembuskan napasnya panjang. Tak tahu mengapa jantungnya bisa berdebar lebih kencang daripada biasanya. Mencoba menutup mata agar malam bisa menjaganya secepat mungkin. Cahaya lampu yang telah padam itu tak membuatnya memasuki alam maya dengan mudah. Mata Arin masih saja terpancar dengan kumpulan altar yang tersimpan. “Aku merindunya.” Ucap Arin dalam hati, seiring memejamkan matanya penuh usaha. *** “Kosongkan jadwalmu lusa, laki-laki itu dan saudaranya akan kemari.” Ucap sang Ayah dengan menyantap teh hangat. “Tapi, Yah.” “Kamu menolak?” “Tidak, tapi aku ada syuting video klip, Yah.” “Ganti saja jadwalnya.” “Tidak segampang itu, Yah, semua sudah dipersiapkan matang.” “Baiklah.” Sang Ayah meninggalkannya tanpa pesan. Arin pun diam penuh kesal. Bias kekecewaan itu merongrong dalam hatinya. Segera mengambil kunci mobil dan melajukan mobilnya dengan sangat cepat. Itulah kebiasaan buruk Arinal Haqqi Laily, putri dari salah satu wakil rakyat yang duduk di kursi parlemen. Kepiawaiannya mengemudi mobil memang tak diragukan. Anak tunggal dengan paras cantik nan menawan itu membuat beribu laki-laki yang ingin menjadi tambatan hatinya. Namun Arin tetaplah dengan prinsipnya, dia tak mudah untuk jatuh cinta. Lagi-lagi Arin hanya menganggap angin lalu, bila ada seorang laki-laki yang hendak mendekatinya, Maklum  gadis cantik, harta melimpah, punya banyak bisnis di beberapa cabang di negara kelahirannya itu. Belum lagi riwayat pendidikan luar negeri menjadikannya seperti permata yang ingin dimiliki setiap orang. Arin bukan tipikal perempuan yang pandai mencari cinta. Bahkan sampai usianya sudah matang untuk menikah, Arin tak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki mana pun. Baginya menikmati hidup bersama sang ayah sudah di atas segalanya, setelah melihat kepergian sang ibu yang sangat memukul hatinya beberapa tahun silam. Meski begitu, Arin tak melupakan sebuah janji yang dia ikrarkan sebelum sang ibu menghembuskan napas terakhir. Arin harus menikah sebelum usianya menginjak dua puluh delapan tahun. Dia mencoba membuka hati pada laki-laki mana pun yang dikenalkan Sang ayah untuknya. Namun kini Arin tak banyak waktu lagi untuk memilih. Dia harus menentukan pilihan. Saat melihat sosok laki-laki di foto yang diperlihatkan Sang ayah, terasa sangat berbeda. Entah mengapa hati itu seakan berbisik, cintanya seolah telah datang. Menelisik sebuh ruang kosong yang disimpan rapat olehnya, kunci itu perlahan membuka pintu hatinya yang tertutup. Satu bulan lagi umurnya genap dua puluh delapan tahun. Terdesak keadaan. Karirnya sedang naik daun. Dua album religi sudah diluncurkan, bahkan terjual lebih dari seratus ribu copy dalam waktu dua bulan. Tak ada yang tak mengenal Arin. Semua layar televisi sudah pernah meliputnya. Gadis cantik bak permata itu menjadi idola, suara yang merdu seolah mengalirkan energi cinta di setiap mata yang menatapnya. *** Arin kembali pulang. Sepi di dalam rumah sudah sangat biasa dia rasakan. Bertemu dengan sang ayah tak bisa setiap hari. Ayahnya telah menikah lagi dan tinggal bersama ibu tirinya. Arin sudah terbiasa, sepi dalam kerinduan yang dalam. Arin, mengelola butik peninggalan sang ibu, dibantu oleh sepupu dan juga teman