Prolog
Perkenalkan namaku Airin Suteja, biasa dipanggil butet.
Sejak bertemu dengan Delano hidupku benar-benar hancur. Tidak ada kecerahan sama sekali. Anggap saja hidupku begitu mengenaskan,terbuang percuma hanya karena kotrak sialan yang membuatku terkurung dalam sangkar emas.
Oh tuhan! andai saja dia bukan boss besar mungkin sudah aku kuliti hidup-hidup, aku membutuhkan uangnya dan juga bantuan finansial lainnya.
Dia Delano Hilton, pria berkebangsaan asing namun sudah lama tinggal diindonesia karena suatu hal ia harus menetap disini. Dinegara tercintaku, indonesia raya. Merdeka!
Dan inilah awal dari kehidupanku yang penuh kesengsaraan dimulai.b
"Airin" ok fix. Teriakan si kumbang ompong mulai memekakkan telingaku, oh sial!.
"Ya tuan." Ada satu lagi yang membuatku sangat-sangat geram kepadanya, jika sudah begini pekerjaan apapun harus segera aku tinggalkan. Tidak ada alasan dan tidak menerima penolakan dalam bentuk apapun.
sikap anguh, sombong dan juga tidak perduli membuat semua orang seolah enggan untuk berbicara kepadanya, terkadang dalam hati kecilku berfikir, adakah sesorang yang mau berteman dengannya? entahlah.
"yes tuan!"
"Dimana pakaian dalamku?"
oh my god! matilah aku. sejak kapan aku bisa melupakan tugas terpentingnya? celana dalam yang sengaja aku cuci diruman itupun akunlupa untuk membawanya kembali.
"Maaf tuan. sepertinya Airin lupa mencucinya." tidak ada pilihan lain kecuali mencari cara untuk melindungi diri sendiri dari amukan sikumbang ompong.
Langkahku terhenti saat melihat raut kesal diwajahnya, bibir memrah, mata menatap tajam dan hidung? mulai kembang-kempis.
"bagaimana bisa pakaian dalamku yang begitu banyak bisa kosong tidak tersisa." ucapnya tanpa jeda sedikitpun.
Ya alloh mak!
Apa benar ikatan pernikah hanya tameng mencari pembantu gratisan yang hanya digaji sebulan dan tidak diperbolehkan terlalu banyak menuntut? kesalku sambil melirik penuh dendam.
"Ya mana saya tau tuan!" elakku dengan wajah tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Bagaimana kamu bisa tidak tau? bukankah mencuci adalah bagian dari tugas harianmu?" ocehnya, tanpa rasa iba sedikitpun. jangankan untuk bersolek, bahkan untuk bernafas lega pun seolah dibatasi. mencekik tak kasat mata dan menindas tak ketara. ya! inilah yang dinamakan kontrak pernikahan yang harusnya tidak ada dalam ikatan suci yang sah didepan penghulu.
"Maaf tuan!" hembusan nafas lelahku seolah mengisyratkan untuknya agar lebih peka dengan keadaanku. "celana dalam tuan hanyut terbawa air!" jelasku dengan mata sedikit melirik kesal.
Wajah yang mulai memerah menandakan jika dirinya mulai marah dan kesal dengan semua alasanku.
"Airin!" teriaknya kencang.
dan cerita kesedihan pernikahankupun dimulai.
Bersambung..