dekatnya, Faiza dan juga Jihan. Mereka bekerja jarak jauh. Dengan bantuan internet semua pun dapat diatasi dengan sangat mudah. *** Di rumah saja, akan ada tamu yang datang, Ayah akan segera pulang. Pesan itu membuat Arin membuka matanya segera. Mengibaskan selimut yang menutup tubuhnya. Segera ditarik sebuah kain persegi empat dan disematkan di kepalanya. Mengucek matanya hingga berkali-kali. Hari masih sangat pagi. Azan subuh itu pun baru saja selesai berkumandang. Arin keluar kamar untuk menuju dapur, mengambil sedikit minum. “Mbak Arin, sudah bangun?” “Iya, kenapa Bibi sudah belanja sebanyak ini?” “Bapak bilang Bibi di suruh masak yang enak-enak, begitu.” Arin mengernyitkan dahinya. Membalikkan badan dan kembali melangkah ke kamar mandi untuk mengambil wudlu. Menunaikan kewajiban salat subuh sebagai tuntutan baginya. Arin menghadap penuh harap, doa terlantun, mengalir dalam denyut nadi yang berdetak. Sembah sujud untuk Tuhan semesta alam. *** Arin membungkus pakaian yang menutup seluruh auratnya. Ditambah kerudung syar’i berwarna kunyit dengan kombinasi batik rampel, menghiasi penampilannya pagi ini. Tepat pukul sepuluh pagi mobil sang ayah datang. “Ayah.” “Akhtar ada di belakang, sebentar lagi dia akan sampai.” Arin mengernyitkan dahi sembari menelan ludahnya. Mendengar nama Akhtar terasa sangat aneh baginya. Laki-laki yang ada di foto itu adalah seorang novelis terkenal dan namanya Bilal. Pikiran Arin seolah terbang kemana-mana, hinggap dalam sebuah pertanyaan. Sedikit ketakutan pun menyapa, Akhtar dan Bilal, menjadi ilusi dalam pikiran. “Siapa Akhtar, Yah?” Sang Ayah tak bergeming. Masuk ke dalam rumah dengan cepat. Sedangkan Arin terlihat sangat gugup, mondar - mandir tanpa tujuan. Peluhnya tiba-tiba saja mengiringi. Meski ruangan ber-AC itu membuatnya dihiasi keringat dingin. Degup jantungnya seakan membelah haluan. Bibi telah menyiapkan beberapa hidangan. Arin sama sekali tak menyangka bila pesan sang ayah itu untuk menyambut kedatangan seorang yang akan dikenalkan padanya. Dia mengira bukan pertemuan ini yang akan digelar. Arin semakin gaduh hatinya. Sayup-sayup suara mesin mobil memasuki halaman rumah. Sebentar kemudian dua orang turun dari mobil. Arin menatap dari balik tirai. Laki-laki dan perempuan itu pun bertandang dan mengucap salam di ruang tamu. Ayah sudah menemui mereka. Dan tak lama suara bibi membuyarkan lamunan Arin, menambah riuh hatinya yang semakin tak menentu. “Mbak, Bapak meminta Mbak Arin untuk mengantarkan minuman sekarang.” Bak disambar petir.  Keringat dingin menghampiri. Arin menatap cermin. Membenarkan posisi jilbabnya yang kurang pas. Menarik napas panjang dan mengeluarkannya segera. Mencoba melakukan beberapa kali agar rasa gugupnya sedikit bisa teratasi. Baki berisi tiga teh hangat itu digenggam dengan kedua tangannya. Arin melangkah pelan. Menyuguhkan satu persatu minuman di atas meja. Wajahnya menunduk penuh malu. Namun Laki-laki itu terus saja menatap Arin hingga kedipan matanya tak terlihat. Sedetik mata Arin pun menatap sama. Bahkan kini jantungnya terasa akan berlari lebih kencang. Dia masuk ke dalam dan menghadirkan sejuta tanya tanpa jawaban.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook